Seide.id. Jumlah anak-anak kurang gizi telah meningkat di Afghanistan yang dilanda perang. Banyak anak-anak di klinik tidak dapat merangkak atau berdiri meskipun usia mereka karena kelaparan ekstrim.
Perang, kelaparan dan kemiskinan mulai mempengaruhi anak-anak pertama di Afghanistan di mana bantuan internasional terputus dan krisis ekonomi semakin dalam setelah penarikan pasukan AS.
Anak-anak yang menderita malnutrisi kehilangan hak paling dasar mereka untuk mendapatkan ASI. Tidak dapat mencapai makanan dasar yang vital karena kemiskinan yang berkelanjutan, sebagian besar ibu Afghanistan telah mengeringkan ASI mereka dalam waktu singkat.
Dan kurangnya suplemen makanan telah menyebabkan perlambatan yang terlihat dalam perkembangan bayi dan anak-anak.
Kantor Berita Anadolu bertemu dengan keluarga dari anak-anak dan dokter yang menderita di wilayah tersebut. Di mana terdapat anak-anak berusia 2 dan 3 tahun di klinik tampak jauh lebih muda, seperti bayi berusia 8 hingga 10 bulan.
Bayi tidak bisa merangkak, berdiri atau berjalan. Mereka tampaknya memikul beban perang saudara 40 tahun di negara itu di punggung mereka.
Menurut pernyataan UNICEF Oktober lalu, 3,2 juta anak di bawah usia lima tahun di Afghanistan menderita kekurangan gizi dan setidaknya 1 juta menghadapi risiko kematian.
Save The Children mengumumkan pada 19 Januari bahwa jumlah anak-anak kurang gizi yang menjalani tindak lanjut klinis meningkat dua kali lipat sejak Agustus tahun lalu.
Jumlah anak yang menjalani perawatan di klinik, yaitu 2.886 pada Agustus, naik menjadi 4.673 pada Januari tahun ini, menurut data yang diperoleh Anadolu Agency dari Doctors Worldwide.
Selama periode yang sama, jumlah kasus parah meningkat dari 1.438 menjadi 1.938. Cemaleddin Abbas, seorang dokter di Doctors Worldwide, mengatakan karena kekurangan gizi, para ibu tidak dapat memberi makan anak mereka dengan baik.
“Baru-baru ini, kami mengamati bahwa jumlah pasien di klinik malnutrisi meningkat dua kali lipat. Ini menunjukkan bahwa situasi ekonomi rakyat Afghanistan sangat buruk. Sebagian besar ibu yang datang ke klinik tidak dapat memberikan ASI kepada anak-anaknya,” kata Abbas.