segala sesuatu yang berhubungan dengan awak Titanic telah masuk daftar hitam. Sulit untuk bisa bekerja kembali di kapal penumpang.
Awak Titanic dianggap telah teledor (tidak melihat gunung es mendekat) hingga kecelakaan fatal bisa terjadi.
Akhirnya Charles mencoba berbagai peruntungan di bidang lain, jadi pegawai hotel, beternak ayam hingga jadi makelar properti, tetapi semua tetap belum bisa memuaskan hatinya. Lautan seperti terus memanggil namanya.
Perang dunia kedua, 1939-1940
Setelah gagal mencoba berbagai macam bisnis, Charles pun kembali ke laut. 1929 ia dan istrinya membeli sebuah perahu pesiar bermotor bernama Sundowner.
Perahu disewakan pada para pelancong yang ingin pergi pesiar di sekitar Inggris selatan. Nampaknya semua berjalan lancar dan damai.
Ketika Polandia diserang secara mendadak oleh Nazi-Jerman, 1 September 1939, dan lusanya, 3 September, Inggris segera menyatakan perang terhadap Nazi-Jerman. Itu sebagai bentuk dukungan Inggris kepada Polandia.
Inggris dan Jerman dilanda ketegangan. Kondang disebut Phoney War, Perang Palsu, saling menyatakan perang tetapi tak ada satupun yang mulai menyerang! Keduanya hanya saling tunggu.
Pertempuran sesungguhnya baru terjadi 10 mei 1940, tatkala secara mendadak Jerman menyerang Belanda dan Belgia negara-negara kecil itu segera berteriak minta tolong!
Satu juta tentara gabungan Inggris-Perancis yang mengawal perbatasan Perancis-Jerman, segera menuju ke utara untuk menolong.
Dan ternyata serangan ke Belanda itu hanya jebakan. Tujuannya, ya, itu tadi: untuk memancing tentara gabungan bergerak ke utara. Dan, tiba-tiba, sebuah serangan besar -lebih besar jumlah pasukannya dari tentara yang menyerang Belanda- menusuk cepat dari arah belakang.
Pasukan ini diam-diam melipir melalui celah yang tak terduga di perbatasan Luxemburg-Perancis dan terus bergerak ke barat merambati jalur pegunungan nan licin, sebelum akhirnya menghajar dari arah punggung.
Tiga hari tiga malam pasukan terus bergerak tanpa henti, karena tentara Jerman berbekal permen coklat ajaib yang bisa membuat mereka terus terjaga dengan badan bugar. Inilah ‘hasil karya’ 35 juta pil narkoba amfetamin yang digerus dicampur coklat dan dicetak jadi permen. Pasukan infantri, yang berjalan kaki, menyebutnya coklat buat nge-fly (fliegerschokolade) sementara satuan tank memberi nama panzerschokolade.
Pasukan gabungan ini kaget bukan main. Mereka segera mundur dengan cepat dan -terpaksa- meniggalkan semua peralatan tempur berat, seperti artileri medan dan pelurunya.
Sekitar 450.000 tentara Inggris dan Perancis akhirnya terjepit di kota pantai Dunkirk, Perancis Utara. Mereka benar-benar dalam bahaya, dikepung rapat dan hanya menyisakan lautan di belakang punggung! Kalau tidak ditolong dari arah laut, pasukan ini bisa habis!
Menyadari situasi gawat, Churchill segera berteriak di radio, “kepada semua penduduk Inggris yang memiliki kapal, apapun ukurannya, apapun jenisnya, segeralah berangkat menuju Dunkirk untuk menyelamatkan ‘anak-anak kita’”
Tanpa pikir panjang, Charles H. Lightoller segera menyiapkan perahu Sundowner dan langsung bergerak menuju Dunkirk. Ia dibantu Roger, anaknya, dan seorang pelaut muda bernama Gerald Ashcroft.
Ribuan kapal bergerak serempak. Rame-rame. Kapal perang, kapal dagang, kapal pesiar, kapal tandu, perahu nelayan hingga perahu kecil bermotor tempel! Tujuan mereka hanya satu: mengangkut sebanyak mungkin pasukan yang tengah terkepung!
Sundowner mencapai Dunkirk dan segera mengangkut pasukan, dan Charles tak peduli lagi kapal yang seharusnya berpenumpang hanya 21 orang, hari itu ia dijejali 127 tentara!
Kapal keberatan beban, lajunya lambat dan terseok-seok. Tapi tak apa, yang penting bisa terus bergerak ke barat menuju kampung halaman! Dan ke-127 tentara yang diangkut bisa bernafas lega karena baru saja lolos dari lubang jarum!
Selamatkah Sundowner??
Mendadak dari arah depan/ haluan nampak menukik turun dengan cepat sebuah pesawat bom tukik Jerman, Junkers Ju 87 dikenal dengan sebutan Stuka.
Pesawat dengan cat khas berwarna kuning di hidungnya ini hanya membawa satu bom. Dalam bekerja, pembom tukik harus efisien dan tepat sasaran. Meleset pasti bikin kecewa pilot!
Karena itu pembom tukik kerap terbang tinggi untuk memilih mangsa, dan ketika sudah ketemu sasaran pesawat segera menukik tajam dengan kecepatan tinggi dan melepas bom, itulah mengapa disebut sebagai pembom tukik (dive bomber)
Saat melesat turun sudut yang diambil bisa 40-50 derajat, bahkan Stuka mampu menukik di sudut 80 derajat (foto). Karena itu pesawat pembom tukik butuh kekuatan fisik pilot dan pesawat, karena nanti, setelah menukik dalam kecepatan 400 km/ jam lebih, di ketinggian 300-600 meter kemudi pesawat tiba-tiba ditarik ke belakang, pesawat secara mendadak tidak hanya berhenti menukik tetapi juga melawan gravitasi karena tiba-tiba diharuskan berbelok naik. Sebelum titik belok inilah pesawat harus melepas bom.
300 meter adalah ketinggian aman terakhir untuk membuang bom, bila lewat dari itu bisa berbahaya, karena pesawat bisa terkena ledakan bom sendiri.
Melihat Stuka yang makin menukik,…….