Sebagai penyuka berlian, para perempuan mustinya sadar, bahwa semakin banyak facetnya, berlian itu semakin kinclong bling bling.
Ketika muda, perempuan cantik selalu menarik perhatian dan membangkitkan kekaguman. Meskipun ketika usia 40-an banyak yang mulai ditinggalkan suaminya untuk perempuan yang lebih muda lagi (meskipun sama cantiknya!)
Persaingan dengan sesama perempuan untuk mendapatkan ‘tempat’ di hati lelaki, selalu menyakitkan.
Celakanya, ini yang kulihat di sekitarku, perempuan muda jaman sekarang ini banyak yang kayak berlian : punya banyak sisi/aspek diri yang semuanya kinclong terasah.
- sisi fisik, mekar
- aspek otak, cerdas dan berkarir cemerlang
- aspek karakter, mereka berani, optimis, percaya diri, ambisius dan selalu mau belajar. Mau maju.
- aspek hobi, mereka eksplorasi secara hidup. Motorcross bisa, masak jago, gowes suka, diving ayok, kemping siapa takut, traveling gercep.
Istilahnya :
- diajak ke pesta, nggak malu-maluin
- diajak kerja, bisa diandelin
- diajak diskusi, nyambung (bahkan seru karena bernas)
- diajak mesra-mesraan juga hot
- diajak mager pun asik karena bikin nyaman.
Kan makin bikin persaingan ini menjadi begitu melelahkan untuk dimenangkan.
Di sisi lain, aku juga sudah nggak bisa heran, melihat istri kedua berkata ‘Saya ikhlas hidup berbagi suami’ di awal masa dia dinikahi.
Tetapi ketika suaminya memiliki istri ketiga, si istri yang tadinya berkata ikhlas sambil sinar matanya berbinar cerah ini, kejengkang juga.
Merasa kalah.
Merasa tak diinginkan lagi.
Merasa dirinya kurang berharga.
Lho jadi… dulu itu, pernyataannya bukan dari hati yang legowo, melainkan dari hati yang sedang menang..? Ini pertanyaan ya. Bukan pernyataan… Aku nanya. Bukan nuduh.
Dan biasanya selalu dijawab ‘Aku heran mbak, apa salahku?’
Dan jawabanku selalu sama, ‘Salahmu ya karena memilih lelaki yang nggak bisa mengelola burungnya, meskipun takut dosa. Itu kesalahan pertama.’
‘Kesalahan keduaku?’
‘Kamu memilih membangun hidupmu di dalam hidupnya seseorang.’
Dan biasanya terjadi diskusi yang seru di sini, karena mereka semua, ternyata belum tahu bahwa hidup yang bahagia itu adalah hidup yang dibangun DI DALAM DIRI KITA SENDIRI….
Kita adalah satu-satunya orang yang akan bersama diri kita, sampai kita mati. Jadi bangunlah hidupmu di dirimu.
Jika kamu membangun hidup di anakmu, maka ketika mereka dewasa dan perlu terbang ke dunianya sendiri…. Kamu akan pedih.
Ketika mereka memiliki istri atau suami dan anak-anak yang mereka cintai… Kamu akan merasa tersingkir.
Ketika suamimu lebih suka main badminton sama tetangga setiap malam minggu (dan sudah kamu kuntit, selalu memang cuma main badminton dengan sesama bapak-bapak)…. Kamu merasa tidak dicintai. Padahal semua gajinya masuk ke rekeningmu. Termasuk bonusnya. Dia cuma pegang uang rokok, bensin, dan makan siang. Pulsanya pun, kamu yang atur.
Biasanya aku selalu ditanya, ‘Membangun hidup di diri sendiri itu egois nggak sih?’
Nah ini.
Perempuan itu banyak dicuci otak oleh aturan adat dan budaya untuk jadi budak pemuas kebutuhan SEMUA ORANG :
- suami harus dilayani
- anak diurus
- mertua diladeni
- tetangga dibaiki
- keluarga besar dipuaskan
Bisa depresi kalau semua pihak ini harus dibuat puas supaya nggak komplain.
Membangun hidup di dalam diri sendiri itu BUKANNYA nggak memberikan diri sendiri, mak… Lihat contoh suami yang hobinya badminton di lapangan kompleks rumahnya sendiri itu. Dia egois nggak..?
Lha wong semua gaji dia kasih ke istri.
Dia mungkin butuh refreshing dengan cara main golf atau futsal. Tapi karena semua duitnya diberikan untuk keluarga kecilnya, dia rela main di halaman kompleks karena nggak perlu patungan. Dia kerja 5 hari seminggu, dia perlu me time beberapa jam di Sabtu Malam. Tapi kan hari Minggu dia ada buat keluarganya. Egoisnya dimana?
Lagipula, membangun hidup di dalam diri kita sendiri itu, hasilnya juga akan dinikmati oleh keluarga kok.
Contohnya :
Bangunlah minat dan hobimu yang positif.
Kalau hobimu masak, yang makan masakanmu kan juga keluarga.
Kalau hobimu berkebun, yang akan adem punya kebun asri kan juga keluarga.
Kalau hobimu membaca, yang akan dapat keuntungan dari perempuan yang berwawasan luas kan suami dan anak.
Kalau hobimu cari duit, yang akan enteng kan suami dan anak lagi….
Membangun hidup di dalam diri kita itu, artinya : menghidupi jiwamu, menutrisi hatimu, mengisi waktumu… sedemikian rupa sehingga kamu menjadi anugerah terindah bagi orang-orang di sekitarmu…
Kita hanya bisa memberi, ketika kita MEMILIKINYA..!
Kita tak akan bisa memberikan kehidupan yang nyaman, ketika hidup kita pun tergantung kenyamanannya dari orang lain.
Kita tak akan bisa memberikan kebahagiaan, karena kita perlu menunggu dibahagiakan dulu oleh orang lain, baru bisa bahagia.
Masih ingat kalimat yang ada di atas ini?
- Persaingan dengan sesama perempuan untuk mendapatkan ‘tempat’ di hati lelaki, selalu menyakitkan.
Kita tidak perlu bersaing dengan siapapun, jika kita tahu bahwa kita selalu punya tempat.
Di sini (sambil menunjuk dada sendiri).
Penulis: Nana Padmosaputro