Begitu gembira menerima penghargaan itu, Anwar Fuady menggelar acara syukuran dengan mengundang para wartawan hadir. Si penjahat di sinetron itu terharu gembira, bangga karena pencapainnya dan pengabdiannya di dunia seni peran mendapat penghargaan. “Ini salahsatu warisan untuk anak cucu saya. Semoga mereka juga bangga dengan pencapaian kakeknya, ” kata aktor berusia 78 tahun ini.
OLEH DIMAS SUPRIYANTO
PILKADA 2024 ini menampilkan sederet bintang sinetron yang sukses meraup jabatan sebagai walikota, bupati dan anggota dewan. Juga DPD. Farhan, Jeje Govinda, Lucky Hakim, Rano Karno adalah sederet nama yang dikenal di layar kaca sebagai pemeran, berjaya di Jawa Barat sebagai calon kepala daerah.
Sebelumnya ada Dede Jusuf Effendy, Desy Ratnasari, Kris Dayanti, Nurul Arifin, Primus Justisio, Rachel Maryam, Komeng, yang juga sukses sebagai politisi dan anggota dewan dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Ada lebih banyak yang mencalonkan keberuntungannya di politik dan pemerintahan, tapi gagal. Salahsatunya Anwar Fuady.
Pada tahun 2003 lalu, 11 tahun silam, panggung sinetron dan politik dikejutkan oleh keberanian aktor sinetron Anwar Fuady yang mencalonkan diri sebagai Gubernur Sumatra Selatan. Dia jumpa pers dan menyatakan, ingin mengabdi kepada kampung halamannya. Rekannya sesama pesinetron memberikan dukungan semangat, “Ini orang bagus untuk memimpin Sumsel,” ujar Ruhut Sitompul berpromosi. “Mudah-mudahan harapannya tercapai,” kata aktris Yati Oktavia. “Kita sebagai teman seprofesi juga jadi terangkat,” sambung Lilis Suryani.
Tak cuma gubernur, Anwar Fuadi juga mencalonkan jadi presiden. Baru sepekan masuk proses seleksi pemilihan Gubernur Sumatra Selatan, Anwar mengajukan diri menjadi calon Presiden RI periode 2004-2009. Niat putra berdarah Palembang ini, ditunjukkan dengan menemui Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, Akbar Tandjung di Gedung DPP Golkar, Jakarta Barat, Selasa (22/7). Anwar datang tidak sendirian. Sejumlah artis sinetron seperti HIM Damsyik, Lilis Suryani, dan Nova Eliza menemani, ikut memberikan semangat padanya.
Kedua dua jabatan itu gagal diraihnya. Tapi alih alih frustasi, Anwar justru lega. Menurut Ilham Bintang, jurnalis senior yang juga sahabatnya, dia lepas dari beban setelah gagal mengadu keberuntungan di pentas politik.
“Selama kampanye, banyak banget yang dia janjikan jadi menteri dan dirjen sampai dia bingung sendiri gimana kalau terpilih nanti, ” kata Ilham sembari ketawa. Setiap ketemu orang baik, gagah, berpendampilan meyakinkan, segera dia tak ragu umbar janji, “Nanti bapak bantu saya sebagai menteri, ya, ” katanya saat ketemu orang di pesawat. “Saya kira bapak cocok untuk dirjen, ” kapada orang lain, yang menyalaminya, karena masuk jalur politik.
Anwar Fuady sempat merasai penghormatan layaknya seorang calon presiden – lagi lagi menurut cerita Ilham Bintang. Gara garanya dia naik pesawat yang salah, pesawat untuk calon presiden betulan. Si Capres sungguhan gagal terbang karena ada urusan lain, sedangkan dia lanjut menaiki pesawat itu. Begitu turun dari pesawat ada karpet merah dan sederet pejabat lokal menyambutnya. Dia pun berjalan di karpet merah dan mendapat penghormatan layaknya calon presiden. Di sana pula, dia juga mengmbar janji kepada penanggung jawab bandara. “Bapak cocok sekali buat Menteri Perhubungan. Siap siap, ya, ” katanya.
Jadi begitulah. Anwar Fuady yang jahat di sinetron adalah politisi yang murah hati. Dan seperti politisi lainnya, dia royal mengumbar janji.
“Beruntung banget gua gak kepilih. Ampun dah, gak kehitung yang gua janjikan jadi menteri, ” katanya, sembari ketawa tergelak.
Jurnalis senior Ilham Bintang, Menteri Kebudayaan Fadly Zon dan aktor kawakan Anwar Fuady. (foto: Ist)
BERSAMA SAMA Ilham Bintang, sahabatnya, Anwar Fuady menerima penghargaan bergengsi Gunungan ‘Lifetime Achievement’ Award (Pengabdian Seumur Hidup) pada Festival Film Wartawan Indonesia (FFWI) 2024. Piala itu yang diberikan langsung oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon di Gedung Radio Republik Indonesia (RRI), Jakarta, pada Sabtu (16/11/2024) lalu.
Begitu gembira menerima penghargaan itu, Anwar Fuady menggelar acara syukuran dengan mengundang para wartawan hadir, termasuk saya. Si penjahat di sinetron itu terharu gembira, bangga karena pencapainnya dan pengabdiannya di dunia seni peran mendapat penghargaan. “Ini salahsatu warisan untuk anak cucu saya. Semoga mereka juga bangga dengan pencapaian kakeknya, ” kata aktor berusia 78 tahun ini.
Anwar Fuady aktor asal palembang kelahiran 14 Maret 1947. Main film sejak 1966, dan sinetron sejak 1993 hingga sekarang.
Ungkapan haru dan bahagia diucapkan sebentar. Selanjutnya dia jahat lagi, dan kocak lagi. Berbeda dengan kejahatannya di kamera, dalam pertemuan langsung, Anwar Fuadi adalah komedian. Bicara dengannya gelak tawa lawan bicara tak henti henti. Dia kuat ngobrol dan punya stok cerita lucu yang tak ada habisnya.
Kepadanya saya membandingkan peran jahatnya dengan aktor Farouk Afero dan Parto Tegal serta Maruli Sitompul di film film era 1970-an hingga 1990an. “Mereka kawan saya semua. Hebat. Gak sebanding. Saya jahat hanya di sinetron, Farouk Afero jahat dunia akherat!” katanya, disambut tawa para wartawan. “Kebayang nggak? Farok belum bicara, begitu wajahnya nonggol di layar, orang udah benci setengah mati. Jahat banget dia, ” pujinya.
Tentang aktor berdarah Pakistan itu, dia punya bumbu cerita. Konon tak cuma orang baik, penjahat pun enggan mendekati Farouk Afero. “Ada maling yang mau nyuri di rumah dia, malah rugi, kehilangan perlengkapan malingnya, ” katanya. Ceritanya, maling yang membawa baterei dan linggis sudah sempat masuk ke dalam rumah, tapi Farouk belum tidur. “Farouk Afero itu insomnia susah tidur malam. Jadi waktu ada bunyi mencurigakan, dia masih melek. Teriak dia sama adiknya, ‘mana pistolku! ambilkan! Ada maling di sini, biar kutembak dia!” teriak aktor antagonis itu. Maling ketakutan dan langsung tunggang langgang, meninggalkan linggis, sarung dan batereinya. “Bukannya untung malah buntung, ” kata Anwar Fuadi terkekeh.
Dalam perannya di era 1990-an 2.000an, Anwar Fuadi menjadi penjahat yang dibenci ibu ibu tapi cerita drama keluarga tanpa kejahatannya menjadi hambar. Begitulah kesan pecinta sinetron umumnya atas penampilannya di dunia seni peran. Untuk apa yang dia mainkan dia merasai ditabok orang di jalan dan dimaki ibu ibu di telepon rumahnya.
“Saya mau bicara dengan Bapak Anwar Fuady, ” suara seorang wanita di balik telepon ke rumahnya, di tahun 1990-an.
“Ya, saya sendiri, ” Anwar menyambutnya.
“Eh, bangsat kau ya!! Beraninya sama perempuan. Pengecut kau! Dasar laki laki tak punya perasaan…” langsung terdengar suara merepet di sana.
“Aduh Bu itu kan cuma di depan kamera, ” jawabnya terbata bata.
“Akh kau, mengelak pula. Kau memang jahat, ” hardik si penelepon.
Tak mau berlama lama menerima caci maki, aktor sinetron serial Tersanjung dan Janjiku ini menutup teleponnya. “Waktu itu hape belum banyak dipunyai orang, jadi teleponnya langsung ke rumah. Entah dapat nomor dari mana, ” katanya, geleng geleng kepala.
Lain kali dia Kuala Lumpur, Malaysia, dia sedang jalan dengan teman bisnisnya di mall, mencari tempat makan, tahu tahu ada yang menggebuk bahunya dari belakang. Kaget begitu menengok orang itu ketakutan. “Maaf Bang, saya cuma disuruh isteri. Dia hamil dan suruh saya kalau ketemu Abang supaya pukul saja. Maaf..maaf…”
Antara kesal dan maklum dia manggut manggut saja, dan pergi. “Kurang ajar itu orang. Hajar aja!” kata kawannya. “Oh, jangan…jangan, dia kan sudah minta maaf, ” katanya, mencegah temannya yang mau mukul balik.
Kepadanya saya meminta kesan, mengapa sutradara dan produser rutin memberikan peran antagonis kepadanya. “Ya, memang saya muka saya muka bajingan, penipu, penjahat. Pokoknya yang brengsek brengsek lah, ” jawabnya spontan sembari terkekeh.
Tak ada yang meragukan pencapaian aktingnya. Juga popularitas yang diraihnya. Pendiri dan Ketua PASI (Persatuan Artis Sinetron Indonesia) yang belum tergantikan ini, memberikan pernyataan kontroversi tentang itu. “Hanya orang Indoensia yang kelewat miskin saja yang tak mengenal saya. Lha, tiap malam nongol di sinetron? ” katanya. “Zaman sekarang ini, pemulung saja sudah bisa beli teve, ” jelasnya lagi.
DALAM perbincangan dengan Helmi Yahya, sesama pesohor asal Palembang dia menyebut, dia pernah menikah dengan ‘ahli sejarah’ dan ‘atlet berbakat’ yang menghasilkan lima anak . “Isteri saya ahli sejarah, dia ingat betul kapan saya bikin salah. Bahkan sudah 10 tahun dia masih ingat, dan dia ungkit lagi, ” curhatnya. Sedangkan predikat ‘atlet berbakat’, dia menyatakan, “Isteri saya atlet pelempar asbak tercepat. Tahu tahu swingzz.. terasa ada yang terbang di samping telinga dan kaca di belakang pecah berantakan, ” akuinya.
Isteri tercinta, Farida Cosim yang dinikahinya pada 1972 telah meninggal akibat Covid pada Juli 2021 lalu dan dia menikah lagi dengan Wiwit Tatung di usia 77 tahun, tiga tahun kemudian. Khusus tentang itu, saya duduk di depannya, dan bertanya; “Memangnya masih bisa?” dia spontan mendelik.
“Enak aja! Mana berani saya kawin lagi kalau gak bisa!” katanya melotot lalu terkekeh.
Sembari berbisik, dia menyebut trik khusus, yang sayangnya tak bisa ditulis di sini, karena kena sensor. ***