oleh SYAH SABUR
PERANG ternyata tidak hanya berisi cerita tentang kekejaman melainkan ada juga cerita lucu atau konyol lebih tepatnya. Kekonyolan itu muncul setelah 12 hari Rusia menginvasi Ukraina.
Hari Selasa ini, (8/03/2022), Rusia mengusulkan gencatan senjata baru mulai pukul 10 pagi waktu Moskow, untuk membuka koridor evakuasi dari Kyiv, Chernihiv, Sumy, Kharkiv, dan Mariupol, menurut media Rusia mengutip Markas Besar Koordinasi Rusia untuk Respon Kemanusiaan di Ukraina, seperti disiarkan CNN.
“Rusia mendeklarasikan gencatan senjata mulai pukul 10 pagi (waktu Moskow) pada 8 Maret, dan siap untuk memberikan koridor kemanusiaan: dari Kyiv dan pemukiman yang berdekatan ke Federasi Rusia melalui wilayah Republik Belarus ke Gomel,” demikian media Rusia.
Menurut pernyataan Rusia, koridor evakuasi juga akan dibuka dari Chernihiv melalui wilayah Belarusia, dari kota Sumy di sepanjang dua rute ke Poltava dan ke wilayah Rusia, dari Kharkiv ke wilayah Rusia atau ke Lviv, Uzhgorod. Koridor kemanusiaan juga akan dibuka dari Mariupol di sepanjang dua rute ke wilayah Rusia dan Zaporizhie.”
Ukraina Menolak
Namun Ukraina menolak jika jalur pengungsian menuju Rusia atau Belarusia. Hal itu dikatakan Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk menanggapi tawaran gencatan senjara Rusia yang diberikan melalui Presiden Prancis Emmanuel Macron.
“Saya berharap Presiden Prancis Emmanuel Macron memahami bahwa namanya dan keinginan tulusnya untuk membantu … pada kenyataannya sedang digunakan dan dimanipulasi oleh Federasi Rusia,” katanya seperti dikutip Reuters.
Ukraina menuduh pasukan Rusia menembaki daerah-daerah yang ditunjuk sebagai koridor kemanusiaan untuk mencegah orang-orang mengungsi dari kota-kota yang diserang.
Bayangkan, Rusia, sebagai negara yang melakukan invasi, ‘berbaik hati’ menawarkan diri untuk menampung pengungsi Ukraina. How come! Bagaimana mungkin musuh yang sudah membombardir berbagai objek militer dan sipil tiba-tiba mau menampung korban invasi yang mau mengungsi?
Tidak jelas, apa motivasi Rusia untuk menampung pengungsi dari negara yang diserangnya. Apakah semata demi penyelamatan nyawa manusia atau ada motif lain? Sungguh belum jelas dan tidak lazim. Ibarat dua pria yang akan bertarung, lalu salah satunya menitipkan istri dan anak mereka kepada musuhnya. Yang ada pria tersebut menitipkan istri dan anaknya kepada kerabat atau tetangganya sendiri.
Tidak Lazim
Tawaran Rusia juga tidak lazim karena rasanya dalam sejarah perang di berbagai era dan berbagai arena, baru kali ini ada negara yang menawarkan diri untuk menampung para pengungsi dari negara yang diserangnya. Selama ini yang ada, suatu negara adalah menghabisi rakyat dari musuhnya.
Yang biasa terjadi adalah suatu negara menampung tawanan perang. Itu pun macam-macam perlakuannya. Saat Jepang menjajah sejumlah negara di Asia, banyak tawanan perang yang dipaksa bekerja. Misalnya membangun jalur rel kereta api, sebagaimana yang terjadi di Indonesia, Thailand, dan Vietnam.
Lain lagi cerita dari Perang Dunia Kedua. Saat terjadi perang antara Jerman dan Uni Soviet, tawanan perang memang tidak disiksa secara langsung. Tapi mereka dibiarkan mati tersiksa dengan cara diberi makan super minimal serta memberi tempat penampungan yang tidak layak. Otomatis para tawanan itu mati pelan-pelan karena kelaparan atau kedinginan akibat musim dingin yang sangat ekstrem.
Lain lagi perlakuan rezim Nazi Jerman terhadap etnis Yahudi, baik yang merupakan warga Jerman maupun warga negara lain di Eropa yang sudah ditaklukkan Hitler seperti Norwegia, Denmark, Belgia, Prancis utara, Serbia, sebagian Yunani utara. Sejarah mencatat, jutaan etnis Yahudi mati di kamp kerja paksa atau dikirim ke kamar gas. Bagi Hitler, cara itu lebih efisien dibandingkan memberondong mereka dengan peluru yang dianggap lebih mahal.
Kembal lagi ke tawaran Rusia untuk menampung pengungsi Ukraina, itu sungguh suatu tawaran yang aneh. Rasanya tidak akan ada warga Ukraina yang mau menerma proposal tersebut, kecuali mungkin warga Ukraina yang berasal dari Rusia atau mereka yang pro-Putin. ***