Untuk Sukses Anak Perlu Kesenian, Dongeng, Puisi, Dan Musik Juga

“Children need art and stories and poems and music as much as they need love and food and fresh air and play. “
Pullman Philip

Wise words from Philip Pullman, who received the Astrid Lindgren Memorial Award in 2005

Seide.id – Pendidikan anak kita perlu mengubah paradigma,bahwa untuk menjadi seseorang (somebody) tidak harus mengejar sekolah dokter, sekolah insinyur, dan belajar motivasi menjadi orang kaya.

Sukses seseorang sudah berubah, bukan harus dari sekolah favorit, bukan karena ranking tinggi, melainkan bagaimana anak diciptakan. Saya lebih memihak sekolah Katolik yang tidak mengejar prestasi akademis semata sehingga anak didik hanya belajar saja, melainkan bagaimana mereka dibentuk, diciptakan. Ada pendidikan bagaimana menempuh kehidupan, ada “tacit knowledge” yang tidak sekolah berikan. Maka tidak heran yang berasal dari sekolah bukan favorit, ranking tidak tinggi, jadi orang sukses juga.

Satu yang orangtua lupakan, bahwa pendidikan memerlukan hal lain, selain mengisi cognitif anak. Bisa jadi hal lain itu lebih menentukan akan jadi bagaimana anak kelak. Waktu anak saya dulu wawancara di satu Uni di Amerika, profesornya bilang anak pintar banyak, tapi pintar dengan sesuatu yang lain, tidak banyak. Maka keliru sekolah yang cuma mengejar prestasi akademik, tapi mengabaikan cita-cita pendidikan, yakni agar kelak anak to be somebody.

Untuk menjadi seseorang dan ada harapan hidupnya sukses diperlukan seperti yang diungkap peraih Award di atas, Philip Pullman: anak butuh kesenian, dongeng, dan puisi, dan musik. Itu yang akan mengisi otak kanannya, dan itu bagian dari yang “tacit knowledge” itu. Tak ubahnya orang belajar naik sepeda, tak ada perasat, tak ada penjabaran bagaimana caranya selain langsung melakukannya.

Saya mengamati selama perjalanan hidup saya, dan dari yang saya baca dari kisah sukses orang-orang besar di dunia, mereka bukan harus yang prestasi akademisnya istimewa, bahkan yang biasa-biasa saja, tapi memiliki sesuatu yang lain. Setidaknya mereka luwes bergaul, prigel bergaul, supel, dan banyak membaca.

Membaca apa saja. Makin banyak membaca makin kaya wawasan hidupnya, dan bisa jadi memberi banyak inspirasi untuk hidupnya. Bisnis star-up yang mengguncang dunia kiwari, juga muncul dari generasi milenial yang kreatif, tidak harus yang prestasi akademisnya tinggi. Pendidikan kita masih mengabaikan sisi potensi kreativitas yang tidak selalu berasal dari pelajaran, melainkan dari pendidikan.

Menjadi apa pun setiap anak butuh kesenian, selain dongeng, puisi, dan musik. Ini yang memperkaya otak kanannya, setelah otak kirinya diisi di sekolah supaya mengasah cara berpikir yang sistematis, yang nalar.

Kalau ada anak memilih sekolah musik, belajar sejarah, suka ilmu sosial, selama itu menjadi kesukaannya, kenapa harus mengarahkan menjadi dokter atau insinyur. Lebih penting ada kecintaan, ada passion, ketimbang terpaksa menjadi keahlian yang tidak disukainya. Sukses ditemukan bila bidang pekerjaan yang dipilihnya memberinya rasa berbahagia, bukan terbeban.

Salam sehat,
Dr Handrawan Nadesul

Gagal Ginjal Sebetulnya Masih Bisa Dicegah