“Segera atur evakuasi penumpang, kapal sepertinya tak bisa diselamatkan!” Kapten Smith langsung memberi perintah begitu melihat Charles muncul.
Charles terkejut. Kapal sebesar ini tenggelam? Ia membatin heran.
Tetapi ia tetap melaksanakan perintah dan segera berunding dengan sesama perwira kapal untuk rencana evakuasi. Masalah lain lalu muncul. Titanic sebenarnya memiliki 16 krane (tiang untuk menurunkan sekoci) dan pada masing-masing krane bisa disediakan 4 sekoci, itu artinya ada 64 sekoci! Dengan sekoci sebanyak itu, cukup untuk menyelamatkan 4.000 penumpang.
Pada senin dinihari itu terdapat 2.224 orang penumpang dan kru, artinya jumlah sekoci lebih dari cukup. Itu kalau semua sekoci dibawa!
Tapi apa daya, demi estetika (karena ini pelayaran perdana penuh gengsi -sebagai kapal terbesar di dunia saat itu- dan siap diliput ratusan wartawan begitu nanti tiba di New York dan kapal juga dipenuhi orang-orang paling kaya di dunia, kapal rasanya akan terlihat kumuh oleh tumpukan sekoci kalau Titanic membawa semua sekoci) pemilik kapal hanya memasang 16 sekoci, masing-masing tergantung satu sekoci pada tiap krane, plus 4 perahu lipat!
Semua sekoci dan perahu lipat cukup hanya untuk menyelamatkan 1.178 penumpang! Padahal sekarang ada 2.224 orang, artinya jumlah sekoci hanya cukup untuk menampung separuh penumpang! Sisanya lagi bagaimana?
Melanggar hukumkah Titanic dengan memangkas jumlah sekoci? Ternyata tidak. Menurut aturan saat itu, kapal berbobot 10.000 ton ke atas (berat Titanic 46.328 ton) diijinkan berlayar hanya dengan membawa minimal 16 sekoci!
Charles dan para kelasi kapal harus bertindak cepat,
air terus menerjang masuk dan kapal kini semakin miring ke kanan. Gunung es nan keras yang tadi menggesek dinding kanan kapal, telah mengelupas badan Titanic bagai orang membuka kaleng sarden. Sreeetttttt…..dari depan lurus ke belakang!
Air laut seperti dibukakan pintu baru dan langsung menggelontor membanjiri 6 kompartemen, dari 16 kompartemen yang ada, dan terus merambat naik lantai demi lantai.
Titanic bisa bertahan bila hanya empat bagian kapal yang jebol. Pintu darurat bisa ditutup. Tetapi tidak dengan 6 bagian yang jebol.
Charles berusaha tenang, “Sekoci untuk wanita dan anak-anak dahulu, satu pria saja yang naik untuk mengawal” teriaknya. Orang pun berebut naik, “be British! Be British!” Charles memekik lagi, dan orang yang berebut seperti disadarkan oleh teriakan ini dan mulai masuk sekoci dengan teratur.
Be British adalah ujaran mengingatkan bagi warga Inggris agar bersikap seperti orang Inggris yang baik. Warga Inggris itu sopan, rendah hati, tidak grasa-grusu dan disiplin, sebuah sikap yang menunjukkan bahwa orang Inggris memiliki budaya yang santun.
Meski berusaha sabar, darah Charles mendidih juga tatkala melihat satu sekoci diisi hanya 8 pria dari seharusnya 65 orang, dan dari delapan orang tadi terdapat juga kru kapal! Charles menarik pistol dan menodong, “keluar kalian dari sekoci, pengecut!”
Penumpang tak tahu diri itu pun turun, dan sekoci segera diisi wanita dan anak-anak. Charles menyimpan kembali pistol kosong ke dalam sarungnya.
Separuh badan kapal- bagian depan- semakin masuk ke dalam lautan yang dingin, dan buritan (bagian belakang) kapal pelan-pelan naik, tinggi. Sepintas jadi mirip mainan jungkat-jungkit anak TK, hanya kali ini berwujud kapal raksasa dimana separuh bagian depan ‘jungkat-jungkit’ telah hilang tertelan samudra Atlantik.
Pada saat itulah seorang kawan Charles –sesama perwira kapal- menyuruhnya agar sebaiknya ia naik sekoci terakhir. Charles menolak dan terus menolong menaikan penumpang wanita dan anak-anak.
Tiba-tiba terdengar suara berderak kencang. Seperti ledakan, bersahutan susul menyusul, keras dan memekakkan telinga! Praaak…brak..brakk!!
Itu suara rangka-rangka baja kapal yang patah!
Karena tekanan yang luar biasa besar, bagian ‘jungkat-jungkit’ yang masuk ke dalam air tadi atau seperempat badan kapal dari haluan (depan) sampai batas cerobong asap telah patah, kapal tidak bisa menahan ¾ badan Titanic yang terangkat naik ke atas.
Pemandangan yang terlihat kemudian sangat mengerikan sekali. Bagian depan kapal yang penuh berisi air tadi, pelan-pelan menarik seluruh tubuh kapal masuk ke dalam samudra.
Charles sudah pasrah. Saat terakhir, ia melihat menara pos jaga ‘Sarang Gagak’, ia segera berenang mendekat, tepat pada saat itu tubuhnya tiba-tiba ikut terseret arus berputar masuk ke dalam pusaran air seiring dengan terbenamnya seluruh badan kapal melesak hilang ke dasar samudera.
Ia tak ingat berapa lama turut berputar di dalam air, yang ia sadari kini Charles telah mengapung di atas pemukaan air karena pelampung yang ia kenakan.
Tak jauh dari sana ia melihat sebuah perahu kayu yang tertelungkup di atas permukaan laut. Agaknya sebuah sekoci yang terbalik. Mungkin karena berada terlalu dekat dengan pusaran raksasa -bak mesin cuci-yang ditimbulkan oleh terbenamnya buritan kapal. Charles segera berenang mendekat dan naik di atas punggung perahu.
Nalurinya sebagai awak kapal yang bertanggung jawab segera bangkit, ia menarik beberapa penumpang yang berenang mendekat untuk naik ke sekoci yang terbalik. Semakin lama semakin banyak yang ia tolong, jumlahnya mencapai 30 orang. Semua bisa bernafas lega, setidaknya untuk sementara
Charles mengajari para penumpangnya agar secara bergantian berteriak minta tolong. Upaya ini dilakukan agar di dengar sekoci lain. Tetapi teriakan-teriakan itu tak membawa hasil. Menjelang subuh, tiba-tiba arus laut bergerak. Permukaan air yang tadi tenang mulai berombak. Charles segera memberi aba-aba, “jaga keseimbangan! Jaga keseimbang! Jangan sampai perahu ini terguling. Mati semua kita!”
Air samudra memang dingin sekali. Minus 2 derajat selsius! Dalam waktu lima menit, tubuh Anda akan langsung lumpuh tak berdaya pada kondisi air sedingin itu.
Berapa jam kemudian ketika seluruh tubuh penumpang mulai mengigil hebat, sebuah sekoci yang didayung dua kelasi tiba-tiba mendekat.
Charles kaget. Sekoci kosong? Dari mana?
Ternyata itu sekoci yang dilepas dari kapal Carphatia, sebuah kapal penumpang berkapasitas 1.700 penumpang, yang pada saat Titanic menabrak gunung es berada 93 km dari TKP. Juru radio Titanic segera mengirimkan berita darurat SOS, dan sinyal itu diterima juru radio Carphatia tepat di saat ia hendak mematikan radio, berniat untuk tidur!
Kapten Carphatia -Rostron- segera putar balik.
Semua penumpang Titanic yang berada di sekoci bisa tertolong, jumlahnya 710 orang, sisanya 1.517 jiwa tak tertolong. Sebagian besar membeku terapung-apung di permukaan laut.
Yang mengagumkan, dari ke 710 orang yang selamat, Charles Herbet Lightoller adalah orang terakhir yang naik ke kapal Carphatia!
Perang Dunia 1, 1914-1918.
Charles jadi awak kapal dagang bernama Oceanic ketika pecah perang dunia pertama. Kapal ini telah berubah wujud menjadi kapal perang karena telah dipasangi meriam dan senjata anti pesawat udara. Charles tergabung dalam perwira AL Cadangan dengan pangkat setara letnan dua.
Oceanic sibuk mengirim tentara dan perbekalan sebelum berakhir naas ketika kapal ini menabrak karang di ujung utara Scotland. Oceanic terbalik dan sekali lagi Charles menjadi orang terakhir yang keluar kapal! Sebelum loncat, ia sempat menyambar jam dinding di ruang navigasi sebagai kenang-kenangan!
Akhir 1915 Charles mempimpin kapal sendiri, ia dipercaya sebagai kapten kapal patroli berterpedo nomor lambung 117 dan berhasil menghalau pesawat balon (Zeppelin) Jerman L31 yang diam-diam hendak menyusup masuk ke muara sungai Thames di London.
Charles dan anak buahnya memberondong Zeppelin itu hingga terpaksa putar balik, kabur.
Atas aksi ini Charles diganjar memimpin kapal perusak ringan HMS. Garry dan pada tanggal 19 Juni 1918 ia berhasil menenggelamkan sebuah kapal selam Jerman U-110. Atas prestasi ini ia diganjar medali penghargaan dan pangkatnya naik setara letnan kolonel.
Perang Dunia pertama berakhir 11 November 1918, tak ingin meneruskan karir di bidang militer, Charles Herber Lightoller mengajukan pensiun, usianya saat itu 44 tahun.
Suami Sylvania Wilson dengan 3 anak laki-laki dan dua putri sebenarnya masih setia pada operator Titanic, White Star Line, tapi tak ada lowongan di sana.
Dan ketika mencoba melamar ke perusahaan lain barulah ia sadar,
Ada apa?