Seide.id – Akibat ekonomi Afghanistan terpuruk dan banyak bantuan internasional ditarik dari negara itu, kini narkotika opium, heroin, dan sabu marak dijual bebas di pasar- pasar setempat.
Rezim Taliban tidak blak-blakan mengakui hal itu. Rantai penjualan narkotika yang marak tersebut dimulai dari petani.
Sebelumnya, pada September 2021, juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid, mengatakan bahwa Taliban tidak ingin melihat narkotika apapun diproduksi.
Namun, ia menambahkan, Afghanistan butuh dukungan internasional untuk membuat petani beralih dari perdagangan narkotika.
Diketahui, Taliban berhasil merebut Afghanistan dalam tempo 10 hari dengan dana pergerakan dari berbagai sumber. Yang terbesar, dari narkotika.
“Taliban mengandalkan perdagangan opium Afghanistan sebagai sumber utama pemasukan mereka,” kata Kepala Perwakilan UN Office of Drugs Crime (UNODC) di Kabul, Cesar Gudes, kepada Reuters, pada 18 Aguatus 2021.
Pilih tanam opium daripada sayuran
Saat ini sebagian petani memilih menanam opium dibanding sayuran.
Seorang petani, Mohammad Ghani, mengaku sedang sibuk mempersiapkan ladang untuk menanam benih opium.
“Kami tahu itu bahaya,” ucapnya.
Namun, katanya, mereka tidak memiliki pilihan lain. Dibanding menanam sayuran, tomat atau terong contohnya, yang harus mengeluarkan uang banyak untuk membuat sumur, mereka pilih menanam opium.
Menurut ia, opium menguntungkan dan banyak dicari orang untuk dijual ke luar negeri.
“Sejak Taliban berkuasa, kami menjadi benar-benar bebas,” ujar seorang pedagang opium grosir sambil tersenyum.
Tanam bahan baku Sabu
Sementara, petani lainnya memilih menanam bahan baku untuk sabu, yang dikenal dengan nama ephedra untuk membuat obat efedrin.
Sebuah sumber berita BBC pada 14 November 2021 menyebut bahwa setidaknya ada 3.000 kg sabu yang diproduksi oleh lebih dari 500 pabrik darurat setiap hari.
Bahkan, diungkap, gurun juga difungsikan sebagai perdagangan sabu. Gundukan sabu bisa ditemui pula di sejumlah pasar.
Afghanistan sejak lama dikaitkan dengan opium. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, negara ini juga dikenal sebagai produsen besar sabu–obat adiktif berbahaya lainnya.
Menurut sumber tersebut, penjualan narkotika marak setelah krisis ekonomi pasca-Taliban kembali. Di bawah rezim pemerintahan Taliban perdagangan narkotika berkembang sangat pesat. (ricke senduk)