Foto : warner Music Indonesia
Oleh : Ririz Seno
Menyebut Andi Bayou sama halnya dengan menyebut sederet kreatifitas dan karya besar dalam khasanah musik Indonesia. Bagaimana tidak, setelah sukses mengusung Bayou Band groupnya, menelorkan tiga album, lewat lagu “Hanya Dirimu” , “Kali Ini” serta lainnya langsung melejit dibanyak Tangga Lagu blantika musik Indonesia kala itu. Bayou Band sendiri digawangi oleh Binsar (vokal), Andi (kibor), Yoyo (bass), Opick (gitar) dan Uce Haryono (drum), namun kelimanya dari hasil menunjukan sebuah teamwork yang kompak saling mengisi. Walau sebelumnya waktu berkutat di Jogja Andi mengawali menekuni musik dari “Wheeze Band” yang pernah exist di Band Expotion kisaran tahun 90 an, sebuah event musik yang digawangi oleh Yamaha Music Foundation. Lantas dari Jogja ia berangkat ke Jakarta totalitas belajar musik di Indra Lesmana Workshop.
Dari kesuksesan Bayou Band dan kehandalan memainkan piano serta midi music programer, ia ditarik oleh Roland Inc sebuah perusahaan musik dari Jepang sebagai endorsers. Andi resmi bergabung sebagai Artist Ambassador untuk Roland Keyboard sejak 2004 hingga sekarang. Andi juga sempat beberapa kali di kirim ke Roland pusat di Jepang dan berkesempatan mengunjungi pabrik piano Steinway & Son di Hamburg dan Frankfurt Musik Messe tahun 2015. Tanggal 29 Februari 2016 waktu lalu, Andi Bayou menghelat konser mini untuk mengenang perjalanan dirinya selama 25 tahun berkarir di industri musik Tanah Air. Konser dengan tema “My Musical Journey, 25th Anniversary of Andi Bayou” sukses digelar Andi Bayou di Rolling Stone Cafe, Jakarta.
Bukan hanya itu, nama-nama besar seperti Iwan Fals, Nicky Astria, Sheila on 7, Kangen Band, Judika, Syahrini, Rio Febrian, Warna, Dewi Sandra, Mayangsari hingga Trio Macan tercatat pernah berkolaborasi dengan Andi dalam pengerjaan albumnya. Produser Dream Band 2005, 2006 dan Music Director AFI 1 ini juga dipercayakan kepada Andi Bayou sebagai produser album Rising Star Indonesia 2014, lagu ciptaannya Come N Love Me dan Yang Terbaik terpilih sebagai lagu kemenangan saat Grand Final. Andi Bayou yang bernama asli Andi Haryo Setiawan, S.H., M.H dilahirkan di Yogyakarta, 20 Agustus 1971 selain sukses dalam pendidikan akademisnya di UII Yogyakarta, musik sudah menjadi tekad hidupnya. Nyaris tak terhitung jumlah album yang digarapnya, dan juga putra Prof Dr Bambang Irawan dengan Prof Dr Drg Pinandi Sri Pudyani ini pernah rekaman di The Cutting Studio New York. Di tempat itu, The Corrs, Linkin Park, Boyzone.
Java War Part 1 – 2 dan Sunrise At Borobudur
Di kota kelahirannya Yogyakarta ia kini telah memiliki sebuah museum “Andi Bayou Music Museum” yang boleh dikata bertaraf nasional bahkan layak disebut internasional, karena nyaris semua alat musik berserta history product nya ada disana. Karya Andi Bayou yang fenomenal adalah “Java War Part 1”, “Java War Part 2” dan “Sunrise At Borobudur”, adalah karya yang luar biasa bagi market musik pada umumnya. Jangan harap ada suatu nyanyian lagu utuh, yang berpijak pada ketukan seperti metronome pada lagu umumnya untuk tiga komposisi ini. Dalam karya Java War Part 1, awal prelude akan kita dengar sebuah komposisi pentatonis, yang kemudian pada menit pertama kita akan dibawa melayang dalam irama musik klasik, demikian juga untuk interludenya kembali kita akan dibawa ke nuansa jawa yang berkesan indah sedikit magis. Namun Andi tetap mahir meramu komposisinya. Speed jari-jari tangan Andi yang memukau menjadikan sebuah karya yang begitu dinamis. Lanjut ke Java War Part 2 komposisi major yang Andi Bayou mainkan menjadi seperti ejakulasi klimaksnya dari Java War Part sebelumnya. Irama rancak dengan break break dinamis begitu menyihir pendengar dengan kepiawaian jarinya. Ada suara drum percusions dan strings sections juga electrics guitar yang memperjelas break breaknya, meski warna percusion stringsnya ada kesan sintetisnya, namun komposisinya tetap memukau pesona bagi pendengarnya.
Selanjutnya, sebuah komposisi musik yang seperti menggambarkan betapa indahnya suasana matahari terbit di Candi Borobudur dengan aktifitas masyarakatnya. Andi Bayou begitu piawai menerjemahkannya hingga menjadi sebuah karya musik :
Wanci esok
Sang surya peparing urup
Kinarya pralambang
Para titah gyo makarti
Dipagi hari
Matahari memberi kehidupan
Hasil kerja menjadi simbol
Makhluk hidup pada bekerja dalam mewujudkan kebaikan untuk hidupnya
Intro prelude diawali oleh vocal Dewi Rengganis yang luwes bak pesinden, Andi mengajak kawan ISI Fakultas Karawitan Yogyakarta untuk berkolaborasi, jadilah sebuah karya teamwork komposisi handal yang seyogyanya sangat layak untuk dihargai secara nasional. Bagaimana tidak, Borobudur adalah sebuah candi yang menjadi polemik di sekitar 7 keajaiban dunia yang sampai sekarang menjadi tujuan wisatawan manca negara. Menikmati adonan musik Sunrise At Borobudur, imajinasi kita seperti akan terbawa ke masa masa silam. Begitu piawainya Andi Bayou memadukan musik diatonis dengan pentatonis yang nyaris terus ketemu berpadu, bukan hanya sekedar tempelan hiasan, namun hampir keseluruhan lagu menyatu dalam komposisi diatonis dan pentatonis ramuannya, tentunya karena sentuhan speed jari Andi yang seperti tereja wantah dialetika bahasannya. Dari sinilah, bahkan seorang maestro musik alm Yockie Suryo Prayogo pernah terkesima dengan permainannya keyboardnya kala itu di GINS Studio Jakarta. Dan mestinya sudah seharusnya kalau Kemenparekraf memberikan penghargaan dan memperhatikan para musisi seperti Andi Bayou yang ikut mengkampanyekan karya adiluhung Borobudur untuk dunia. Nuhun (riz)