Masuknya penonton ke lapangan, penggunaan gas airmata yang tidak seharusnya, ketidakmampuan panitia dalam menangani pertandingan antar musuh bebuyutan dan pintu minimalis yang disediakan serta ketidakmampuan menerima kekalahan menjadi sebuah tragedi yang patut disesali seumur hidup. Bela sungkawa terdalam bagi para korban.
Persoalannya sederhana. Tidak masalah jika anda memiliki kecintaan, pemujaan atau dukungan terhadap orang yang anda cintai. Namun jika anda melibatkan orang lain, baru menjadi masalah serius.
Itu yang anda lakukan jika anda mengagung-agungkan agama anda, tapi anda melukai agama lain. Itu juga terjadi jika anda mencintai isteri anda, namun melibatkan pihak ketiga, pasti runyam. Menjadi tragedi jika kecintaan yang berlebihan itu anda lakukan di dunia sepak bola.
Tragedi di Stadion Lapangan Sepak Bola Kahunjuran, Malang, karena sesuatu yang berlebihan itu. Penggemar yang masuk lapangan ( yang harusnya dilarang) , polisi yang menembakkan gas air mata ke arah tribun ( yang harusnya dilarang) dan panitia yang hanya menyediakan 1 pintu kecil yang menunjukkan ketidakprofesionalan penyelenggaraan panitia. Ini ditambah dengan paguyuban Arema yang tidak dibekali beban, kekalahan.
Tapi, sebelumnya izinkan saya menundukkan kepala paling dalam untuk menyatakan rasa duka mendalam terhadap 128 korban yang berjatuhan di lapangan sepakbola di Indonesia ini.
Musuh Abadi dan Gas Air Mata
Kejadian ini sewajarnya tidak perlu terjadi dan tidak harus terjadi. Semua orang tahu bahwa ada rasa permusuhan “abadi”: antara penggemar sepakbola Malang dan Surabaya. Ketika keduanya bertemu, seharusnya, panitia sudah tahu bagaimana cara mengantisipasinya, bagaimana menjaga keamanan pemain dan penonton. Entah mengapa catatan historis keduanya saat bertemu, tidak dibuatkan strategi pengamanan bersama aparat yang berjaga. Baik Polri mupun TNI dan internal panitia.
Apakah panitia juga tidak memberitahukan polisi bahwa penggunaan gas air mata tidak diperbolehkan dalam sebuah pertandingan semacam duel Arema dan Persebaya ini ? Tragedi akbar ini terjadi karena penggunaan gas airmata yang berlebihan. Polisi berperan dalam tragedi ini. Begitu juga penyulut seluruhnya dari Arema yang masuk ke lapangan.
Tanpa dua penyulut itu, rasanya 128 nyawa bisa diselamatkan. Apalagi jika anak-anak Arema atau Persebaya memiliki jiwa sportif dan pikiran yang sehat. Bahwa kemenangan atau kekalahan hanyalah hasil dari sebuah pertandingan yang dapat diperoleh hari ini atau pertandingan berikutnya.
Terlalu berharga 128 nyawa hilang hanya untuk 1 gol kekalahan Arema yang tak pernah kalah di kandang sendiri.
Ini sebuah tragedi sepakbola yang patut kita sesali terjadi. Tetapi sebenarnya ini juga bisa terjadi pada hal apapun, termasuk agama atau kedaerahan, dimana kecintaan terhadap sesuatu yang sangat dicintai berbenturan dengan pihak lain.
Anda boleh mencintai apapun secara berlebihan asal tidak melibatkan orang lain.
( Doa terbaik bagi 128 arwah di Stadion Kahunjuran, Malang)
BACAAN LAIN
Ledakan Bom Sosial dalam Kekerasan Sepakbola
Kerusuhan Penonton Sepakbola Piala Afrika di Kamerun. 8 Orang Tewas.