Anggota Koramil Tambun Seorang Diri ‘Amankan’ 400 Personel Banteng Raiders yang Lelah Setelah G30S/PKI 1965

Seide.id, Jakarta – 4 Oktober 1965, pagi itu Pembantu Letnan Dua (Pelda) Edi Somad baru saja tiba di kantornya, Koramil Tambun. Sepeda baru saja ia sandarkan. Belum sempat ia menuju ruang kerja, sudah datang perintah dari atasannya.

“Pak, coba dicek di dekat sawah itu ada pasukan misterius, tak jelas, anggota terima laporan tadi pagi!”

Itu suara Komandan Koramil Tambun yang tiba tiba berdiri di depan Edi Somad muda.

“Siap Pak, segera kerjakan!”

Sepeda kembali diambilnya, Edi Somad lalu menyeberang jalan menuju arah yang disebutkan atasannya.

Seberang Koramil Tambun memang perkampungan penduduk yang masih dikelilingi sawah dan kebun. Pelda Edi Somad mengayuh sepeda dinasnya dengan segudang tanda tanya. Siapa pasukan yang dimaksud atasannya tadi? Sedang apa mereka? Mengapa ada di sawah?

Sampai tiba di lokasi dekat kampung, tiba-tiba terdengar suara menghardik:

” Angkat tangan! Turunkan senjata! “

Beberapa datang berkelebat dengan cepat. Tahu-tahu Edi Somad sudah dikepung ratusan personel berbaju loreng dengan senjata otamatis!

Batalyon 454 Banteng Raider termasuk pasukan istimewa yang juga tangguh.

Tanpa pikir panjang veteran pejuang 45 itu segera menurunkan senjatanya, sebuah senjata laras panjang model lama. Edi Somad tidak saja kalah jumlah, senjata yang ia bawa tampak menyedihkan.

Pandangan mata pelda itu menatapi satu demi satu para pengepungnya. Mereka tampak sangat kelelahan, pakaian mereka juga lusuh.

Dalam perbincangannya kemudian ia tahu, pasukan pengepungnya tidak saja kelelahan, mereka juga kelaparan.

Dialog pun terjadi, “Bapak-bapak, kita sama-sama prajurit bawahan. Saya tahu Bapak semua lelah dan belum makan, bagaimana kalau kita ke Markas Koramil dulu nanti di sana kita sediakan makan, juga ada tempat bagi Bapak-bapak untuk beristirahat,” bujuk Edi Somad.

Setelah dibujuk dan diyakinkan pasukan yang berjumlah lebih kurang 400 orang itu mau datang ke Kanto Koramil Tambun, yang saat itu menempati gedung tua bekas milik tuan tanah China. Saat ini gedung Koramil Tambun itu dikenal sebagai Gedung Juang Tambun.

Sesampai di markas, senjata dikumpulkan dan ditaruh di dalam sebuah ruangan terkunci. Pasukan yang terlalu lelah ini menurut saja.

Pasukan yang belakangan diketahui dari Batalyon 454 Banteng Raiders Jawa Tengah ini segera mendapat jamuan makan istemwa dari Koramil.

“Komandan menyuruh saya cari beras, minyak, dan lauk pauk dari Pasar Tambun dan yang masak penduduk sekitar Koramil. Rokok kami kumpulin dari pedagang buat pasukan itu,” tutur Edi Somad ketika saya temui beberapa waktu silam.

Veteran Edi Somad, anggota Koramil Tambun, pelaku sejarah yang sempat saya temui.

Dari penelusuran kemudian diketahui, 2 Oktober 1965 pasukan “tak jelas” ini diduga telah bertempur dengan pasukan RPKAD di sekitar wilayah lapangan terbang Halim Perdana Kusuma.

Baku tembak sempat terjadi dengan sengit. Banteng Raider dikabarkan mendapat perintah agar mempertahankan lapangan udara itu dari serangan siapapun yang masuk.

Saat Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) ini memasuki wilayah lapangan udara Halim Perdana Kusuma, maka pasukan Yon 454 Banteng Raiders inilah yang pertama kali dihadapi pasukan komado tadi. Tak ada yang mau mengalah, maka kontak senjata langsung terjadi. Peluru tajam berhamburan.

Beruntung seorang perwira tinggi AURI yakni Kolonel Dewanto datang dan ia menjadi penengah yang baik. Kedua belah pihak akhirnya mengalah dan menghentikan tembakan.

Batalyon 454 Banteng Raisders Jawa Tengah berada di Jakarta pada awalnya diperintahakan menjadi pasukan upacara HUT Angkatan Bersenjata Republik Indonesia yang akan di adakan tanggal 5 Oktober 1965, tetapi batalyon ini akhirnya terjepit berada di tengah situasi yang tidak mengenakkan. Jakarta genting, karena pada 1 Oktober telah terjadi peristiwa kudeta yang kelak kita kenal sebagai peristiwa G30S/PKI.

Pasukan dari Jawa Tengah ini setelah pertempuran di dekat Halim Perdanamusuma amereka mundur ke arah Pondok Gede, lalu terus berjalan kaki sampai ditemui oleh Edi Somad di Tambun.

Sampai akhirnya datang bus-bus penjemput dari Kodam V Jaya, untuk membawa pasukan ini ke Jakarta.

Jadi dengan demikian sangat besar jasa personel Koramil Tambun yang bisa “mengamankan'” pasukan yang sedang kebingungan dan kelelahan, tanpa sebutirpun peluru yang ditembakkan.

Seperti dikisahkan Edi Somad kepada saya.

Beny Rusmawan

Avatar photo

About Gunawan Wibisono

Dahulu di majalah Remaja Hai. Salah satu pendiri tab. Monitor, maj. Senang, maj. Angkasa, tab. Bintang Indonesia, tab. Fantasi. Penulis rutin PD2 di Facebook. Tinggal di Bogor.