Siapa bilang hari kasih sayang itu berasal dari budaya barat. Anggapan yang salah kaprah, tidak bertanggung jawab, dan suloyo karena berasal dari orang yang sirik.
Hari kasih sayang itu milik setiap orang dan harus dirayakan setiap hari agar semua orang bahagia, saling mengasihi dan mencintai satu dengan yang lain.
Kasih sayang itu harus menjadi nafas hidup kita agar di setiap hati ditumbuhi benih cinta.
Ketika benih cinta itu tidak disiangi, dipupuki, dan dirawat dengan baik, dipastikan tumbuh rumput liar yang bakal merecoki pertumbuhan pohon cinta itu sendiri.
Coba renungkan dan resapi makna cinta itu.
Saat kita menanam padi, rumput ikut tumbuh. Tapi saat kita menanam rumput, tidak pernah tumbuh padi.
Begitu pula dengan realita hidup ini. Ketika kita melakukan hal yang baik, kadang yang buruk ikut menyertai. Tapi saat kita melakukan hal yang buruk, tak ada kebaikan bersamanya.
Intinya, ketika berbuat baik, kita dituntut ikhlas. Bukan berpura-pura, ada udang di balik batu, atau sekadar pencitraan semata.
Berbuat baik itu ibarat kita menulis di bibir pantai yang bakal tersapu oleh ombak. Berbuat baik itu tak perlu diingat, sebab kebaikan itu bakal kembali kepada sumber-Nya, Allah Yang Mahabaik.
Hal yang baik dan positif adalah jiwa untuk hidup bahagia. Dan itu harus dimiliki oleh setiap hati insani dan setiap keluarga.
Semangat kebersamaan keluarga yang dilandasi kasih itu senantiasa saling mengisi dan melengkapi satu dengan yang lain. Pengaruh buruk juga tidak mampu mencemari hubungan anggota keluarga yang saling mengasihi.
Kunci hidup keluarga bahagia adalah dengan pengampunan dan kasih kita merayakan hari kasih sayang setiap hari. Sepanjang hidup kita. (MR)
