Antara Intel Melayu dan Agen Mosssad

Spionase

Oleh HERMAN WIJAYA

Pada era 80an hingga 90an kita sering mendengar istilah “Intel Melayu” atau “Spion Melayu”. Kata lain intel (intelijen) adalah spion (spy) kependekan dari kata spionase yang berasal dari Bahasa Perancis espionnage (pengintaian). Itulah sebabnya kaca untuk melihat ke belakang pada kendaraan disebut kaca spion.

Istilah “Intel Melayu” atau “Spion Melayu” hanyalah olok-olok terhadap sosok intel tidak dapat menyembunyikan identitasnya. Apakah dengan menyebut dirinya intel (supaya orang takut) atau memperlihatkan ciri yang berbeda dari masyarakat kebanyakan. Misalnya berpakaian sipil, tetapi suka menonjolkan pistol di pinggangnya.

Intel sejati jauh dari kesan perilaku seperti itu. Menjurut Pengamat Intelejen Wawan Purwanto yang sekarang bertugas sebagai Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN), tugas intelijen adalah untuk mengumpulkan informasi. Kinerjanya serba rahasia dan tak boleh mengungkap identitasnya sembarangan. Keberadaannya sangat sulit dideteksi.

Menurut Wawan, jika ada seseorang yang dengan mudah mengaku bahwa dirinya berprofesi sebagai intel kepada kaum awam (bukan sesama aparat), itu patut ditandatanyakan. Karena rata-rata itu bertujuan tidak benar.

“Karena seorang intel itu tertutup. Bahkan kadang berpura-pura menjadi orang lain agar tak diketahui jati dirinya. Ngapain dia ngomong-ngomong ke orang lain? Itu berarti kan ada kepentingan. Wajib dicurigai. Kalau dia seorang intel, pasti akan menutupi jati dirinya dirinya. Karena kalau ke blow up, akan merugikan diri dia sendiri,” paparnya.

Pendapat itu ternyata bertentangan dengan keterangannya baru-baru ini. Wawan Purwanto mengungkapan BIN menyusupkan anggota  ke Taliban.

“Kita sekarang bergerak untuk menyusupkan teman-teman kita kepada tubuh lawan-lawan itu di berbagai negara untuk bareng-bareng menjaga karena secara prinsip Indonesia tidak ingin terjadi perpecahan,” ungkap Wawan dalam diskusi yang disiarkan Rabu 1 September 2021.

Belakangan Wawan meralat keterangannya itu. Yang menyusup dimaksud bukan sebagai pihak yang tak diketahui dan misterius. Namun lebih ke arah meredakan situasi ketegangan akibat konflik: menjalin komunikasi dengan Taliban juga dengan ke Pemerintah Afghanistan.

Wawan mengungkap, kedua pihak bersitegang saat ini meminta bantuan BIN sebagai pihak yang diyakini dapat membuat kondisi membaik. Walau pun perang tidak dapat dihindarkan, hingga pemerintah Afghanistan tumbang dan Taliban berkuasa.

Apa pun dalihnya, pernyataan Wawan Purwanto adalah sebuah “blunder”. Membuka operasi inteljen ke publik merupakan sesuatu yang seharusnya dihindari dalam dunia inteljen. Inilah, lagi-lagi, mengapa istilah “Intel Melayu” atau “Spion Melayu” kembali muncul dalam ingatan.  

Sejauh ini kita tidak tahu apakah yang disampaikan Wawan Purwanto adalah pendapat pribadi atau kebijakan institusi.

Dalam website Badan Intelijen Negara (BIN), pada  bagian “Mengenal Badan Intelijen Negara” di Kanal Tentang Kami ada tulisan begini:

Angker, rahasia, misterius, tertutup, klandestin, dan bahkan kekerasan. Itulah kesan spontan yang sering muncul dari mindset publik, ketika ditanyakan perihal dunia Intelijen. Terkadang mindset awam ini masih diikuti oleh sinimisme terhadap profesi Intelijen, seperti tercermin pada ungkapan “intel Melayu” atau “spion Melayu”.

Tidak heran, pemikiran seperti itu masih berkembang di kalangan masyarakat, karena karakter dunia Intelijen mengutamakan prinsip kerahasiaan, anonimitas dan cara kerja klandestin. Memasuki era keterbukaan, Intelijen ditantang untuk mengubah karakter “misterius” yang melekat menjadi karakter yang lebih impresif “terbuka” dengan publik.

Di halaman yang sama juga tertulis:

Tepat di sudut jalan masuk antara komplek pemukiman anggota BIN dan komplek perkantoran yang dibatasi pagar besi dengan kerimbunan pohon bambu, terdapat tulisan di papan besi permanen yang bunyinya : For Your Eyes  Only. Pesan dari tulisan tersebut, tentu dimaksudkan untuk semua yang berkepentingan masuk ke Komplek BIN, utamanya keluarga besar BIN.

Melalui tulisan tersebut,  warning  disampaikan bahwa apa yang dilihat, hanya untuk diri sendiri. Ajakan ini seolah menuntun keluarga besar BIN agar dapat menjaga kerahasiaan dengan sekeras-kerasnya. Sebab, kerahasiaan adalah salah satu premis yang menjadi nafas Intelijen.

 Mossad

Dalam dunia intelijen, agen rahasia Israel  Mossad dianggap salah satu dinas intelijen yang paling sukses di dunia, meski pun beberapa kali pula melakukan kesalahan besar, antara lain kegagalannya mencegah pembunuhan  PM Israel Yitzhak Rabin. Para agennya kecolongan saat warga Yahudi Ortodoks, Yigal Amir membawa senjata dan menembak Rabin. Hal ini memaksa pemerintahan Israel memecat direktur Mossad Shabtai Shavit dan digantikan MayJen Danny Yatom.

Mossad telah melakukan tugasnya ke berbagai belahan dunia, terutama yang terkait kepentingan Israel. Seperti mengejar tokoh-tokoh Nazi hingga ke Argentina, mengejar dan membunuh anggota PLO yang terlibat dalam penyerangan atlet-atlet Israel di Olympiade Munchen (peristiwa Black September), hingga pembebasan sandera Israel di Bandara Entebe, Uganda, pada 4 Juli 1976.

Bicara tentang Mossad tentu tak bisa dilupakan begitu saja salah seorang agennya yang paling terkenal, Eli Cohan.  Pria bernama lengkap Eliyahu Ben-Shaul Cohen lahir, beroperasi di Suriah dengan menyaru sebagai pengusaha tekstil diaspora Suriah dari Argentina, bernama Kamel Amin Thaabet.

Eli Cohen bertahun-tahun beroperasi di Suriah, sehingga hampir diangkat sebagai Wakil Menteri Pertahanan Suriah karena dianggap berjasa. Padahal Cohen hampir setiap hari mengirim informasi rahasia ke Israel, yang menyebabkan Israel mengetahui kelemahan Suriah dalam Perang 6 Hari.  

Kamel (Eli Cohen) akhirnya tertangkap basah. Ia ditahan dan disiksa. Pada 18 Mei 1965, digantung di Lapangan Marjeh Square. Jenazahnya dipajang di muka khalayak dan dipasangi poster berisi pesan-pesan anti-Zionis dalam bahasa Arab. Hafez kemudian mengutus sejumlah orang untuk membuang mayat Cohen ke tempat rahasia.

Belajar dari kisah Eli Cohen, begitulah seharusnya intelijen yang beroperasi di negeri orang. Tak pernah mengungkapkan identitasnya, kecuali diketahui pihak musuh dalam operasi kontra intelijen. ***

Avatar photo

About Herman Wijaya

Wartawan, Penulis, Fotografer, Videografer