(Foto: WK)
“Jangan merasa memiliki apapun yang ada di dunia ini, karena sifatnya tidak abadi.”
Benar! Tapi, tidak seharusnya kita
berpikir sesempit dan sedangkal itu. Rasa memiliki itu berbeda dengan hak milik. Karena, tidak merasa memiliki, tidak berarti kita bebas berbuat semau gue dan menyia-nyiakan hidup ini.
Hidup ini anugerah Tuhan. Tubuh yang kita kenakan ini juga kontrak. Kita berasal dan harus kembali kepada-Nya.
Tidak mentang-mentang tubuh ini kita kontrak, kita tidak mau merawat dan mengelolanya dengan baik. Misalnya, ada anggota tubuh yang sakit, kita juga yang merasakannya.
Kita tidak serta merta membiarkan atau memotong anggota tubuh yang sakit itu, tapi kita berupaya mengobatinya agar sembuh.
Kita harus mempunyai rasa memiliki hidup ini, karena kita bertanggung jawab kepada Yang Maha Pemberi.
Begitu pula dengan alam ciptaan-Nya, harus kita rawat, olah, dan kelola dengan baik.
Kita belajar untuk sesadar-sadarnya dan memahami arti rasa memiliki itu agar tidak salah kaprah dan bebas berbuat semau gue.
Kita memiliki hak atas alam ciptaan ini. Bukan berarti kita bebas untuk menjarah isi kekayaannya dan merusaknya, melainkan kita harus mengelolanya dengan baik agar alam tidak murka dan timbul bencana.
Kita cenderung mudah dan terbiasa untuk menuntut hak-hak kita terlebih dulu, tapi lupa dengan kewajiban sendiri. Keegoisan telah membutakan mata dan hati kita, sehingga kita kehilangan rasa peduli dan empati kepada penderitaan sesama.
Padahal, dengan mengutamakan untuk melakukan kewajiban kita, kita bakal memperoleh hak-hak itu. Dengan mendahulukan kepetingan orang lain, kita belajar rendah hati.