3- Malala, Antara Peluru dari Taliban dan Penghargaan Nobel

Seide.id– Setelah Taliban menembak kepalanya, Malala Yousafzai ke luar masuk rumah sakit untuk menjalani pengobatan pada tulang tengkorak kepalanya dan saraf pada wajah.

Hidup dalam target pembunuhan Taliban, tapi tidak berhenti bersuara untuk hak pendidikan bagi perempuan, membuat Malala yang masih remaja, jadi megabintang dalam arus deras perubahan dunia.

Wajah dan sepak terjangnya dalam memperjuangkan hak, muncul di berbagai media dunia.

Majalah Time menjadikan ia sebagai salah satu di antara 100 orang paling berpengaruh di dunia. The 100 Most Influential People in The World.

Media Jerman, Deutsche Welle, pada Januari 2013 menobatkan Malala sebagai “Anak Usia Belasan Tahun yang Paling Masyhur di Dunia.”

Meraih Penghargaan Nobel

Dua tahun setelah tragedi penembakan, tepatnya pada Oktober 2014, Malala menerima Penghargaan Nobel Perdamaian atas upayanya memperjuangkan pendidikan bagi anak-anak.

Nobel yang ia terima pada usia 17 menjadikan Malala sebagai penerima Nobel termuda sepanjang sejarah.

Malala berterima kasih pada pemerintah Inggris yang telah menyelamatkan nyawanya. Memberi tempat tinggal, pekerjaan bagi orang tuanya dan perlindungan.

Kini, lulusan Oxford berusia 24 tahun ini telah mendirikan Malala Fund -nirlaba- yang tersebar dibanyak negara untuk membantu pendidikan bagi perempuan.

Badan amal ini didedikasikan untuk memberikan setiap gadis kesempatan untuk mencapai masa depan yang dia pilih.

Dan ketika Taliban menguasai Afghanistan, Malala tetap risau meski Taliban telah berjanji akan menghormati hak perempuan.

“Hak-hak perempuan akan dihormati. Mereka boleh bekerja, belajar dan aktif bermasyarakat tetapi menurut syariat Islam,” kata Zabihullah Mujahid dalam konferensi pers di Kabul, Selasa (17/8/2021).

Malala tidak perduli. Meski dua minggu lalu ia baru ke luar dari rumah sakit untuk menjalani operasi keenam kalinya, ia tetap berteriak pada dunia untuk memperhatikan saudara-saudaranya di Afghanistan.
Ia anggap pendidikan itu penting, seperti katanya,

“Marilah kita mengambil buku dan pena. Mereka adalah senjata kita yang paling ampuh. Satu anak, satu guru, satu pena dan satu buku dapat mengubah dunia. “

Malala Yousafzai ..
Ia tidak ingin dikenang sebagai remaja yang di tembak Taliban.

Ia ingin dikenang sebagai perempuan yang memperjuangkan haknya yang dirampas.
(ricke senduk)

Ikuti 1 Ketika Malala Yousafzai Menantang Taliban

2- Malala dan Tragedi Penembakan Taliban

Avatar photo

About Ricke Senduk

Jurnalis, Penulis, tinggal di Jakarta Selatan