4. Jantung
Penyakit ini terbilang complicated karena orang yang pernah terkena penyakit jantung umumnya takut atau sedapat mungkin menghindari aktivitas berintim-imtim.
Mengapa? Karena pernah merasakan sendiri rasa nyeri yang luar biasa hebat di bagian dada yang setiap waktu bahkan bisa mengancam jiwanya. Normal dan manusiawi sih, kendati tak berarti sikapnya yang takut berlebihan bisa dibenarkan.
Selain terapi medis, penderita penyakit jantung juga memerlukan rehabilitasi khusus. Rehabilitasi ini terdiri dari beberapa tahap dan mesti dilakukan berurutan tahap demi tahap.
Mengingat proses tiap tahapan bisa makan waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan, dibutuhkan kesabaran ekstra dan tenggang rasa dari pasangan. Apalagi selama menjalani rangkaian terapi, penderita yang sudah tergolong parah penyakitnya, hingga pernah mengalami serangan hebat, biasanya disarankan untuk “libur panjang” tidak berintim-intim dulu.
5. Diabete
Kendati penyakit ini bersifat genetis/keturunan dan tak bisa disembuhkan (namun bisa dikontrol agar jangan sampai tercetus atau bertambah parah). Jika mengenai pria, diabetes dipastikan bisa mengancam kemampuan seksualnya.
Terutama menurunnya libido, bahkan gangguan ereksi hingga ancaman impotensi. Sebabnya, diabetes yang tak terkontrol menyebabkan kadar gula darah sedemikian tinggi yang akan merusak sistem saraf di seluruh tubuh. Termasuk saraf-saraf tepi pada organ kelamin.
Jangan salah, wanita pun bisa mengalami gangguan seksual akibat diabetes. Akan tetapi karena wanita umumnya lebih bersifat pasif dan nrimo dalam hal ini serta tak dituntut untuk ereksi, maka biasannya hal ini tak menjadi masalah serius. Itulah mengapa, untuk mengantisipasi agar tak semakin parah, terapi medis untuk penderita diabetes sangat perlu dijalani secara intensif.
6. Kelumpuhan akibat trauma
Terutama akibat kecelakaan lalu lintas hingga yang bersangkutan mengalami patah tulang belakang dan kelumpuhan kaki. Bila kelumpuhan hanya menyerang kaki, terapi seksual yang disarankan relatif sama dnengan penderita polio.
Sedangkan jika kelumpuhan mencapai ketinggian sebatas perut atau malah mencapai tulang leher dan otot dada, kemampuan seksual dipastikan bakal terganggu atau bahkan mati alias tak berfungsi. Kemungkina besar pria mengalami impotensi atau gangguan eresi.
Namun jangan cemas. Toh impotensi bisa diobati agar ia bisa memuaskan pasangan. Atau setidaknya tetap mampu melakukan aktivitas berintim-intim. Bahkan untuk penderita yang sudah payah, dalam arti hanya bisa brenapas dan tergolek di tempat tidur pun masih tetap bisa diupayakan terapi khusus.
Misalnya dengan memakai protesa di penis bila memang sudah tak bisa ereksi. Hingga tetap bisa berhubungan dengan pasangan yang ambil peran aktif. Hanya saja untuk memulihkan kehidupan seksual seperti sedia kala sebelum kecelakaan jelas mustahil.
Lain hal bila trauma mengena pada tulang belakang yang berhubungan langsung dengan otak kecil dan syaraf-syaraf penting. Kondisi semacam ini umumnya berakibat fatal dan sulit tertangani lagi. Kendati begitu bukan berarti pasangan tak bisa memperoleh keturunan lho.
Pasalnya, kelumpuhan pada kasus-kasus seperti ini hanya berdampak pada kekuatan otot hingga jadi lemah dan kurang berfungsi. Bukan pada kemampuan kelenjar-kelenjar atau sel-sel lain yang berkaitan dengan produksi sperma atau sel telur. Hingga melalui teknik-teknis khusus dan dengan sperma yang tetap berkualitas bagus, masih bisa kok diupayakan pembuahan agar pasangan ini memiliki keturunan. (Puspayanti)