Koh Tjui Ho adalah panggilan beliau, hari ini saya beruntung sekali bertemu dengan kakek usia 88 tahun ini. Kondisi Mpe atau Engkong ini masih sangat sehat di usia 88 tahun dan Engkong adalah saksi mata peristiwa Bekasi Lautan Api, 13 Desember 1945.
Masih segar dalam ingetan Engkong AngTjui Ho, nama lengkapnya, rumahnya di gedor gerdor tentara “ubel-ubel”.
“Yang gedor rumah saya ada 4 orang tentara ubel-ubel, kebetulan saya di dalam rumah jadi saya buka, biasanya kalo rumah yang dikunci, pintu rumah akan dirusak” tutur engkong pada saya.
Setelah AngTjui Ho muda membukakan pintu dan keluar. Terlihat 4 tentara ubel –ubel atau Divisi British India ini menodongkan senjata sambari berteriak, “ pemuda ha..pemuda!”
Tentara ini lalu memberondong kata-kata dalam bahasa Inggris, yang tak dimengerti AngTjui Ho muda. Yang di mengerti hanya kata-kata pemuda saja.
Dengan cepat ABG keturunan itu mengeluarkan surat pendaftaran buatan Jepang yang dibuat untuk para warga keturunan Tionghoa, semacam surat lapor diri, dengan cepat surat itu di rebut tentara ubel-ubel.
Setelah membaca surat keluaran Jepang tersebut, AngTjui Ho muda lalu digiring oleh mereka dan disatukan dengan beberapa keluarga keturunan lainnya.
Mereka lalu diarahkan menuju seberang kali Bekasi dan di kumpulkan di gedung gadai, sekarang gedung itu menjadi Gedung Pegadaian Bekasi, posisinya tepat di dekat jembatan kali Bekasi.
Di gedung gadai atau pegadaian sudah berkumpul ratusan orang yang di giring tentara Inggris dari rumah-rumah mereka.
Lalu, hal yang tidak terduga terjadi. Rumah-rumah warga keturunan ini semua dibakar! Juga rumah-rumah milik rakyat biasa lainnya. Banyak orang kontan histeris. Rumah habis, tak ada satupun benda yang bisa diselamatkan!
Peristiwa ini sebagai buntut kemarahan Inggris. Peristiwa Bekasi Lautan Api tak lepas dari rangkaian peristiwa jatuhnya sebuah Pesawat Dakota sekutu yang berisikan sekira 25 personel militer Inggris dari Mahratta Light Infantry. Ke 25 personel ini telah dibunuh para pemuda pejuang.
Terjadi pada 13 Desember 1945 atau tepatnya 75 tahun silam. Selain membakar Bekasi, pasukan Inggris juga memborbardir Bekasi dari segala arah.
Api membumbung dimana-mana.
Sampai jam 4 sore api masih berkobar dan asapnya terlihat di seluruh kawasan kota Bekasi, tidak terkecuali rumah AngTjui Ho muda
“ Jam setengah 5 kita baru bisa kembali ke rumah kita. Rumah kita sudah angus kebakar. Beruntung ada rumah saudara di belakang masih utuh. Yang terbakar baru bangkunya aja. Buru-buru kita keluarin bangkunya, kan rumahnya belum kebakar, bisa kita pake bakal tinggal “ cerita engkong pada saya.
Banyak yang tak kembali ke rumah karena rumahnya sudah hancur. Engkong masih termasuk beruntung karena bisa tinggal di rumah saudaranya yang masih utuh.
“ Saya hanya bersyukur pada Tuhan, masih di kasih hidup, walau melewati masa masa rawan saat itu” tutup cerita engkong pada saya.
Terima kasih Mpe AngTjui Ho telah berbagi pengalaman. Di saat perang demi Kemerdekaan, kita semua -siapapun itu – telah berkorban demi kemandirian dan kedaulatan bangsa.
Tahun 2019 Kong wafat di Bekasi, kota dimana ia dilahirkan, besar dan akhirnya menutup mata untuk selamanya.
Beny Rusmawan, editor: Gunawan Wibisono