Foto : Mabel Amber/Pixabay
Masih terngiang-ngiang dengan jelas nasihat Bapak, ketika saya hendak merantau ke Jakarta, “Hidup itu laku prihatin, Le, agar kau tidak silau dengan gemerlap dunia.”
Ajakan Bapak, laku hidup prihatin itu kesannya tampak sederhana dan mudah, tapi maknanya sangat dalam. Bahkan sulit untuk menjalaninya.
Anggapan semula, laku hidup prihatin itu sebatas saat kita tengah merintis usaha, membangun keluarga, atau belajar/bekerja di rantau. Prihatin, karena kondisi keuangan yang terbatas dan pas-pasan. Sehingga kita harus irit dan hidup sederhana.
Ternyata, anggapan itu keliru. Makna perilaku hidup prihatin itu, sebenarnya kita diajak untuk jadi pribadi yang sederhana dan rendah hati. Sehingga kita mampu melihat kekurangan dan kelemahan sendiri serta memperbaikinya agar hidup ini makin baik, dan lebih baik lagi.
Apa pun bidang keilmuan, usaha, atau pekerjaan yang dipelajari dan ditekuni itu hendaknya datang dari kesadaran dan motivasi diri. Intinya, kita dipacu untuk berjuang pantang menyerah untuk mewujudkan harapan dan cita-cita itu.
Begitu pula, saat kita sukses dalam bidang keilmuan, pekerjaan, atau usaha. Kita tidak boleh berpuas diri, sombong, hingga lupa diri. Sebaliknya agar kita makin rendah hati untuk miliki ilmu padi, makin merunduk makin berisi.
Prestasi, jabatan, atau harta dunia itu semua hanya titipan Allah agar kita tidak gila hormat, pujian, dan mentuhankan diri sendiri. Tapi semua itu harus disyukuri penuh hikmat sebagai anugerah Allah agar kita makin rendah hati.
Dengan semangat laku hidup prihatin, kita diasah agar makin peka, peduli, dan berbagi pada sesama. Rasa keprihatinan yang harus kita wujudkan ke dalam perbuatan kasih.
Sesungguhnya semangat hidup prihatin itu adalah semangat
membangun perubahan mental agar kita miliki pribadi yang berkarakter baik. Perubahan yang dimulai dari diri sendiri, keluarga, dan lingkungan sekitar kita menuju pada kehidupan masyarakat yang berbudaya tertib, luhur, dan makin baik.
Semoga perilaku hidup prihatin makin mendekatkan kita pada Allah, sesama, dan alam ciptaan-Nya