Secara naluriah bayi memiliki refleks haus atau keinginan untuk minum. Karena itu, tak sedikit orangtua yang memberi bayi tambahan air putih selain air susu ibu (ASI).
Padahal, ginjal bayi sebagai pengatur keseimbangan cairan dalam tubuh belum berfungsi dengan baik.
Akibatnya, air putih yang diminumkan ke bayi dapat membuat tubuhnya melepaskan atau membuang sodium.
Padahal, kehilangan mineral yang dibutuhkan untuk proses metabolisme ini dapat mempengaruhi aktivitas otak.
Ujung-ujungnya bayi akan mengalami gejala keracunan. Antara lain, suhu tubuh jadi rendah, wajah membengkak, dan bahkan kejang-kejang.
Oleh sebab itu, bayi yang minum ASI sama sekali tidak perlu tambahan minum air putih.
Ginjal belum berfungsi
Pada kehamilan usia 35 minggu, sebenarnya ginjal bayi sudah terbentuk dengan baik. Namun, organ tubuh itu belum berfungsi.
Begitu pun setelah lahir. Meski bentuk ginjal sudah sempurna, fungsinya belum optimal, masih terus berproses dan berkembang.
Bahkan, sampai bayi berumur enam bulan pun, ginjalnya belum berfungsi dengan baik sebagai pengendali cairan tubuh agar seimbang.
Ginjal bayi berbeda dengan ginjal orang dewasa. Ginjal orang dewasa sudah bekerja optimal.
Kalau banyak minum, contohnya, orang dewasa akan sering pula buang air kecil. Atau, ketika hawa dingin, ia akan lebih sering ke toilet.
Sebaliknya, pada cuaca panas, frekuensi buang air kecilnya lebih rendah. Ginjalnya sudah mampu mengatur keseimbangan cairan atau elektrolit dalam tubuh.
Banyak mineral terbuang
Nah, pada bayi usia 0—6 bulan yang menunjukkan refleks haus, pemberian air putih akan membuat tubuhnya kelebihan atau “keracunan” air.
Itu karena air yang masuk tidak bisa diseimbangkan dengan yang air yang keluar.
Kalapun ada air yang keluar sebagai air seni, malah bisa jadi membawa serta elektrolit dalam darah.
Antara lain, natrium yang sebenarnya berguna bagi tubuh.
Jika kekurangan natrium karena ikut terbuang tadi, bayi berisiko mengalami kejang-kejang.
Semakin banyak elektrolit yang terbuang, semakin banyak risiko negatif yang dapat dialami bayi.
Bisa dibayangkan, apa jadinya kalau banyak mineral natrium yang ikut terbuang dari berbagai organ penting tubuhnya, baik jantung, ginjal, paru dan otak.
Selain aktivitas otak jadi terganggu, pemberian air putih juga dikhawatirkan membuat bayi terinfeksi bakteri jika air yang diberikan ternyata tercemar.
Mengira ASI tak mencukupi
Kesalahan orangtua memberi air putih umumnya karena mengira ASI tak cukup lantaran si kecil masih rewel terus. Jangan ragu, ASI saja sudah cukup kok. ASI akan keluar sebanyak yang dibutuhkan bayi. Dalam sehari, jumlah cairan yang dibutuhkan bayi kira-kira 150-200 cc/kg BB bayi. Jika berat bayi 4 kg, maka diperlukan sekitar 600-800 cc cairan per hari. Nah, kalau setiap 1-2 jam sekali bayi menyusu sekitar 80 cc, maka dalam sehari kebutuhannya akan carian sudah terpenuhi dari ASI sebanyak 640 cc, dengan menyusu 8 kali, masing-masing sebanyak 80 cc.
Jadi, tanpa pemberian air putih pun, kebutuhan bayi akan cairan sudah terpenuhi. Meski jumlah yang diberikan sedikit, harus dipertanyakan lagi untuk apa diberi air putih sementara ASI saja sudah cukup. Ingat, ASI adalah cairan yang komposisinya paling sempurna bagi bayi. Pemberian Tuhan tidak perlu diragukan lagi. Berikan hanya ASI untuk buah hati Anda. Pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan pertama akan banyak memberi keuntungan.
Komposisi ideal ASI
ASI mengandung zat nutrisi dengan kualitas, kuantitas, dan komposisi ideal untuk pertumbuhan dan kesehatan bayi.
Memberi ASI juga terbukti mampu meningkatkan jalinan kasih atau bonding antara bayi dengan orangtuanya.
Selain itu, ASI merangsang sel otak tumbuh dan berkembang lebih optimal. Terutama, karena ASI mengandung protein khusus, yakni taurin, laktosa, dan asam lemak ikatan panjang dalam jumlah banyak.
Kandungan ASI pun menghindarkan bayi dari bahaya infeksi dan alergi, karena ASI merangsang pembentukan sistem kekebalan tubuh pada bayi.
Nah, selepas enan bulan, barulah bayi membutuhkan air putih.
Ini karena bayi sudah mendapatkan makanan lain selain ASI, yakni makanan pendamping ASI. Contohnya, bubur susu yang nantinya meningkat jadi nasi tim dan seterusnya.
Air dibutuhkan untuk mencampur dalam mengolah makanan tambahan. Hanya saja, orangtua perlu mencermati sungguh-sungguh kebersihan air yang digunakan. (Puspayanti, kontributor)