Jika bertemu sahabat, anda banyak bicara, teman juga banyak bicarfa, siapa yang mendengar. Untuk memulai, banyaklah mendengar dengan sedikit bicara untuk belajar menjadi bijak ( Foto: SatuHarapan)
Maaf, nasi sudah menjadi bubur itu bukan berarti perbuatan yang sudah terlanjur dan tidak dapat diperbaiki lagi alias kasep, terlambat.
Jangan katakan pula, menyesal itu tidak berguna.
Lebih suloyo lagi, jika kita mempunyai anggapan, “Nasi atau bubur” itu sama enaknya jika bubur itu dibumbui, lalu dimakan. Meski berbuat salah, kita tetap ngeyel dan berasa benar sendiri.
Menyesali perbuatan itu mutlak diperlukan, karena untuk pembelajaran diri agar kita tidak melakukan kesalahan yang sama.
Ibaratnya, seekor keledai tidak jatuh kedua kali di lubang yang sama. Keledai saja bisa, kenapa kita selalu mengulanginya?
Sadar diri itu tidak cukup, jika hal itu tidak ditindaklanjuti. Menyesali kesalahan itu baik, jika kita mau mencari hikmah dari kesalahan itu, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Hikmah itu berhikmat, karena hidup itu berkat.
Caranya, kita diajak lebih banyak mendengar sedikit bicara. Kita tidak mudah reaktivan dalam menanggapi pembicaraan yang tidak berkenan di hati.
Intinya, kita diajak untuk kontrol diri.
Berpikir lebih dulu sebelum bertindak agar kita tidak menyesal belakangan.
Dengan banyak mendengar, kita belajar memahami orang lain.
Dengan mudah mengalah kepada orang lain, kita menjadi pribadi yang sabar dan rendah hati.
Semoga kita semakin bijaksana. (MR)