Aku Dipayungi

Aku duduk di salah satu kelas di sekolah Tsu Chi, yang difungsikan sebagai ruang observasi.  Tigapuluh menit kami menunggu setelah menjalani vaksinasi kedua, sebelum aman untuk pulang. 

Kulihat berkeliling. Di sana-sini lansia. Ada lansia yang sudah dipapah anaknya, ada   lansia yang masih segar bugar. Maklum, batas usia 60 sampai tak terbatas, dan tentang angka 60, kan katanya sixty is the new forty?

Di ruang observasi itu hampir semua membaca ponsel, cuma aku yang  membaca buku. (Yang kubaca itu bukumu berjudul “Selir Wang”,  Irene Teng Siat Hwa…🙂). 

Di sela-sela  membaca aku membatin: Umpama membayar pun, aku mau divaksin. Aku mau memenuhi kewajibanku sebagai warga negara. Aku ingin sehat dan terlindung. Tapi ini malah gratis.  Aku mendapatnya sebagai hak, disertai pelayanan yang ramah, cekatan dan  profesional. Kemarin Diah mendapat pelayanan kesehatan yang begitu baik di sekolah Santa Ursula. Lalu temanku Tati dilayani segera oleh Loket.com. Dan masih banyak lagi kisah-kisah melegakan lainnya.Terima kasih kepada semua pihak.

Tak pelak aku merasa dilindungi. Terima kasih  atas payungmu,  presidenku. 

26 Maret 2021

Avatar photo

About Belinda Gunawan

Editor & Penulis Dwibahasa. Karya terbaru : buku anak dwibahasa Sahabat Selamanya.