MENULIS ITU ASYIK (18): Plot Dll
Oleh BELINDA GUNAWAN
Ide menulis cerpen bisa datang dari mana saja. Dari apa yang kita baca, kita dengar, hal-hal yang memang selama ini menjadi perhatian kita, atau sesuatu yang mendadak mendesak-desak untuk ditulis.
Hari ini aku ingin menulis cerpen tentang lansia dan demensia. Apalagi albumku “Growing Old” sudah lama tidak kuisi.
Sebelum duduk menulis, kok tumben ya aku teringat akan unsur-unsur penting yang harus ada dalam sebuah cerpen, yaitu karakter, plot, setting, sudut pandang, tema.
Maka aku pun bertanya pada diriku sendiri: siapa karaktermu?
Kujawab, seorang ibu (Lansia) dan anaknya (Putri), wanita karier yang sibuk. Selain aku menyukainya, kurasa cerpen yang melibatkan dua generasi akan menarik perhatian pembaca, baik yang senior maupun junior. Banyak terjadi di kehidupan nyata, kasus di mana lansia dianggap sudah tidak bisa mengurus dirinya sendiri, padahal anaknya punya kehidupan, kesibukan, dan masalahnya sendiri.
Contekannya: Karakter
Karakter penting dalam sebuah cerpen, sebab kecuali pembacamu merasa terkesan pada karakter-karakter yang ada dalam cerpen tersebut, mereka takkan lanjut membacanya. Tidak semua karakter itu menyenangkan, beberapa mungkin justru menyebalkan. Tapi semuanya harus berkesan, kredibel, realistis, dan menarik. Mereka menampilkan manusia sungguhan yang memiliki kecenderungan suka atau tak-suka, kebiasaan-kebiasaan kecil yang khas. Mendalami karakteristik karaktermu, penting.
Kutanya lagi: Lalu plot cerpenmu itu, bagaimana?
Oooooh, plotnya begini: Suatu hari Lansia lupa mengunci pintu rumahnya. Putri, yang tinggal terpisah, menganggapnya sudah pikun dan mengkhawatirkan ada pencuri masuk dan mencelakakan ibunya, maka ia berencana menitipkannya ke rumah jompo. Lansia menolak lalu terpikir olehnya suatu cara agar ia tidak lupa lagi. Ketika ide ini dilaksanakan, Putri pelan-pelan berubah pikiran.
Contekannya: Plot
Plot adalah apa yang terjadi dalam cerpenmu itu. Ada awal, tengah, dan akhir, yang ditampilkan lewat jalan cerita yang realistis. Karakter-karaktermu akan membantu mendorong plot agar bergerak maju secara natural, dengan dialog-dialog mereka yang realistis. Kecuali ada dasar yang kuat, akan sulit bagimu untuk membuat karakter-karaktermu “hidup”, dan bila mereka hadir bagaikan robot, pembaca akan malas membaca ceritamu sampai selesai.
Ceritamu itu berlangsung di mana?
Hmmm… aku membayangkan sebuah rumah yang cantik, berpekarangan lumayan luas yang ditumbuhi rumput hijau. Di situ ada sebuah bangku taman tempat Lansia dahulu duduk-duduk bersama almarhum suaminya. Rumah itu begitu nyaman bagi Lansia sehingga ia sulit membayangkan tempat tinggal lain, sebagus apa pun bangunan dan lingkungannya. Apalagi sebuah panti werda.
Contekannya: Setting
Setting adalah tempat dan waktu cerita itu terjadi. Bisa saja suatu kompleks perumahan, misalnya saja Hogwarts (Harry Potter), atau kota, seperti Oxford (Inspector Morse). Bisa juga tempat yang besar dan tak terbayangkan seperti angkasa luar (Star Wars/Trek), tempat yang kecil dan nyaman seperti dapur, atau tempat imajiner seperti Narnia. Di dalam setting terungkap keterangan tentang musim, cuaca, tanggal dan waktu, atau era ketika kisah itu terjadi.
Bagaimana dengan sudut pandang?
Mmmm di sini aku ragu. Mestinya sih aku memakai sudut pandang orang ketiga, supaya aku bisa bercerita tentang Lansia dan Putri. Tetapi aku kepingin perasaan mereka masing-masing keluar secara lebih personal dan dalam. Aku memutuskan aku akan memakai “aku”, tetapi dengan trik tersendiri.
Contekannya: Sudut Pandang
Sebelum memulai ceritamu, tanyakan pada dirimu sendiri kisah siapa itu, lalu laksanakan dengan mantap, yakinkan bahwa ceritamu itu kauceritakan dari perspektif itu sejak awal sampai akhir. Sudut pandang orang pertama artinya, menggunakan aku atau saya; sudut pandang orang kedua berarti bertahan pada “kamu”; dan sudut pandang orang ketiga, artinya menggunakan ia atau dia.
Temamu apa?
Harus pakai tema, ya? Hmmmm… temaku adalah harapan. Bahwa, di dunia ini kita selalu bisa berharap. Juga, bahwa kasih antara ibu dan anak akan selalu ada.
Contekannya: Tema
Apa yang tersimpan di benak pembaca setelah ia selesai membaca ceritamu? Itulah tema. Bisa saja ada lebih dari satu tema, tema besar dan tema kecil. Tidak apa-apa.
Oke deh, aku akan mulai menulisnya. Sekarang.
Disclaimer: Contekan 5 unsur penting menulis cerpen ini kuambil dari sana-sini di Google.