SENADA dengan Gus Dur, KH Mustofa Bisri alias Gus Mus bertanya-tanya mengenai kedudukan Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Indonesia.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin di kota RembangKH Mustofa Bisri, Jawa Tengah ini pun sejak 2015 lalu, mempertanyakan soal peran lembaga bertajuk sekumpulan ulama di Indonesia tersebut.
“MUI itu makhluk apa? Instansi pemerintah? Ormas? Orsospol? Lembaga pemerintahan kah? Tidak jelas, kan? Tapi ada anggaran APBN. Ini jadi membingungkan,” ujar Gus Gus Mus pada sebuah pengajian yang memperingati ulang tahun unit kegiatan mahasiswa di kampus III Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, Senin malam, 30 Maret 2015 lalu.
Enggak pernah dijelaskan ujug-ujug dipercaya membuat fatwa terkait hukum keislaman di Tanah Air. Aneh sekali, ” lanjutnya. Lebih aneh lagi dapat dana APBN yang seharusnya digunakan untuk keperluan lain.
Kyai yang juga budayawan itu lalu membahas fenomena yang marak terjadi belakangan ini, di antaranya soal ulama ‘jadi-jadian’ di Indonesia.
Saat ini, banyak yang hafal sedikit ayat, kemudian tampil di layar kaca, dan orang-orang yang menyaksikannya bakal menyebut dia ustaz. Bahkan, ada juga yang berpakaian layaknya ulama besar, namun perangainya jauh dari nilai-nilai keislaman.
Hal yang sama sebenarnya terjadi di tubuh MUI. Sebab, mereka yang berada di dalamnya, pasti disebut sebagai ulama atau tokoh Islam.
Padahal, bisa saja kedudukan anggotanya hanya sebagai sekretaris maupun juru tulis. “Kalau sudah pernah tampil di TV adalah ustaz. Asal pintar jubahan meskipun kelakuannya seperti preman,” tutur Gus Mus.
“Ya, juru tulis itu akan disebut ulama. Mosok pengurus majelis ulama, tidak ulama? ” lanjut Gus Mus penuh kelakar yang kemudian disambut tawa hadirin – Dms.