Aku Takut

Oleh HERNA S ZALDY

Entahlah, belakangan ini saya agak galau saat hendak membuka FB. Khawatir pagi-pagi membaca kalimat pembuka, “innalillahi wainnailaihi roji’un… ” dan diteruskan dengan berita berpulangnya orang-orang yang kita kenal pada masa hidupnya, yang seprofesi, yang seide dan sepemikiran, yang kita kagumi, dan yang segrup dalam komunitas medsos serta segenap keluarganya.

Kalimat “turut berduka sedalam-dalamnya… ” atau “moga husnul khotimah” entah berapa ribu sudah kita tuliskan.

Banyak di antara mereka meninggal karena covid-19 dan tak kalah banyaknya karena penyakit lain yang senantiasa mengintai.

Untuk teman-teman almarhum seperti Arswendo Atmowiloto, Radhar Panca Dahana, Wimar Witoelar, Birgaldo Sinaga dan terakhir Teguh Esha – si Ali Topan Anak Jalanan — masa berkabungnya terasa lebih lama – karena teman-teman yang masih sehat menuliskannya dalam pelbagai bentuk in-memoriam atau kenangan.

Bukan kematian yang kutakutkan. Bukankah pada akhirnya kita akan mengalami juga? Tapi berita demi berita duka itu sungguh menambah perasaan pedih – sementara kepedihan akibat pandemi Covid-19 entah kapan berakhir. Gambar batu nisan dan bunga berserakan makin mendekatkan kita ke alam pemakaman.

Kepada mereka yang sudah mendahului, selamat istirah, tenang damai di alam kubur. Dan kepada man-teman yang masih sehat – mari kita jaga kesehatan masing-masing, saling mendoakan, dan tak putus menjalin tali silaturahim — agar ketakutan ini tidak kita hadapi sendirian….