Inggris adalah batu singgah yang penting untuk sasaran yang lebih besar di sebelah baratnya, yakni Greenland, Canada dan Amerika serikat! Bila Inggris takluk, negara ini akan dijadikan pangkalan besar di sana.
Jalan paling mudah untuk membuat Inggris menyerah adalah: memutus rantai suplai, makanan dan bbm, yang datang dari sebelah barat!
Jerman tahu, ada pengiriman suplai besar-besaran –setiap hari- untuk kelangsungan hidup rakyat Inggris dan tentara ‘perjuangan’ dari berbagai negara. Bila suplai disetop, mereka akan kelaparan!
Hitler bertanya pada pihak AL nya, cara efektif apa yang bisa digunakan untuk menghancurkan kapal-kapal suplai itu? Laksamana Karl Doenitz, KSAL, menyodorkan kapal selam! Hiter setuju. Doenitz, memohon “kita butuh setidaknya 300 kapal selam untuk mengisolir Inggris, sekarang baru ada 65”
Hitler tak peduli. Hajar!
Maka, pangkalan kapal selam dibangun dengan segera.
Di Jerman di kota Hamburg, Kiel dan Bremen.
Di tanah jajahan di Norwegia di Trondheim.
Di daerah kekuasaan di Perancis di Bordeaux, Brest, La Rochelle, Loreint dan St. Nazaire.
Banyak.
Dikenal dengan nama ‘submarine pens’
Berupa kanal-kanal selebar 2-3 kapal selam berjajar. Kanal ini panjang hingga bisa menyimpan 6 sampai delapan kapal tiap lorongnya.
Dan di satu pangkalan dibangun beberapa lorong sekaligus. Kanal ini dilapisi atap beton kuat nan tebal. Bisa mencapai 15-20 meter tebalnya, hingga bom pesawat saat itu ibaratnya hanya membuat gatal saja karena tak bisa menembus!
Nah, lorong kanal ini dengan kapal selam di dalamnya mirip pena yang diselipkan dalam deretan saku kecil, maka disebut submarine pens.
Pangkalan ini banyak gunanya. Sebagai galangan untuk membuat kapal, perbaikan, memunggah kru, amunisi, suplai dan BBM.
Pangkalan di Perancis sangat penting dan dibuat khusus, karena dekat sekali dengan daratan Inggris. Tak heran bila pemakaian semen dan betonnya memakan hingga 4,4 juta meter kubik!
(pangkalan ini banyak yang masih utuh hingga saat ini)
Selanjutnya perintahnya jelas: tenggelamkan setiap kapal dagang yang sedang menuju Inggris dan jangan sekali-kali memberi pertolongan pada awak kapal korban yang terapung-apung di lautan!
Awalnya, karena kapal dagang tak terkawal, kapal selam ini terang-terangan muncul di permukaan laut tak jauh dari sasaran, menterpedonya atau menembak memakai meriam 88mm yang ada ada di geladak kapal (deck gun)
Banyak kapal tenggelam dan itu jelas merugikan. Gandum, gula, daging, BBM dan barang lain ribuan ton terhampar sia-sia di dasar samudera!
Berikutnya, agar kiriman aman ya harus melibatkan kapal perang untuk mengawalnya!
Dan supaya efisien, banyak kapal yang berangkat dalam waktu bersamaan, 20-30 kapal sekaligus dalam formasi rapat- lurus paralel- dengan kapal perang –biasanya kelas perusak/ destroyer- yang menjaga di sayap kiri, kanan, depan dan belakang.
Awalnya, Amerika tak mau terlibat peperangan di Eropa. Jajak pendapat di Amerika menunjukkan warga Amerika tak mau lagi terlibat dalam perang baru, “perang dunia 1914-1918 (PD 1) sudah membuat warga Amerika berdarah-darah, stop perang baru, apa yang terjadi di Eropa bukan urusan Amerika!” demikian kesimpulan suara warga.
Namun Inggris dan warga ‘perjuangan’ terus minta tolong supaya dibantu suplai makanan dan BBM, bila perlu membeli atau dihitung sebagai hutang juga nggak apa-apa.
Franklin Delano Roosevelt (FDR) presiden AS saat itu akhirnya luruh hatinya. Ia bersedia membantu dan mulai mengirimkan suplai menggunakan kapal sipil.
Berikutnya, apa yang terjadi?
Beberapa kapal Amerika tenggelam diterpedo U-Boat! Banyak pelaut Amerika tewas! Rakyat Amerika mulai marah! Namun FDR masih menahan diri.
Rezim Jerman dibawah kantor kementrian propaganda Joseph Goebbels cuek saja, cuma bilang, “ya, sori, kita kan sedang perang melawan Inggris, kalau ada kapal sipil Amerika yang ikut tenggelam ya apa boleh buat? Masak iya komandan U-Boat mau menembak kapal harus tanya dulu – heh, kamu kapal dari mana?”
Puncaknya, pangkalan AL-AS di Pearl Harbor, Hawaii, secara mendadak diserang Jepang tanggal 7 Desember 1941! Keesokan harinya, dengan marah FDR pidato di gedung kongres dan langsung menyatakan perang terhadap Jepang.
Nah, sebagai langkah solidaritas, karena Jepang adalah sekutu Jerman, maka Hitler juga mengumumkan perang terhadap Amerika!
Klop!
Kini ada alasan bagi Amerika untuk juga menenggelamkan U-boat yang membunuh banyak pelautnya!
Maka, AL Amerika yang tadinya membiarkan saja iring-iringan kapal dagang yang menuju Inggris, mulai melibatkan kapal perangnya dalam aksi pengawalan.
Dari New York iring-iringan kapal biasanya berangkat, pengawalan ketat dilakukan dari kapal laut dan pesawat udara Catalina yang bisa mendarat di air.
Masalahnya, di tengah jalan, pesawat pengawal ini harus pulang kembali ke Amerika. Bukan masalah BBM, tapi jangkauan radio pesawat –saat itu sangat terbatas- membuat Catalina tak bisa terus-menerus terhubung dengan pangkalan di Amerika.
Menara sinyal belum kuat kalau ada apa-apa tak ada yang bisa menolong. Maka, jalan amannya ya harus kembali ke pangkalan.
Itu sebabnya di awal film, kita melihat Catalina berbelok pulang meninggalkan iring-iringan kapal.
Dari tanah Inggris juga muncul masalah yang sama!
Pesawat pengawal dari Inggris yang menjemput iring-iringan tak bisa serta merta terbang dan melakukan pergantian pengawalan udara. Jaraknya masih jauh. Problemnya sama, ya, di jangkauan radio!
Jadi, selepas pesawat pengawal Amerika putar balik ada jeda yang sangat panjang, sebelum pesawat dari Inggris gantian datang mengawal, inilah area -blank spot- yang tak bisa dikawal dari udara. Karena tak ada sinyal transponder yang bisa menuntun pesawat. Area Oboe. Luasnya 48 jam atau dua hari perjalanan kapal laut. Area ini tak bertuan dan sangat berbahaya (ada di film)
Dan, asyiknya, Jerman juga paham masalah ini!
Merekapun ‘pesta’……