Langkah 3 – Menemaninya
Ketika langkah pertama dan kedua terbiasa kita lakukan, langkah ketiga ini menjadi momen terpenting dalam memvalidasi emosi. Sayangnya seringkali lalai dilakukan dengan tepat.
Kekeliruan pertama adalah ketika kita mengatakan, “Kayaknya kamu berlebihan deh bereaksinya.” Atau, “Seharusnya nggak usah nangis di hadapan banyak orang. Nanti kamu dipandang cengeng, lemah.” Atau “Udah besar ya, anak Ibu, jadi bukan anak kecil lagi, yang dikit-dikit ngambek.” Termasuk, “’Kan Bunda udah bilang, kalau ada yang kayak gitu ke kamu, dilawan dong.”
Seketika kita meresponse demikian, semua langkah pertama dan kedua menjadi tak berarti. Hal yang sebaiknya kita lakukan …,
1. Tak perlu mengatakan apapun. Tanyakan saja, apakah dia hendak ditemani, ingin dipeluk, atau mungkin anak ingin sendiri dulu. Sebagai catatan, anak akan mengingat bagaimana bahasa tubuh kita ketika menanyakan atau menemaninya.
2. Bila ingin mengajarkan anak untuk memiliki pemikiran berbeda, tundalah sampai momennya lebih tepat. Bukan pada saat itu juga.
3. Hal terpenting tentang saat itu adalah kesempatan bagi anak-anak memahami perasaan mereka, menerimanya dan membentuk strategi mengelola emosi, bukan saatnya untuk kita menceramahi tentang perasaan seharusnya, tentang perilaku baik maupun norma dan aturan.
Mengapa?
>> Berikutnya : Karena momen anak ……