Selalu ‘melek media sosial’ adalah kunci suksesnya. Apa yang trend di Tiktok, Instagram, Twitter, dll menjadi lahan pengembangan bisnis bagi Agi di dunia digital. Banyak talent bagus di sana, yang kalau diolah bisa jadi duit, “ katanya. Agi Sugianto (kiri) mengarahkan seorang artis orbitannya di lokasi suting video klip – foto dms
OLEH DIMAS SUPRIYANTO
SEBAGAI pengusaha dan produser musik, Agi Sugiyanto tidak menjelaskan berapa penghasilan dan pemasukannya per bulan untuk bisnis musik digitalnya. Tapi dia memastikan, bahwa setiap bulan dia mengeluarkan dana Rp. 800 juta untuk mengisi 22 channel musiknya, yang merilis lagu setiap minggu, terus menerus, selama dua tahun terakhir.
Itu artinya setiap channel 4 lagu, dan dikalikan 22 channel menjadi 88 lagu dengan ongkos produksi Rp.5 hingga 15 juta per lagu. Tergantung proses kreatifnya. Sebab selain lagu baru juga lagu lama yang didaur ulang dengan komposisi kekinian.
Hal itu diungkapkan Agi Sugianto dalam diskusi “Ekosistem Musik di Kota Depok”, Jumat petang kemarin. Selain Agi Sugianto, bicara juga Maura Sipahutar selaku Manager Musik Youtube Indonesia, Ketua LMK Pelari Sandec Sahetapy, Jhony Maukar dari LMKN dan musisi komposer Dwiki Dharmawan.
“Semua channel aktif. Ada 22 channel saya yang rilis lagu tiap Jumat, produksi dan pengeluaran saya yang Rp 800 juta per bulan itu real, “ katanya.
Sebagai produser, Agi selalu ada lokasi saat suting video klip, dan memberikan sentuhan akhir – selain memberikan dukungan moral pada artis, musisi kreator dan kru.
Sekira 20 tahun lalu, Agi Sugianto adalah wartawan peliput hiburan seperti saya. Dia bekerja di Warta Kota, grup Gramedia. Tapi beralih ke bisnis pertunjukkan, mengorbitkan penyanyi ‘Trio Macan’, yang sukses di panggung hingga mentas ke Hong Kong dan Malaysia, lalu menangguk untung dari Ring Back Tone (RBT) dan kemudian mengembangkan ke berbagai usaha, bidang klinik kesehatan, dan cafe, tapi tak pernah meninggalkan musik. Dan beberapa tahun terakhir kini menemukan lahan baru di Youtube.
Meski pihak Youtube Indonesia menyebut ada 200 produser seperti Agi Sugianto, nampaknya dia yang paling produktif dan paling bersinar saat ini. Dia bahkan dijuluki “Raja Kreator Konten YouTube”. Ada 40-an artis berkarya di labelnya.
Untuk setiap lagu baru, nyaris yang mengklik di Youtube mencapai jutaan. Salahsatu artis yang sedang melesat adalah Maualana Ardianyah yang lagunya mendapat klik hingga 53 juta.
“Saya memulai dari satu dua lagu, “ katanya, menjelaskan kisah suksesnya di musik Youtube. “Bahkan sebelum ada pandemi Covid-19, saya cuma punya 3 channel, “ katanya.
Bencana global Covid 19 memberikan berkah untuk bisnis musik platform digitalnya, karena semua kegiatan seni berhenti. Banyak seniman mengadu padanya meminta pertolongan. “Awalnya cuma semi lockdown tiga bulan, terus pembatasan sampai dua tahun. Mereka gak bisa manggung sama sekali, “ katanya.
Akhir dia mengajak bermitra, membantu sekaligus mengajak berkreasi. Dia mendanai banyak produksi yang ternyata berhasil mendatangkan duit di Youtube dan channelnya berkembang hingga 22 channel seperti sekarang. “Terus terang awalnya karena ingin menolong saja teman teman seniman yang tak bisa berkarya. Tapi ternyata menghasilkan keuntungan juga, “ akuinya.
“Semua berproses dan semua kerja keras, jeli dan terus mengikuti perkembangan musik, “ katanya lagi.
Agi rajin keliling daerah mencari talent, pencipta, musisi dan penyanyi baru dan mereka membawakan ulang (cover) lagu lawas dengan aransmen baru atau ganti genre, menjadi dangdut atau koplo, atau lagu yang benar benar baru, karya cipta seniman sendiri.
“Dari tiga channel menjadi 22 channel dengan proses. Tidak semua menghasilkan cuan. Tapi subsidi silang dilakukan, yang untung menutupi yang rugi, “ katanya.
Memanfaatkan momentum merupakan kunci tukses produser kelahiran Boyolali, Jawa Tengah 7 Juli 1965 ini. “Saya nemu lagu yang trending, ‘Tarik Sis Semongko’. Segera saya hubungi penciptanya dan malam itu juga dapat penyanyi, saya produksi, dan bikin videoklipnya terus upload. Dan jadi hits, “ kenangnya.
Kini TA Pro, label yang diandalkannya sedang menangguk untuk dari Maulana Ardiansyah, penyanyi remaja, yang diasuhnya sejak anak anak. Salahsatu lagu yang dinyanyikan Maulana, sudah ditonton 53 juta – lewat lagu ‘Dermaga Biru’ dan sejak itu selalu masuk 30 besar, di Youtube, seperti pada lagu Tiara (32 juta), ‘Tak Sedalam ini (21 juta), ‘Relaku Mengalah’ (20 juta), ‘Terlalu Sadis’ (14 juta), ‘Di sana Menanti DI Sini menunggu’ (11 juta) dll.
Dibesarkan dari keluarga sederhana, Maulana kini punya mobil sendiri, tinggal di apartemen dan baru mengajak umroh keluarganya.
Meski kerja cepat, Agi Sugiatnto mengikuti prosedur dan meminta izin hak cipta yang berhak. Punya pengalaman bersangketa dalam hak cipta, membuatnya lebih hati hati.
Kakek enam cucu ini banyak memborong lagu dari pencipta lagu lawas, seperti Rhoma Irama dan memberikannya kepada penyanyi baru untuk membawakan ulang. Juga penyanyi daerah.
“Untuk bisnis musik digital sekarang, terus ikuti perkembangan Tik Tok dan Instagram, selain Youtube. Banyak talent bagus di sana, yang kalau diolah bisa jadi duit, “ katanya.
Selalu ‘melek media sosial’ adalah kunci suksesnya. Apa yang trend di Tiktok, Instagram, Twitter, dll menjadi lahan pengembangan bisnis bagi Agi di dunia digital.
Saya menonton Youtube, melihat Instagram dan Toktik untuk hiburan, mengisi waktu. Sedangkan Agi menjadikannya sumber duit.
Padahal kami sama sama wartawan. Sama sama berasal dari wong desa. Tapi Agi fokus pada passionnya, kerja keras dan menangguk sukses.
Tak heran, bila nasib kami pun kami bertolak belakang. ***