14 Agustus 1945, Kaisar Jepang Nyaris Dikudeta

masa depan Eropa setelah Jerman menyerah. Truman diberi tahu soal keberhasilan percobaan oleh Sekretaris Negara Urusan Perang, Henry L. Stimson, dalam bahasa sandi yang disusun secara khusus.

“Operasi telah dilakukan pagi tadi. Diagnosa menyeluruh masih dilakukan, tetapi hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.”

Mendengar ini Truman gembira sekali. Ia memberi tahu kongsinya, Winston Churchill, yang menyambut dengan tawanya yang keras dan khas.

Konferensi Potsdam oleh tiga negara pemenang perang di Eropa,
Winston Churchill (Inggris), Harry S. Truman (AS), dan Joseph Stalin (Sovyet).

“Perlukah Stalin kita beritahu?” tanya Churchill.

“Tak usah mendetil,” jawab Truman.

Beberapa jam kemudian Stalin diberitahu,

“Amerika kini punya senjata hebat,” ujar Truman.

Stalin tersenyum, ia tampak terkejut. Truman senang bukan main melihat wajah kaget Stalin. Padahal, Stalin sebenarnya sudah mendapat kabar dari agen rahasianya di lapangan bahwa AS kini memiliki bom atom.

Nah, untuk menghindari pertempuran lebih brutal lagi di tanah Jepang, pada 1 Agustus, di Potsdam juga, Presiden Harry S. Truman mengultimatum Jepang secara resmi: sebaiknya negara itu segera menyerah tanpa syarat karena AS kini memiliki senjata hebat, bila tidak ingin terjadi kehancuran yang lebih dahsyat lagi yang turun dari langit!

Saat ultimatum sampai ke petinggi militer Jepang, mereka malah mentertawakannya.

Pamflet

Tak ada reaksi apa-apa, AS lalu mencetak ratusan ribu pamflet dan menyebarkannya dengan menggunakan pesawat pembom B-29. Isinya: meminta Jepang menyerah atau akan menerima kehancuran dari langit. Keluarga-keluarga yang percaya isi pamflet itu diminta untuk mengungsi keluar dari kota.

Ribuan pamflet disebar, meminta agar Jepang sebaiknya menyerah
sebelum kehancuran lebih berat datang.

Himbauan ini tetap tak digubris.

Bahkan, seorang fisikawan Amerika yang berusaha memberi tahu kawannya, seorang ilmuwan Jepang, bahwa AS kini memiliki bom dahsyat sambil menyertakan rumus singkat cara pembuatanya, ilmuwan Jepang itu kaget bukan main. Ia percaya. Namun, laporannya ke pihak militer dianggap angin lalu. Tak seorang pun mau mendengarkan.

Tak ada reaksi apa-apa, perintah lanjutan pun terpaksa diberikan.

Pada 6 Agustus, pukul 8.00, bom atom dengan sandi Little Boy meledak di Hiroshima, 20.000 anggota pasukan militer dan 70.000-126.000 warga sipil tewas di tempat.

Jepang tetap tak bereaksi.

Maka, pada 9 Agustus, bom atom kedua, dengan kode Fat Man menghantam Nagasaki dan 80.000 orang tewas.

Sorenya, sesuai kesepakatan di Postdam, Sovyet mengumumkan perang terhadap Jepang dan langsung menyerbu kawasan Manchuria, kawasan lumbung padi milik China yang diduduki Jepang.

Petinggi militer Jepang memang mendengar Hiroshima dan Nagasaki di bom dan jumlah korban sangat besar, namun mereka tidak menyangka kalau malapetaka itu datang hanya dari dua bom saja!

Di tambah kini muncul musuh baru, Uni Sovyet.

Bom Atom ketiga

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.