Abstrak

Seide.id – Abstrak berasal dari kata (yang berbunyi hampir sama dalam ejaan), yaitu: abstract. Artinya: sesuatu yang tak berwujud, tak berbentuk atau niskala. Niskala, terdengar sangat elok di telinga kita, kenapa kita tak mempopulerkan saja?

Menurut KBBI, contoh “abstrak yang paling kongkrit” adalah: kebenaran dan kebaikan. Arti lainnya adalah: ikhtisar (karangan, laporan dsb), ringkasan atau inti. Terus terang untuk arti lainnya ini aku agak-agak kurang sreg.

Banyak orang, baik peminat seni, (bahkan pengamat), apalagi orang yang ‘sekadar’ menonton, mengoleksi atau masyarakat umum salah mengerti tentang ‘aliran’ senirupa.

Mereka beranggapan bahwa senirupa yamg bukan beraliran realis atau naturalis, bisa ‘dipukul rata’ saja menjadi aliran abstrak. Padahal aliran itu adalah: ekspresionisme, impresionisme, surealisme, pointilisme, kubisme dan dadaisme. Dadaisme disebut juga ‘na’ivisme’. Berasal dari ‘da-da-da’, yaitu ketika bayi pertama kali ‘berkata-kata’ untuk berkomunikasi.

Dalam senirupa, aliran abstrak itu, kurang-lebih sama pengertiannya seperti yang diterjemahkan dari abstract oleh KBBI dan sudah kita ketahui. Yaitu: sesuatu yang tak berbentuk. Jadi, jika suatu lukisan seberapa pun ekspresinya, seberapa pun nyelenehnya fikiran sang pelukis, seberapa ‘gila’ pun ungkapan lukisannya, jika wujud bentuk atau benda yang ada di bidang kertas, kanvas, logam, kain, papan atau dinding tembok, jika masih bisa dikenali.., maka tak bisa dikatakan abstrak.

3 orang maestro dunia yang menurutku ‘paling mewakili’ perjalanan atau ‘pencarian’ jati diri sebagai pelukis adalah: Picasso, Salvador Dali dan Affandi.

Ke-3 maestro ini tak diragukan lagi kedahsyatannya dalam senilukis beraliran realisme. Picasso, pada usia 15 tahun, sudah mencapai kematangan dalam senilukis beraliran realisme. Goresannya tebal dan cenderung agak kasar. Tapi sangat berkarakter.

Lukisan realis potret diri dan lukisan sosok ibunya yang dikerjakannya ketika picasso berumur 15 tahun, mencengangkan ktitikus senirupa. Dalam perjalanannya, tentu dia ‘tak berhenti hanya’ sebagai pelukis realis. Lalu dia ‘menemukan’ apa yang kemudian dikenal dunia dgn sebutan: kubisme. Dari kata cube, yang berarti kubus atau kotak.

Salvador Dali lain lagi. Karya-karya realis pada awal-awal karirnya luarbiasa halus, sangat detail dan akurat. Dalam perkembangan pencarian jati diri, akhirnya dunia mengenalnya dgn apa yang disebut aliran: surealisme.

Sosok atau figur yang dilukisnya tetap halus, detail dan akurat .., tapi sudah dibuat sedemikian distortif dan ‘mencelat’ dari tema-tema yang tak terfikirkan oleh kita. Yang paling terkenal adalah: lukisan dengan tema benda-benda yang dikenal akrab oleh kita, tapi dibuat seperti meleleh sedemikian rupa, dimakan waktu. Seperti lilin terkena panas.

Akan halnya Affandi, lain lagi. Kita atau masyarakat awam, mengenal Affandi sebagai pelukis yang melukis sangat ekspresif dengan warna-wani yang ‘belepotan’. Padahal lukisan realisme Affandi pada awal-awal karirnya, luarbiasa. Salah-satu yang terkenal adalah lukisan sosok ibunya.

Para pelukis Yogya, pada suatu era pernah ‘kecipratan’ rezeki, karena lukisan dengan aliran ‘baru’ yang entah diciptakan oleh siapa, ndilalah kok digemari oleh para kolektor. Lukisan itu beraliran apa yg disebut: ‘jelebret art’ atau aliran ‘jelebretisme’.

Nama aliran itu, bolehjadi secara spontan atau disebut begitu saja. Karena cara melukisnya memang ‘menjelebretkan’ (mengepret?) warna-warni cat air akrilik atau cat minyak di atas kertas atau kanvas dengan hasil yang boleh dibilang: ‘tak terduga’.

Bicara soal abstrak, para pejabat publik kita unik. Mungkin secara sosok dan keindahan, penampilan mereka: realistis, naturalis, minimalis, ekspresionis atau flamboyan (hehe, ini bukan aliran senilukis). Tapi, pernyataan-pernyataan dan fikiran mereka abstrak. Misalnya: “Supaya terhindar dari bencana banjir (lagi), mari kita:.. berdo’a bersama-sama”. Ini abstrak. Karena, seharusnya untuk terhindar dari bencana banjir adalah memperbaiki saluran-saluran air.

Picasso punya suatu ungkapan tentang senirupa abstrak, katanya: “Sesungguhnya tidak ada seni abstrak. Anda harus memulainya dengan sesuatu. Setelah itu, barulah anda bisa menghapus semua jejak realitas”.

Salvador Dali berkata: “Kita semua lapar dan haus akan hal-hal kongkrit. Seni lukis abstrak akan selalu baik terhadap satu hal: untuk mengembalikan kemurniannya terhadap seni rupa figuratif”.

Affandi, berkata: “Aku cemburu kepada Lini (pelukis cilik, waktu itu usia Lini 11-12 tahun). Cemburu terhadap warna-warni, tema yang dipilih dan spontanitas dan kejujurannya ketika melukis”.

Ada ungkapan, di masa depan, yang akan menyatukan ‘rasa’ antar sesama manusia, bukan kecanggihan teknologi, bukan ideologi bahkan agama, tapi kesenian. Kehidupan manusia ‘dimurnikan’ oleh kesenian.

Amburadulnya kehidupan, dimurnikan oleh kesenian. Sementara itu -kata Salvador Dali- bahwa seni lukis yang terdiri dari beberapa aliran itu, dimurnikan oleh senilukis abstrak. Waah,…alangkah berat tugas anda, para pelukis abstrak..!


Ilustrasi: Entahlah, apa aliran lukisan-lukisanku ini. Aku dan Picasso ini bukan editan atau foto palsu. Yang palsu itu Picasso-nya, karena terbuat dari lilin atau wax…
(Aries Tanjung)

Teman