Semangat Young Turk ini tentu saja juga membakar wilayah-wilayah yang menjadi kekuasaan Turki untuk ikut memberontak. Mereka melihat ini sebagai kesempatan baik untuk memerdekakan diri.
Nah, mumpung ada gejolak di Turki, Austria-Hongaria melihat ini sebuah peluang bagus untuk menganeksasi Bosnia-Herzegovina!
Sikat cepat!
Benar saja, 7 Oktober 1908 Menteri luar negeri Austria-Hongaria, Graf Lexa von Aehrenthal mengumumkan bahwa Bosnia dan Herzegivina saat itu juga merupakan wilayah mereka!
Tindakan sikat cepat ini harus dilakukan selagi kondisi di Turki sedang kisruh, dan kontrol negara itu lemah di kawasan Balkan!
Begitulah, sejak 1908 sampai dengan 1914 itu, praktis Bosnia-Herzegovina memiliki tuan baru. Kali ini lebih bengis. Sejarawan Jerman Michael Freund menggambarkan karakter putra mahkota Franz Ferdinand sebagai calon raja yang sangat temperamental dengan aura yang menakutkan karena tak segan mengumbar kekerasan.
Datangnya penjajah baru nan rakus, tentu saja menimbulkan resistensi yang lebih keras dari penduduk Bosnia-Herzegovina.
Kasak-kusuk perlawanan mengemuka. Pembicaraan soal kemerdekaan kerap terdengar secara sembunyi-sembunyi. Puncaknya ya seperti uraian di atas: tim eksekusi putra mahkota segera disiapkan!
Granat meleset
Sebetulnya, saat memasuki kota Sarajevo, isyarat keadaan tidak aman dan berbahaya bagi keselamatan nyawa putra mahkota Franz Ferdinand sudah terjadi dan terlihat kasat mata di pagi hari sebelum ia ditembak.
Dalam iring-iringan