Alih-alih tobat setelah dibui, seorang anak muda yang mengaku ulama justru menyebarkan statemen anti pemerintahan dan menghina para pejabat negeri ini. ( Foto: Viva)
Keluar penjara karena kasus kriminal, seorang yang mengaku ulama, Bahar Smith, tidak menunjukkann kualitas keulamaannya. Anak muda ini justru memposisikan diri sebagai seorang antagonis terhadap pemerintah Indonesia.
Sebagai seorang ulama yang memiliki pengikut, ia tidak mendakwahkan hal-hal kebaikan, tapi justru sengaja melemparkan narasi-narasi dan ujaran kebencian. Ia bahkan menyebut seorang jenderal TNI dengan statement yang sangat menghina.
Bahar atau siapapun nama sebenarnya, sadar bahwa begitu keluar penjara, ia tidak lagi memposisiskan dirinya sebagai penyebar agama. Ia sedang “ merebut” posisi kosong yang saat ini ditinggalkan oleh Riziek Shihab ( RS) yang juga sedang disekap di dalam bui.
Dengan posisi RS di penjara, maka ini peluang bagi Bahar Smith ( BS) untuk merebut peluang RS. Setidaknya menggantikan RS selama ia ada di bui. Atau sebtulah, ia ingin tampil sebagai pemimpin atau sosok yang lebih besar, biarpun dalam konotasi radikal atau “musuh negara”. BS melihat para pendukung yang mudah disetir, bisa digerakkan ke arah yang diinginkan. Politik !
Suara Sponsor
Harap maklum, ini mendekati pergantian pemimpin negeri berpenduduk 272.229.372 juta (Data: Adminduk) manusia yang mampu mengubah seseorang seperti BS atau RS menjadi pemimpin dari umat yang dapat diseret ke arah politik demi kehidupan BS, demi mendukung calon pemimpin yang sudah ngebet berkuasa atas nama agama.
LAINNYA“Mana Jenderal Baliho?” Ujar Bahar bin Smith Terkait Kehadiran KSAD di Lokasi Bencana
Bisa jadi, BS ini sudah memiliki atau setidaknya dititipin pesan sponsor dari mereka yang sudah bernafsu memimpin negeri ini dan ini sekaligus memberi peluang BS untuk memperbaiki ekonominya.
Itu sebabnya, BS harus memiliki pengikut, harus menjadikan dirinya sebagai sosok pemimpin di saat RS yang kharismatik tak berdaya di penjara. Saat ini adalah saat yang tepata, selagi ditinggalkan RS. Salah satu caranya adalah menjadi antagonis, bersuara lantang, dan menantang siapapun pejabat negeri ini. Dengan begitu kehadirannya akan jadi perhatian. Terlebih mereka yang tak menyukai pemerintah kapanpun. Mereka ini mudah dibakar hanya dengan satu dua ucapan yang bermuatan kebencian atau perlawanan
Itulah mengapa si Smith ini lantang berteriak dan menghina Jendral Dudung, meski sesungguhnya semua orang tahu, Smith ini bukan lawan Pak Jendral. Jauuhhh. Seorang preman berkedok ulama hanya bisa dihadapi dengan hukum.
Kita semua tahu, Smith ini merupakan pendiri dan pemimpin Majelis Pembela Rasulullah sejak tahun 2007. Aksinya yang paling menonjol adalah ketika dia menggerakan sekitar 150 orang jamaah Majelis Pembela Rasulullah pada bulan Ramadan tahun 2012 untuk melakukan razia di Cafe De Most Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Sejak itu namanya dikenal, bukan karena ajaran kebaikan, melainkan kasus-kasus kriminal yang menyertainya.
Pak Jendral Dudung tak perlu turun tangan. Sayang tangannya kotor karena virus radikalisme. Biarlah prajuritnya atau hukum yang menjemput Smith ke bui. Mungkin ada yang ia rindukan di sana…….
- MAS SOEGENG/ SEIDE
BACA JUGABahar bin Smith Dilaporkan Terkait Dugaan Menebar Kebencian