AKSI PERJALANAN TOBA-ISTANA : Menginap di Warung Lesehan atau Mushola Yang Penting Tutup TPL

Catatan ANITA MARTHA HUTAGALUNG

HARI KE-33.

Pagi-pagi kami sudah menyusuri jalanan di Martapura, Sumatera Selatan. Kali ini Oni ditemani “Xpander” Ferry Sihombing dan Agustina Pandiangan. Ito Togu Simorangkir masih dalam pemulihan. Begitu juga Bang Rait.

Satu jam berjalan, sebuah sepeda motor datang dari arah berlawanan dan menepi mendekati Oni. Pengendaranya Lila Silalahi. Katanya, ia menyusuri jalan berharap ketemu Oni dan TIM 11. Ia mau mengajak kami sarapan. Tapi Oni bilang kami sudah sarapan. Jadinya, ia memberi uang sebagai pengganti sarapan. Terimakasih, ya.

Tak lama setelah itu seorang perempuan melambai dari balik kaca mobil sambil teriak, “Oni…! Oni…!” Ia cepat-cepat memarkir mobil. Katanya ia Boru Sitohang. Hanya ingin foto dengan Oni.

Sepanjang jalan yang kami lalui tampak bagus dan mulus. Nggak terasa, kami hampir sampai perbatasan Sumsel – Lampung. Kami dicegat orang dari PBB (Pemuda Batak Bersatu). Kami diajak mampir sejenak, istirahat sambil ngopi atau ngeteh. Tidak enak menolak niat baik. Kami istirahat sebentar saja.

Hari ke 33 kami masuk Lampung. Semua teman sedang pemulihan. Tapi yang berjalan harus selalu ada. Untuk itulah tujuan Tutup TPL

Siang hari yang panas kami memasuki Provinsi Lampung. Kami istirahat makan siang di warung yang ada bale-balenya. Jadi bisa tidur siang sebelum melanjutkan jalan.

Sore ini hanya Bang “Xpander” yang menemani Oni. Yang lain masih merasa belum fit. Ya, nggak boleh juga memaksakan diri. Nanti bisa jadi panjang persoalan.

Saat jalan, seorang bapak menunjuk-nunjuk Oni dari seberang jalan dan menghampiri. Rupanya dia tertarik pada bulang sulappei yang Oni pakai. Ia marga Sipayung. Ya, jelaslah, sebagai orang Simalungun ia tentu tahu apa yang Oni kenakan di kepala.

Oni dan Xpander mengakhiri perjalanan di bawah tanda petunjuk arah Bandar Lampung – Blambangan. Setelah peregangan, Oni masuk ke mobil. Pintu belum tertutup, sebuah mobil pick-up mendekat dari arah berlawanan dan berhenti tepat di depan mobil TIM 11. Sepasang suami istri keluar tergopoh-gopoh bersama seorang balita.

“Oni… dari tadi kami telusuri jalan mencari Oni. Akhirnya ketemu disini,” kata si Boru Saragih gembira. Mereka minta foto bareng Oni. Setelah itu suaminya, marga Sinaga dari Raya, Simalungun, mengambil bungkusan berisi jeruk. “Kami cuma bisa kasi buah, ya Oni. Semoga TIM 11 sehat-sehat sampai tujuan,” katanya. Lalu mereka masuk mobil dan putar balik. Berarti memang sengaja cari Oni.

Jalanan sepi. Panas terik menyengat. Beberapa mobil membuka kaca memberi semangat.

Selalu ada hal menarik dan unik yang kami alami setiap hari. Perjalanan kami ini seperti menemukan kembali diri yang terhilang. Oni semakin sadar bahwa Tuhan sudah menetapkan kebaikan-kebaikan buat Oni. Personil TIM 11 lainnya tentu punya kesan-kesan batin tersendiri juga.

Hari ini kami menginap di warung lesehan yang pemiliknya berbaik hati mengizinkan kami buka tenda di warungnya. Sementara Oni dan Agus, alhamdulillah, bisa tidur nyaman di mushola. Panjang Umur Perjuangan. Tidur dimana pun yang penting TUTUP TPL. Oni emang kek gitu orangnya. *

Tak baik menolak kebaikan. Selalu saja orang naik motor atau mobil, berhenti, sekedar mengajak sarapan, atau sengaja ketemu Oni. Sebotol air putih, dua butir jeruk pemberian, semakin memperkuat diri.

Avatar photo

About Nestor Rico Tambun

Jurnalis, Penulis, LSM Edukasi Dasar. Karya : Remaja Remaja, Remaja Mandiri, Si Doel Anak Sekolahan, Longa Tinggal di Toba