Anak-anakku Bukan Milikku, Menulis Kehidupan – 158

Syukur saya diberkahi alam dan Sang Pencipta boleh mendapat keturunan, anak laki dan perempuan. Mereka terlahir dan sedang tumbuh kembang.

Ada keluarga lain, sangat merindukan dan berusaha serta memohon, namun tidak dikaruniai keturunan. Padahal mereka sehat, mampu secara ekonomi dan orang yang baik. Namun, nyatanya tidak memiliki keturunan. Di lain pihak, ada yang banyak anak, dan ada juga lahirkan anak lalu dibuang. Ada yang mati, ada yang dapat diselamatkan.

Mensyukuri anak-anak ku, juga merenungkan kehadiran anak dalam kehidupan, saya menuliskan renungan ku tentang anak, dalam sajak: Anakku Bukan Milikku

Pernah kupikir tentang anak
Mereka milik dan kepunyaanku
Aku berhak mengatur sesukaku
Aku menulis kemauanku
Aku melukis gambar-gambarku
Aku menentukan masa depannya
Aku jadikan mereka menurutku
Akulah penguasa anak-anakku
sesuai tradisi adat budayaku

Anak-anak ku
Ketika mereka tumbuh kembang
mulai kusadari kenyataan
Bahwa
Anak-anakku bukan milikku
Mereka bukan barang mati
benda-benda tak bernyawa
alat perabot yang dibeli
untuk kebutuhan sehari-hari
Anak-anak bukan barang
Mereka sosok pribadi
titipan Sang Pencipta
Aku cuma diberi kesempatan
Aku hanya diberi kepercayaan
untuk mereka hadir alami
dalam agenda Sang Pencipta

Anak-anak ku
Mereka ternyata bukan milikku
seperti aku sudah alami
Aku bukan milik orangtuaku
Aku tidak ditentukan orangtuaku
Aku menjadi diri pribadi
oleh keterlibatan banyak orang
Menulis dan mengukir aku
Merawat dan menopang aku
Mengajar dan mendidik aku
Aku terus ada dan menjadi
dalam sesama dan alam
setiap hari sampai matiku

Anak-anak bukan milikku
Anak-anak titipan kehidupan
Anak-anak milik Pencipta
Tumbuh kembang ceria
dihiasi pengalaman suka duka
dilukis aneka warna-warni
ditulis berbagai kata cerita
diperkenalkan bermacam alat dan alam

Anak-anak ku
mereka ada dan menjadi
mereka bertumbuh kembang
mereka memiliki dan memberi
Mereka pun menulis dan melukis
dalam detak-detak waktu
Mereka mengulang nafas peradaban
mereka menciptakan kreasi
mereka penerus generasi
Mereka juga membuat sejarah

Anak-anak bukan milikku
Mereka cuma titipan
aku hanya pembantu
agenda rencana Ilahi
melakukan kisah misteri
“Ketika sudah terlahir
Setiap anak manusia
seperti anak panah yang terlepas dari busur
Orangtua hanyalah busur
Sang Pemanah memakai busur
anak panah dilepaskan
di tengah sesama dan alam
melesat menuju sasaran misteri”

Masa depan anak-anak
Tak satu pun yang tahu
sampai kemana anak panah
seperti apa dan dimana
anak panah akan menancap
Semua usaha diperjuangkan
segala doa didaraskan
namun
ada dan jadinya misteri
tentang nasib masa depan
dari setiap anak manusia
Tidak ada yang tahu
Tidak bisa ditentukan
Kusadari,
“Anak-anakku bukan milikku”

Simply da Flores Harmony Institute