Bagaimana Seyogyanya INA Itu

Bagaimana Seyogyanya INA itu

penulis ERIZELI JELLY BANDARO foto ECONOMICTIMES.INDIANATIMES


Tugas INA ( Inonesi Investment Authority) sangat mulia. Dia berdiri untuk meningkat value aset negara, sekaligus mendayagunakan semua sumber daya yang dikendalikan negara. Tugas  itu didukung oleh rakyat lewat UU. Kekuasanya sangat besar dan independent. Legitimasinya sangat kuat, tentu trust sangat tinggi dimata investor. Bukan hanya mengelola porfolio, INA juga bisa menggunakan akses dan legitimasinya sebagai salah satu channel investasi ke Indonesia, selain channel investasi yang sudah ada, seperti melalui saham, obligasi, pinjaman atau financing, skema KPBU maupun investasi langsung lainnya. 

Modal yang diberikan negara lewat APBN kepada INA besar sekali. Pada tahun ini sebesar Rp. 75 triliun. Dan itu akan terus ditingkatkan sesuai kebutuhan. Sementara beban dan tanggung jawab INA itu memang tidak mudah. Tugas INA itu ada dua.

BACA JUGAMenanggung Utang Rp.4.260 Triliun, Kegagalan Proyek Pebisnis ini Bisa Memicu Krisis Keuangan Global

Pertama, meningkatkan pemanfaat aset negara di BUMN dan sekaligus mendayagunakannya untuk tujuan jangka panjang. Memperbaiki aset BUMN yang ada untuk kepentingan jangka panjang. Jadi tidak ada lagi aset besar dan bernilai tinggi dibiarkan begitu saja tanpa didayagunakan. Tidak ada lagi aset BUMN jadi busuk karena kesalahan struktur pembiayaan proyek. Kira kira contoh teknisnya sebagai berikut.

Saham BUMN yang sudah IPO milik pemerintah, itu kan dalam keadaan tidur. Harganya juga turun naik. Kalau dijual cepat harga akan jatuh. Agar dapat dimanfaatkan tanpa menjatuhkan value. maka INA membuat recana sekuritisasi atas Aset tersebut. Caranya? pemerintah melakukan transfer asset ( saham) BUMN yang sudah IPO ke dalam INA.  Oleh INA, aset itu digadaikan dengan underlying khusus. Uang tersebut digunakan untuk masuk ke investasi yang punya prospek growth value tinggi dimasa depan. Artinya saham tetap utuh alias tidak dijual. Pemerintah masih bisa depat deviden. Sementara negara melalui iNA menikmati growth atas investasi dan tentu akan memperkuat posisi aset negara. Itu terjadi baru baru ini. Pemerintah transfer saham Bank Mandiri dan BRI ke INA. Oleh INA saham itu disekuritasi untuk mendapatkan uang berinvestasi pada saham Mitratel.

HAKA punya hutang jumbo karena membangun ruas toll di Sumatera yang baru bisa untung dalam jangka panjang. Sementara pembiayaan didapat dari sumber hutang jangka pendek. Kalau jalan tol itu dijual dalam keadaan merugi jelas harga akan jatuh. Kalau tidak dijual, akan bleeding menanggung opex berupa bunga. Jalan tol yang dibangun akan rusak lagi.  Nah INA, masuk untuk memulihkan aset tersebut. Caranya? 

Opex selama negatif cash flow ( merugi) dikapitalisasi selama 5 tahun. Menjadi bagian dari penentuan harga jual ruas tol. Oleh INA, harga jual ruas toll itu disekuritisasi jadi surat berharga berjangka panjang. Surat berharga ini dijual lewat pasar obligasi atau melalui pasar terbatas..Uangnya digunakan untuk refinancing hutang jangka pendek. Aset negara di HAKA jadi bernilai sesuai IRR yang dijamin negara. Nanti setelah lewat negatif cash flow, HAKA exit melalui IPO. Hasil IPO itu untuk bayar hutang obligasi.

LAINNYAJokowi dan Kemandirian Pemimpin

Kedua, Investasi pada proyek strategis yang berkaitan dengan ekosistem bisnis untuk meningkatkan value aset negara. Negara berinvestasi pada jalan negara, jalan toll, pelabuhan, bandara, irigasi dan bendungan, Listrik, telekom. Itu aset semua dibangun dalam kondisi love capacity. Sehingga tidak efisien. Mengapa? Karena aktifitas bisnis tidak memadai untuk memakai jasa tersebut.Maka jangan kaget sulit sekali BUMN bisa untung. Karena itu tadi. Low capasity.  Nah, INA harus masuk, dengan membangun ekosistem bisnis sehingga  aset yang ada bisa terpakai optimal, bahkan bisa terus ditingkatkan. 

Misal, atas dasar ekosistem yang digagas INA bidang pengembangan industri downstream CPO, maka INA bisa create scheme financing membangun pusat industri hilir CPO di KEK milik negara. Jadi pemilik kebun tidak perlu lagi ekspor CPO nya. Kita bisa lead secara international dalam bidang downstream CPO. Karena sudah ada pusat downstream di KEK. Koneksitas baik darat maupun laut, antar pusat produksi dan Industri di KEK sudah tersedia untuk mendukung ekosistem logistik. Itu akan meningkatkan value infrasruktur jalan darat dan laut, termasuk lembaga keuangan milik negara dan PLN. Dengan dukungan ekosistem ini, tidak sulit INA mengeluarkan obligasi dan mendapatkan investor. Karena bisnisnya secure dan dilindungi oleh UU.

Misal, INA berinvestasi pada ekosistem logistik untuk produk pertanian dan perikanan. Itu akan mendorong tumbuhnya industri agro dan pengolahan secara massive. Karena adanya ekosistem logistik atas dasar UU Resi Gudang akan mendukung supply chain bagi industri pengolahan hasil pertanian dan perikanan. Dengan adanya ekosistem logistik, tidak sulit bagi INA mendapatkan pembiayaan dari pasar uang untuk membangun jaringan pusat pergudangan dan IT system berbasis e-commerce disetiap kabupaten. Karena bisnis ini diperlukan domestik sebagai penyangga pangan dunia dan tentu pada gilirannya memakmurkan rakyat khususnya petani dan nelayan.

Masih banyak lagi contoh untuk tugas INA dalam hal Investasi pada proyek strategis. Namun memang untuk tugas pembangunan pada proyek strategis tidak mudah. Karena membutuhkan assessment proyek yang mendalam dan komprehensive. Kemudian dikelola dengan mengikuti standar internasional dengan tata kelola yang baik, transparan dan akuntabel. Amanah UU,  jenis Sovereign Wealth Fund  ( SWF ) kita bukan meningkatkan value devisa yang didapat dari ekspor,  tetapi meningkatkan value sumber daya kita melalui proyek strategis dan dibangun dengan skema rekayasa keuangan. Yang gampang itu, ya tugas yang pertama. Hanya duduk di kantor, lihat screen terminal, take down. Well done. Fee gampang diatur lah.

LAINNYABisnis Model dan Ekosistem

Avatar photo

About Erizeli Jely Bandaro

Penulis, Pengusaha dan Konsultan