Arisan uang atau barang itu sudah biasa, tapi arisan kebaikan? Lho, kok bengong… Pasti berasa aneh, asing, atau baru sekali ini mendengar, lalu penasaran: arisannya seperti apa?
Arisan Kebaikan terasa asing di telinga, itu tidak salah. Bahkan, bisa juga kita belum pernah mendengar dan mengetahuinya, apa dan bagaimana Arisan Kebaikan itu.
Ide Arisan Kebaikan itu muncul sekitar tiga tahun lalu, ketika sepulang saya dari arisan warga seperantauan di Jabodetabek.
Arisan Kebaikan itu bukan arisan biasa. Bukan arisan uang, barang, atau arisan RT. Arisan ini boleh diikuti oleh siapapun dan tidak mengenal batas usia. Tidak ada admin yang mengelola atau yang mencatat di pembukuan dan diundinya sewaktu-waktu tanpa dikocok terlebih dulu.
Berbeda dengan arisan uang yang dapatnya uang, arisan barang yang dapatnya barang yang dikreditkan, atau arisan keluarga yang tidak lebih sebagai ajang silaturahim, Arisan Kebaikan juga tidak dipotong biaya administrasi atau uang konsumsi.
Arisan Kebaikan sejatinya kita diajak untuk berbuat baik. Kebaikan yang diarisankan. Kebaikan sebagai bekal peziarahan kita untuk menuju pulang kepada Yang Ilahi.
Perbuatan baik yang kita pakai untuk arisan itu bukan kebaikan yang spektakuler atau wow, melainkan perbuatan baik yang kecil, sederhana, atau remeh–temeh. Kita dapat menjadi orangtua yang baik bagi keluarga, anak yang rajin, atau sebagai karyawan yang jujur.
Begitu pula dengan sesama. Kita dapat bersikap ramah pada tetangga, saling membantu, berbagi segelas atau sepiring nasi bagi yang kehausan dan kelaparan, saling memaafkan, mendoakan, dan seterusnya. Semua itu didasari atas kasih dan ikhlas.
Kita berbuat baik sebagai keharusan umat Allah.
Kebaikan yang dilakukan setiap waktu, jika dilakukan secara bersama-sama, hal itu sungguh menginspirasi dan dahsyat. Di mana kita berada, orang saling tolong menolong, bersinergi, dan mengasihi.
Kebaikan itu kita persembahkan kepada Allah yang adalah Pengelola Arisan Kebaikan itu. Allah pula yang mencatat dan menilainya.
Dengan berbuat baik, kita menjadi pribadi yang bertanggung jawab terhadap hidup kita sendiri. Kita berbuat baik sebagai ungkapan syukur kepada Allah. Sehingga, ketika tiba saatnya mengahadap kepada-Nya, kita memiliki bekal Arisan Kebaikan yang cukup. Semoga. (MR)
Ubah Pola Pikir, Kembangkan Potensi Diri, dan Semoga Sukses