Membandingkan Devon dan Mischka, kedua pelajar peraih medali lomba matematika/sains dengan Roy dan Jeje, dua remaja yang ngetop di Citayam Fashion Week itu sungguh tidak tepat.
Itu sama halnya membandingkan, enak mana antara soto babat dengan sego pecel. Tidak apple to apple.
Semakin tak adil lagi, banyak pendapat yang cenderung menjadi ‘wasit’ kedua prestasi berbeda itu. Pertama, Devon dan Mischka adalah anak pintar dan diposisikan masa depannya sangat cerah. Kedua, Roy dan Jeje adalah anak bodoh, gembel trotoar, dan masa depan suram.
Pola pikir kuno yang beranggapan bahwa medali atas dasar prestasi kepintaran seseorang akan menjamin masa depan itu mengingatkan video clip album Pink Floyd, Another Brick In The Wall :
Barisan anak-anak berjalan menuju mesin industri pendidikan, dilebur dan menghasilkan produk sterio-tipe. Sama persis. Nyaris mirip robot. Kehilangan jiwa dan imajinasi.
Kehidupan tidak serumit rumus matematika. Biarkan anak-anak muda itu berkembang sesuai mimpinya.
Devon, Mischka, Roy, Jeje, dan lainnya adalah masa depan.
(Tonin)