Oleh Heryus Saputro Samhudi
“Ape gue kate…! Elu-elu sih,pada, ogah dibilangin. Diimbau patuh prokes 3M nggak pada nurut. Diminta pake masker, makenya di leher. Nah, kejadian deh…! Lokdon lagi, se-Jawa dan Bali. Ini bukan kate gue. Ini berita diucap langsung Mas Jokowi, Presiden kite. Lokdon, PPKM, atau ape lah namanye, sampe dua minggu ke depan. Siape bisa bantah?” kata Mak Wejang dalam Bahasa Betawi Tengah.
Siapa Mak Wejang? Tak ada orang sekelurahan yang benar-benar faham siapa wanita yang kerap nongol dadakan ini, datang dan pergi seperti angin. Dalam Bahasa jurnalistik, ‘5W + 1H’nya tidak jelas. Tapi bila ditanya satu per satu, siapa pun akan bilang ’kenal Mak Wejang’, yang seperti nama yang ditabalkan (entah oleh siapa) pada dirinya, kerap kasih wejangan, ular-ular, tanpa diminta. Dan apa yang dikatakannya, umumnya selalu diakui para pendengar sebagai: ada benarnya…
Seperti sore itu, mendadak dia muncul di antara bayang-bayang pohonan di sebuah warung kebun, di antara sekelompok sejawat yang sedang ngopi mbari nyimak berita TV dari laptop dan gadged masing-masing, saat Prediden Joko Widodo mengambil langkah taktis untuk mencegah penyebaran virus-corona (Covid-19) yang kian menggila, dengan menerapkan kebijakan PPKM darurat di Jawa dan Bali. PPKM yang kata Mak Wejang, bisa jadi ini cuma istilah lain dari lokdon alias lockdown.
Apa saja aktivitas masyarakat yang akan dibatasi? Semua sudah dijelaskan secara detil oleh Menteri Koordinatar Bidang Marinves Luhut Binsar Pandjaitan yang ditunjuk jadi koordinator PPKM darurat Jawa dan Bali. Juru Bicara Menteri Marinves, Jodi Rahardi, juga menjelaskan bahwa lokdon atau PPKM darurat akan dilaksanakan di 48 kabupaten/Kota dengan asesmen situasi pandemi level 4 dan 74 Kabupaten/Kota dengan asesmen situasi pandemi level 3.
“Denger kan lu pada, tiga poin utama yang dibatesin: (1) 100% Work from Home untuk sektor non-sessential. (2) Seluruh kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online / daring. (3) Untuk sektor esensial diberlakukan 50% maksimum staf Work from Office (WFO) dengan protokol kesehatan, dan untuk sektor kritikal diperbolehkan 100% maksimum staf WFO dengan protokol kesehatan,” terdengar Mak Wejang bicara lagi.
Bahkan seperti copy paste rilis pers dari jubir kementerian, Mak Wejang mempertela kebijakan itu dengan paparan panjang lebar: (a) Cakupan sektor esensial adalah keuangan dan perbankan, pasar modal, sistem pembayaran, teknologi informasi dan komunikasi, perhotelan non penanganan karantina Covid-19, serta industri orientasi eksport.
(b) Cakupan sektor kritikal adalah energi, kesehatan, keamanan, logistik dan transportasi, industri makanan, minuman dan penunjangnya, petrokimia, semen, obyek vital nasional, penanganan bencana, proyek strategis nasional, konstruksi, utilitas dasar (seperti listrik dan air), serta industri pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari.
(c) Untuk supermarket, pasar tradisional, toko kelontong dan masar swalayan yang menjual kebutuhan sehari-hari dibatasi jam operasional sampai pukul 20:00 waktu setempat dengan kapasitas pengunjung 50%. Untuk apotek dan toko obat bisa buka full selama 24 jam.
Mas Soegeng, Ricke, Harry, Gunawan, Dimas, Bento, Redjo dan sejawat lain yang hadir di warung kebun itu garuk-garuk kelapa, gatal untuk bertanya, Tapi sebelum mulut terbuka, Mak Wejang sudah memotong: “Aye tahu apa isi hati antum,” katanya ramah. Bahasanya tak lagi ber”gue” dan ber”elu”, tapi ber”aye” atau saye alias saya, dan ber”antum” atau anda pada lawan bicaranya.
“Aye tahu apa yang pengen antum tanya, yakni gimana kira-kira prediksi hasil lokdon nantinye…,” katanya seraya menghela nafas, dan lalu lanjutnya, “Ya, ya…aye kira hasilnye akan bagus kalo aja kita semua ikut aturan. Cuma ya itu tadi, sulit juga ngawasinnye, ye…?”
“Apalagi pasar becek di kampung-kampung, bahkan di kitaran Betawi. Siape bisa jamin pembeli dan pedagang nggak umpel-umpelan? Siape bisa jamin warga mao pake masker dengan baek dan bener? Apalagi masker dobel seperti anjuran terbaru, gegara virus baru varian delta yang khabarnye lebih ganas, dan tetep tembus kalo muka kite cuma ditutup satu masker…?” kata Mak Wejang seraya menghela nafas. Melas…
Semua pendengar seketika menundukkan kepala, bahkan ada yang mengangguk-angguk, setuju. Tapi tak begitu dengan Dimas, yang sepertinya…pemimpin discussion group tersebut. Ia penasaran untuk bertanya. Ia angkat kepala. Tapi ia kaget sendiri. Mak Wejang tak lagi tampak di tempat. Sosoknya seperti hilang ditelan asap vape yang dikepulkan Achris, programer computer. Warung kebun pun lengang…
2021-0701 22:09 Wib.