Oleh Non-O
Nasruddin Hoja sedang di pasar, ia melihat seseorang membawa seekor burung dan menjualnya di sana. Banyak orang jatuh cinta pada keelokan burung itu, salah satu di antara akhirnya membeli dengan harga empatpuluh dirham!
“Wah, beruntung sekali orang itu bisa mendapat uang sebegitu banyak .” gumam Nasruddin, maka timbul lah niat dalam hati untuk menjual ayam Cemani miliknya.
Esok harinya, sang Mullah berangkat ke pasar dengan membawa ayam kesayangannya untuk dijual. Sayangnya, hingga tengah hari, tak seorangpun yang berminat membeli. Hanya satu-dua orang saja yang menawar, itupun dengan harga yang sangat rendah.
“Huh, pasar macam apa ini!” gerutunya, “Kemaren ada orang menjual burung jelek, dibeli orang dengan harga empatpuluh dirham, sedangkan ayam Afrikaku yang istimewa ini hanya ditawar paling banter lima dirham saja!!”sambungnya.
Seorang pedagang lain yang mendengar ini mencoba menerangkan, “Eiit, jangan salah paham. Burung yang engkau maksudkan itu namanya burung Beo, bukan burung sembarangan. Dia punya keistimewaan, yakni bisa berbicara seperti manusia..” ujarnya.
“Apa? Bisa berbicara seperti manusia, apa istimewanya?” sahut Nasruddin Hoja. Sambil menunjuk ayam hitam yang dikepit di ketiaknya, sang Mullah itu melanjutkan, “Ayamku ini malah bisa berhitung dan BERPIKIR!”*