Afganistan Tahun 1960an–’70an, Negara Modern yang Menghormati Kebebasan

Afganistan 1979 - Mysteri Scoop22

Para wanita Afghanistan di masa itu juga bisa mengenakan mode pakaian seperti wanita-wanita barat, menuntut ilmu maupun menyalurkan hobi mereka seperti mendengarkan musik, fotografi, fashion dan berhubungan dengan media-media barat.  foto: Mysteri Scoop.

Oleh HERMAN WIJAYA

SAAT INI ini perhatian dunia tengah tertuju ke Afghanistan, sebuah negara di Asia Selatan yang selama puluhan tahun bergolak. Kelompok Taliban yang pernah berkuasa, kemudian digulingkan oleh Amerika Serikat dalam invasi “mencari Osama bin Laden” tahun 2000, kini kembali lagi berkuasa kembali, setelah menguasai merebut seluruh wilayah hingga ibukota Afghnistan, dar pemerintahan Presiden Ashraf Ghani.

Di bawah Taliban, wajah Afghanistan dipastikan akan kembali berubah. Taliban dengan tegas menyatakan akan kembali mendirikan pemerintahan Islam dengan syariat Islam sebagai dasar negara. Memilih para ulama dan tokoh Islam untuk menduduki jabatan pemerintahan negara.

Bagi wanita, Taliban mewajibkan mengenakan jilbab — bahkan masih ada unsur Taliban mewajibkan wanita menggunakan burqa (menutup seluruh tubuh dari kepala hingga kaki, hanya bagian mata untuk melihat yang terbuka – itu pun menggunakan semacam jaring), melarang wanita sekolah atau bekerja.  

Sementara mayoritas anggota Taliban dan pimpinan mereka masih menggunakan pakaian tradisional Afghanistan atau Pakol Khas Afghanistan, atau biasa disebut Pakul. Sementara pimpinan Taliban memakai gamis dan penutup kepala khas.

Taliban juga mengharamkan segala sarana informasi, khususnya televisi. Taliban  menerapkan UU berdasarkan hukum syariah yang diinterpretasikan dengan keras seperti menerapkan hukum rajam, hukum cambuk, dan hukum potong tangan. 

Melihat Afghanistan di bawah Taliban, seperti melihat sebuah negara-negara di Timur Tengah pada abad pertengahan.

BANYAKyang tidak mengetahui bahwa Afghanistan pada tahun 1960-an – 1970an pernah mengalami masa seperti negara maju, di mana rakyatnya menikmati kebebasan dalam berekspresi dan memakai pakaian-pakaian modern. Rok pendek di atas dengkul (miniskirt) bukan pemandangan aneh di ibukota Afghanistan, Kabul, pada masa itu.

Pada waktu itu Afganistan menjadi negara yang damai pada waktu pemerintahan Zahir Syah selama empat puluh tahun,sebelum serangkaian kudeta diikuti dengan serangkaian perang sipil menghancurkan sebagian besar Afganistan, pada tahun 1970.

Sebuah kompilasi foto kehidupan masyarakat Afghanistan dihimpun dalam sebuah foto video yang diunggah dalam kanal youtube MisteryScoop, dan diberi judul Fascinating Photos Of Afghanistan In The 1960s And 1970s.

Album foto dibuka dengan gambar empat mahasiswi di Universitas Politeknik Kabul pada pertengahan tahun 70-an. Keempat wanita itu Nampak seperti mahasiswi di negara-negara barat. Mereka memakai pakaian modern tanpa kerudung atau jilbab. Wajah mereka cerah.

Para wanita Afghanistan di masa itu juga bisa mengenakan mode pakaian seperti wanita-wanita barat, menuntut ilmu maupun menyalurkan hobi mereka seperti mendengarkan musik, fotografi, fashion dan berhubungan dengan media-media barat.  Ada foto dua wanita menggunakan rok sedang membeli piringan hitam di sebuah toko musik di Kabul tahun 60-an.

Saat itu memang ada wanita memakai burqa, tetapi bisa berjalan berdampingan dengan wanita berpakaian barat dengan santai.

Pelajar lelaki dan perempuan berpakaian bebas masih dicampur dalam satu kelas tanpa pembatas. Sebuah foto memperlihatkan suasana wisuda di Universitas Kabul pada tahun 60-an, mahasiswa dan mahasiswi tanpa jilbab bercampur dalam satu ruangan.

Pada masa itu rata-rata wanita di Kabul sangat fashionable. Perempuan-perempuan Afghanistan mendapatkan hak yang sama dengan lelaki dalam pendidikan. Di Universitas Kabul beberapa mahasiswi sedang menghadapi mikroskop di laboratorium. Foto lainnya memperlihatkan beberapa wanita sedang menggunakan mesin tik dalam sebuah pelatihan.

Mahasiswi politeknik di Kabul, Afganistan, layaknya mahasiswi di kota kota modern lainnya di dunia pada tahun 1970anfoto: Mysteri Scoop

Pakaian mereka tak ubahnya seperti wanita-wanita di barat. Di Kabul juga terdapat sebuah sekolah internasional Amerika dengan fasilitas belajar-mengajar yang lengkap.

Pada masa itu juga masih lazim melihat wanita mengendarai mobil sendiri. Seperti sebuah foto berwarna yang memperlihatkan seorang perempuan berfoto di samping mobil sedang putih, dalam sebuah perjalanan di Afghanistan tahun 1968.

Mayoritas rakyat Afghanistan ketika itu nampaknya bahagia. Ada foto keluarga yang sedang menuju ke sebuah pesta. Orangtua dan anak-anak terlihat bergembira. Beberapa lelaki memakai jas dan dasi.

Akomodasi untuk orang asing juga terawat baik. Sebuah foto memperlihatkan Intercontinental Hotel di Kabul yang memiliki kolam renang di depannya. Beberapa lelaki dewasa dan anak-anak sedang berjemur, sementara di kolam renang ada perempuan sedang bermain air. Di lobi hotel yang apik terlihat ada lelaki dan perempuan yang memakai sweater. Salah seorang perempuan memakai kerudung modern yang hanya diikatkan dikepala dan leher.

Turis-turis asing bisa liburan dengan bebas sambil membuka tenda, seperti dalam foto yang diambil di wilayah Band-e Amir , pada tahun 70-an.

Foto di dalam sebuah bus dari Kabul menuju Peshawar, Pakistan, penumpang lelaki dan perempuan duduk bercampur. Mayoritas penumpang berpakaian modern, hanya seorang memakai terban (tutup kepala) dan peci khas Afghanistan. Dua dari tiga penumpang perempuan yang terlihat, berambut pirang memakai kacamata hitam.

Sebuah foto memperlihatkan ada empat (4) lelaki menghadap lensa dan 1 perempuan berambut pirang memekai kacamata hitam membelakangi lensa. Dua dari lelaki dalam foto memakai pakaian tradisional Afghanistan, seorang memakai jas, dan seorang lainnya memakai kemeja tangan panjang. Toleransi dalam berpakain masih terjaga waktu itu.

Pada tahun 1967, Profesor William Podlich dari Arizona State University, Amerika, menjalankan tugas mengajar di Universitas Kabul. Ketika itu dia membawa isteri dan dua anak perempuannya. Dia sempat berfoto dengan lima pengajar di Universitas Kabul yang semuanya memakai jas dan dasi.

Industri musik pop juga sempat berkembang di Afghanistan. Tahun 70-an sempat lahir seorang bintang pop bernama Hangama. foto: Mysteri Scoop .

Dunia mode juga mendapat tempat di Afghanistan waktu itu. Ketika itu ada perancang mode bernama Safia Tarzi yang memiliki studio di Kabul, pada tahun 1969. Model dengan pakaian tradisional Afganistan yang dirancang ulang, sempat menghiasi majalah Bazaar, tahun 1968. Bazaar adalah sebuah majalah fashion terbitan Amerika.

Wanita-wanita dengan disain pakaian yang terinspirasi dari pakaian wanita Afghanistan juga dibahas dalam Majalah Vogue  — majalah mode dan gaya hidup Amerika —  tahun 1969.

Dunia musik juga berkembang di Afghanistan. Tahun 70-an sempat lahir seorang bintang pop bernama Hangama.    ***

Avatar photo

About Herman Wijaya

Wartawan, Penulis, Fotografer, Videografer