Oleh SYAH SABUR
TAK LAMA setelah setelah berhenti sebagai Panglima TNI, sebagian masyarakat mungkin baru tahu bahwa Jenderal Gatot Nurmantyo punya bakat menyanyi. Sayang, dia hanya menunjukkan kemampuannya setahun sekali, yaitu di sekitar bulan September. Sayang pula, lagu yang dinyanyikannya dari waktu ke waktu tak berubah, yaitu tentang bahaya komunisme.
Yang terbaru, dia menyanyi bahwa komunisme telah menyusup ke tubuh TNI. Lalu apa buktinya? Gatot yang pernah sangat ingin jadi presiden itu dengan gampang menyebut hilangnya patung Soeharto dkk di Markas Kostrad sebagai bukti penyusupan komunisme ke tubuh TNI.
Bahkan, menurut Gatot, sejumlah barang di Museum Dharma Bhakti Kostrad juga dihilangkan. Barang-barang itu berkaitan dengan cerita tentang penumpasan komunisme di Tanah Air. Beberapa di antaranya yakni diorama patung Soeharto, Sarwo Edhie, dan AH Nasution beserta tujuh pahlawan revolusi memang tak ada lagi di tempatnya.
“Saya mendapat informasi, walau bagaimanapun saya mantan Pangkostrad baru akhir-akhir ini disampaikan bahwa diorama bukan hanya patung Pak Harto, patung Pak Sarwo Edhie, sama Pak Nasution, tapi juga tujuh pahlawan revolusi sudah tidak ada di sana. Khusus di ruangan Pak Harto semula ada diorama tentang penumpasan pemberontakan G30SPKI yang dikendalikan oleh Pak Harto di markasnya,” kata Gatot pada acara webinar yang berjudul ‘TNI Vs PKI’ pada Minggu (26/09) kemarin.
Diorama Soeharto yang Hilang
Nah, hilangnya diorama itu dengan gampang disimpulkannya sebagai bukti adanya paham komunis di tubuh TNI. “Maka saya katakan ini kemungkinan sudah ada penyusupan paham-paham kiri, paham-paham komunis di tubuh TNI,” tuturnya.
Menanggapi tudingan serampangan tersebut, Panglima Kostrad Letjen TNI Dudung Abdurachman menganggap tuduhan Gatot itu merupakan fitnah keji. Dudung membenarkan semula patung Soeharto, Sarwo Edhi, dan AH Nasution ada di dalam Museum Dharma Bakti.
Namun, patung-patung itu diambil oleh penggagasnya, yakni Letjen TNI (Purn) AY Nasution (Pangkostrad periode 2011-2012). Dudung mengatakan, menurut AY Nasution, islam melarang pembuatan patung. Dudung bahkan mengatakan AY Nasution sempat memohon dan hampir mengeluarkan air mata saat berbicara dengannya, untuk menarik patung-patung tersebut
Singkat cerita, Dudung pun tak bisa lain, kecuali mengiyakan keinginan seniornya itu. Dia membantah jika pengambilan patung itu disimpulkan TNI melupakan peristiwa G-30S-PKI. Dia menegaskan pihaknya tak pernah melupakan peristiwa itu.
Oleh sebab itu, Dudung menilai tudingan Gatot bahwa TNI disusupi PKI gegara patung itu tidaklah benar. Bahkan, hal itu disebutnya sebagai tudingan yang keji.
Tanpa Klarifikasi
Menurut Dudung, seharusnya Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo selaku seniornya di TNI, terlebih dahulu melakukan klarifikasi dan bisa menanyakan langsung kepada Kostrad. Dia amat menyayangkan Gatot yang tidak bersikap tabayun dan malah menimbulkan prasangka buruk yang membuat fitnah, dan menimbulkan kegaduhan terhadap umat dan bangsa.
Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengaku enggan terlibat dalam polemik isu komunis di TNI yang dikaitkan dengan hilangnya patung para tokoh militer terdahulu dari Markas Kostrad. Hadi menilai isu tersebut tak dapat dibuktikan secara ilmiah.
“Saya tidak mau berpolemik terkait hal yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Tidak bisa suatu pernyataan didasarkan hanya kepada keberadaan patung di suatu tempat,” kata Hadi kepada media, Senin (27/09).
Hadi menuturkan Kostrad pun sudah mengklarifikasi soal latar belakang patung para tokoh TNI kini tak lagi berada di Museum Dharma Bhakti, “Masalah ini sudah diklarifikasi oleh institusi terkait,” ucap Hadi.
“Saya lebih menganggap statement tersebut sebagai suatu nasihat senior untuk kita sebagai Prajurit Aktif TNI. (Agar) senantiasa waspada, agar lembaran sejarah yang hitam tidak terjadi lagi,” ujar Hadi.
Selanjutnya, Harus Ada Pembuktian