Mesin sandi untuk bank
Dalam perang dunia kedua, ada lalu lintas pesan -bisa ribuan pesan per harinya- yang dilakukan dari markas besar ke para komandan di lapangan. Begitu juga sebaliknya.
Supaya pesan tidak bisa disergap musuh, maka, harus diacak sedemikian rumit. Semakin rumit semakin bagus. Tapi dalam membuka pesan tadi tetap dipakai metode jitu dan mudah untuk membacanya. Hingga si penerima mudah mengartikannya.
Tahun 1928 ketika Nazi Jerman mulai bangkit, negara ini melirik mesin pengacak sandi Enigma hasil karya Arthur Scherbius.
Simpel, portabel (hanya sebesar mesin ketik kuno jadi mudah dibawa) dan canggih.
Arthur sendiri tidak menyangka hasil temuannya diminati tentara Jerman dan kemudian dibuat luar biasa banyak. Sebab, ide awalnya, ia hanya berniat membantu para banker mempermudah pekerjaanya dalam mengirim bahasa rahasia ke kantor-kantor cabang.
Lalu, ketika pihak militer mulai melatih tenaga-tenaga baru sebagai pengirim dan penerima sandi dalam jumlah luar biasa banyak, seseorang mulai mengendus-ngendus kemungkinan menjual rahasia mesin itu secara sembunyi-sembunyi!
Rahasia dijual
1931, Hanstilo Schmidt, seorang AD Jerman berpangkat rendahan bisa membawa keluar dari markas dokumen-dokumen rahasia Enigma. Secara kasak-kusuk ia menawarkan pada agen rahasia Prancis. Ditolak. Karena dianggap rumit.
Schmidt pun melirik ke Inggris, juga ditolak karena alasan saat itu adalah masa damai. Siapa yang butuh mesin sandi untuk militer?
Upaya Schmidt dalam menjual rahasia negara tidak sia-sia, agen rahasia Polandia bersedia membeli.
Lalu tiga orang ahli matematika negara itu mulai membedah Enigma. Marian Rejewski, Jerzy Różycki dan Henryk Zygalski akhirnya berhasil menemukan metode untuk membuka sandi Enigma.
Waktu itu Enigma masih sederhana. Tuts ketik, baterei, kabel, satu rotor pengacak huruf dan deretan huruf yang diberi lampu, tempat huruf ‘baru’ hasil acakan akan menyala.
1939 , enam bulan sebelum Jerman menyerbu Polandia 1 September tahun itu, militer Jerman tiba-tiba mengubah disain enigma! Kali ini Enigma ‘didandani’ memakai tiga rotor atau ring yang mirip gerigi sepeda dan di bagian depannya diberi colokan (plug board) yang fungsinya mengacak lagi huruf hasil acakan!