Anak Pandai Versus Anak Baik

Anak Pandai Versus Anak Baik

Anak-anak Jepang belajar berhitung dan bahasa dengan cara bermain. Mereka dijari basic kehidupan; toleransi, santun, disiplin, mandiri dan bertanggungjawan. Anak yang dididik sesjak dini seperti ini, rasanya tidak mungkin hobi pamer atau menghajar teman seperti adegan ganster di film layar lebar.

Sebuah sekolah dasar internasional di BSD City, baru saja bubaran. Seorang ibu Indonesia menggandeng anaknya keluar sekolah menuju tempat parkir. Begitu juga seorang ibu Jepang. Kedua ibu itu terpaku melihat seorang anak kecil mengemis di seberang sekolah.

Ibu Indonesia berkata kepada anaknya.,” Itu hasilnya kalau kamu tidak sekolah. Sekolah harus pandai agar kamu tidak jadi pengemis seperti anak itu”. Ibu Jepang juga melihat anak kecil pengemis di jalanan itu. Sang ibu berbisik pada anaknya. “ Lihat anak kecil pengemis itu. Tentu orangatuanya tak punya uang. Itu sebabnya kamu harus mejadi orang baik, agar kelak kamu bisa bikin usaha sendiri, lalu bisa memberi uang atau pekerjaan pada anak itu agar bisa sekolah dan tidak berada di jalanan”. 

Belajar Mencari Solusi

Anak-anak Indonesia, setiap pergi ke sekolah, seperti orang bepergian ke luar kota. Tas punggung saja tidak cukup menampung buku-buku pelajaran. Mereka perlu kopor untuk menampung buku-buku yang jumlahnya lebih banyak daripada perpustakaan sekolah.

Setiap hari anak didik Indonesia diajari agar pintar dan lebih pintar daripada teman kelasnya, sehingga dalam perlombaan pintar-memintar itu, orangtua, terutama ibu, melibatkan diri ikut memacu sang anak untuk menjadi jagoan. 

Jangan tanyakan bagaimana cara anak-anak itu mengobati temannya yang kakinya berdarah, sebab mereka tidak diajarkan mencari solusi kehidupan. Tanyakan kepada mereka berapa 19×24-12:2.Dengan cepat mereka akan menjawab.

Anak-anak Indonesia dikenal jago setiap perlombaan matematika dunia. Tetapi anak-anak Jepang dikenal ringan tangan membersihkan sampah atau kotoran yang dilakukan orang lain di tempat umum. Orang Jepang memiliki solusi kehidupan, hal yang diajarkan sejak kecil. 

Semasa TK mereka diajarkan disiplin, bertanggungjawab serta mencari solusi persoalan hidup di sekitar mereka. Mereka setiap hari hanya membawa beberapa buku dan lunchbox berisi nutrisi. Mereka makan bersama dan sesudah makan harus dicuci bersama. Packing an unpacking sendiri. Kadang, mereka harus membersihkan toilet agar dipakai nyaman oleh semuanya.

Anak yang dididik menjadi orang pandai, sering meremehkan orang lain yang tidak pandai. Tapi orang baik dan bertanggungjawab, akan bisa menuntun orang pandai agar tidak jahat.

Mario mungkin tidak tampil sebagai jagoan anak muda yang dengan sadis menghajar lawannya meski sudah tidak berdaya, jika sejak dini diajarkan tentang tanggung jawab. Seperti anak Jepang. Maria menjadi seperti seorang psikopat yang melihat korban semakin tak berdaya dan ingin menghabisi karena dia merasa pintar dan memiliki ayah pajak yang bisa menyelesaikan berbagai masalah. 

Tetapi, Mario tak bisa bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Ia menggunakan mobil mewah milik sang ayah, tapi tak tahu bagaimana menjaga nama baik sang ayah. Apalagi berbelas kasih melihat orang lain yang terkapar. Bukan malah terus menghajar ramai-ramai. Itu hanya dilakukan anak pengecut yang didik salah menjadi pintar, kayaraya dan gemar pamer. 

Intoleransi Masih Terjadi di Sekolah Negeri

Menjadi Orang Baik: Resolusi Bangsa

Saatnya Berhenti Berlari….

Avatar photo

About Mas Soegeng

Wartawan, Penulis, Petani, Kurator Bisnis. Karya : Cinta Putih, Si Doel Anak Sekolahan, Kereta Api Melayani Pelanggan, Piala Mitra. Seorang Crypto Enthusiast yang banyak menulis, mengamati cryptocurrency, NFT dan Metaverse, selain seorang Trader.