Transaksi besar Lukas Enembe di kasino Crown di Perth sedang diselidiki. Penyelidikan juga dilakukan terhadap deposito bank yang mencurigakan di Perth dan Melbourne. Pengacara Lukas Enembe menolak tuduhan korupsi dan menyebutnya bermuatan politik
Seide.id – Skandal judi Gubernur Papua Lukas Enembe juga telah menyebar ke Australia, di mana penyidik Indonesia mengkonfirmasi jika mereka sedang memeriksa transaksi di Crown Casino di Perth, dan deposito bank yang mencurigakan di Perth dan Melbourne. Jutaan dolar diduga dihabiskan di kasino Perth, tulis laman ABCNews.
Lukas Enembe, diduga menyalahgunakan setidaknya 560 miliar rupiah sejak 2017 dan menghabiskan sebagian besar dana tersebut di kasino luar negeri, termasuk Singapura dan Australia. Dengan gaji pokok Rp8,4 juta per bulan, Lukas Enembe dituduh menghabiskan puluhan juta dolar di kasino asing.
Tapi pihak berwenang mengatakan kepada ABC jumlah total yang sedang diselidiki sebesar “triliun rupiah,” atau ratusan juta dolar.
Pekan lalu, Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) Indonesia mengungkapkan pihaknya sedang menyelidiki beberapa jejak uang yang mencurigakan selama lima tahun terakhir, yang melibatkan rekening bank pribadi Lukas Enembe, atau rekening yang diduga ia kendalikan.
Pihak berwenang telah mengkonfirmasi kepada ABC jika mereka sedang menyelidiki sumber uang yang diduga dihabiskan Lukas Enembe di Perth Casino, berjumlah sekitar $500.000 per tahun sejak 2017.
Diduga Lukas Enembe telah menghabiskan jutaan dolar di Kasino Perth, tulis jurnalis Anne Barker menulis di ABCNews.
Satu sumber mengatakan kepada ABC jika Enembe dicurigai menghabiskan dana lebih dari sekadar bertaruh di kasino. “Tidak semua uang yang dia habiskan untuk perjudian, itu termasuk aset.” Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang menyelidiki semua aset keuangan Lukas Enembe di Australia.
Tidak jelas apakah dia memiliki properti di Australia atas namanya.
Organisasi Transparansi Internasional menyebut kasino-kasino di Australia telah menjadi tujuan pencucian uang.
“Pemerintah Australia harus mengambil tindakan tegas untuk memastikan kasino-kasino ini melaporkan transaksi yang mencurigakan dan tidak bertindak sebagai tempat berlabuh yang aman untuk tokoh-tokoh koruptor dan pencuci uang,” kata Clancy Moore dari Transparency International Australia.
Laporan majalah investigasi Indonesia Tempo, yang mengutip bukti yang dikirim ke KPK, menyebutkan transaksi yang diyakini dilakukan ke rekening atas nama Lukas Enembe di Australia berjumlah Rp.1,2 triliun.
“Anehnya, penyetoran ke rekening itu umumnya dilakukan secara tunai. Saat itu Lukas ada di Indonesia.”
Tempo juga memberitakan salah satu transaksi keuangan Lukas di Australia dilakukan oleh petinggi bank di Papua. “Dana tersebut disebut-sebut terkait dengan kontrak hak siar Pekan Olahraga Nasional (PON) 2021 di Papua.”
“Pejabat bank daerah itu juga terkait dengan menyewakan jet pribadi untuk Lukas seharga US$500.000. Diduga uang itu berasal dari dana Otsus Papua.”
ABC mendapat informasi jika rincian transaksi ke atau dari rekening bank Australia menjadi bagian dari 12 laporan yang baru-baru ini dikirim PPATK ke Komisi Pemberantasan Korupsi, sebagai bagian dari penyelidikannya terhadap Lukas Enembe.
Pekan ini, Organisasi anti korupsi Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) memberikan salinan manifes penerbangan, yang menunjukkan Lukas Enembe adalah satu-satunya penumpang di jet pribadi yang terbang ke Brisbane dari Dili di Timor Leste, pada 10 Juli lalu.
Data terpisah menunjukkan dia melakukan penerbangan pulang pada 14 Juli.
Saat ini sedang ada penyelidikan untuk mengetahui dari mana uang itu berasal, apakah Lukas menyedot uang dari ‘dana otonomi khusus’ yang dialokasikan setiap tahun oleh pemerintah Indonesia untuk proyek-proyek pembangunan dan pendanaan operasional di Papua.
Sejak 2013 ketika ia terpilih sebagai gubernur, pemerintah Indonesia mengalokasikan dana otsus setara dengan Rp500 triliun, menurut Menteri Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia, Mahfud MD.
Bulan ini sudah dua kali KPK memanggil Lukas Enembe untuk dimintai keterangan, setelah menetapkannya sebagai “tersangka” atas dugaan suap senilai Rp1 miliar dari seorang pengusaha Papua.
Tetapi Lukas sudah dua kali gagal diperiksa langsung oleh KPK dengan alasan sakit. Selama dua minggu terakhir, Lukas berada di rumahnya di Jayapura.
Pengacara: Tuduhan korupsi bermotif politik
Pengacara Lukas menolak semua tuduhan. Pengacara membantah Lukas telah menyalahgunakan uang rakyat dan mengatakan tuduhan itu bermotif politik.
Sebagai Gubernur Papua, Lukas Enembe menguasai dan memiliki akses dana otonomi khusus selama hampir satu dekade.
Tim pengacara mengatakan saat ini kaki Lukas bengkak dan kesehatannya secara umum dalam kondisi yang buruk karena penyakit diabetes dan stroke.
Dalam beberapa tahun terakhir ia sudah menjalani operasi jantung dan pankreas.
Mereka membantah Lukas sudah mengantongi uang publik, sambil mengatakan tuduhannya bermotif politik karena statusnya sebagai anggota Partai Demokrat.
Muhammad Rifai Darus, juru bicara Lukas Enembe, mengatakan pembagian dana otsus yang dilakukan gubernur sudah sepenuhnya sah dan dugaan suap dari pengusaha adalah uang miliknya pribadi. “Itu sah-sah saja, diatur dengan peraturan daerah,” katanya kepada majalah Tempo.
“Pak Lukas tidak pernah mengambil apapun dari dana APBN.”
Pengacaranya juga berusaha menjelaskan jika kekayaan Lukas adalah kekayaan pribadi karena memiliki tambang emas di Papua.
“Dia orang kaya. Dia memiliki sumber daya alam dan emas. Mengapa ada kecurigaan?” kata Aloysius Renwarin, salah satu pengacaranya pekan lalu.
“Selama 20 tahun terakhir, dia mengabdi di tanah kelahirannya, di mana deposit emas terbesar berada di distriknya, di tempat kelahirannya.”
KPK mengatakan jika Lukas bisa membuktikan kekayaan dan pengeluarannya yang sah, maka kasusnya akan dibatalkan.
“KPK … bisa menghentikan penyidikan … jika nanti dalam proses penyidikan Pak Lukas bisa membuktikan dari mana puluhan, ratusan miliar rupiah itu berasal,” kata Alexander Marwata, wakil ketua KPK.
Sat ini rekening bank Lukas di Indonesia sudah dibekukan dan ia dilarang ke luar negeri. (ABC/dms)