Seide.id – Selama ini kita kenal dan akrab dengan pepatah, “Anak polah Bapa kepradah.” Tapi belakangan ini, pepatah itu dibalik jadi “Bapa polah anak kepradah.”
Lho?!
Ya, tidak seharusnya kagetan atau heran. Itulah wolak-waliknya zaman edan. Lebih baik dimaklumi, ketika pepatah itu jadi viral.
Jika nasi telah jadi bubur, kita tidak harus saling menyalahkan atau mencari kambing hitam. Lebih baik, kita instrospeksi untuk pendewasaan diri agar peristiwa serupa tidak terulang kembali di kemudian hari.
“Bapa polah anak kepradah” sesungguhnya hal yang memalukan, bahkan aib bagi keluarga. Apalagi, jika terjadi pada perhelatan akbar: Piala Dunia U20, 2023 yang dibatalkan oleh FIFA, karena mencampur-adukkan olahraga yang menjunjung tinggi sportivitas dengan politik.
Ternyata, untuk jadi orangtua yang bijaksana itu tidak mudah, ketika kita kehilangan kerendahan hati. Karena merasa paling hebat dan benar sendiri, kita dijatuhkan, dihempaskan oleh ambisi dan badai keinginan sendiri.
Menyesal itu sesungguhnya tidak ada gunanya, jika tidak ditindak-lanjuti dengan perubahan untuk perbaiki diri. Dimulai dari pikiran, hati, dan perilaku hidup yang makin baik, sekaligus agar mencerminkan keimanan kita.
Sekali lagi, sudahlah dan lupakan, jangan larut dan tenggelam dalam kedukaan. Kini saatnya kita bangkit untuk perbarui hidup ke arah yang lebih baik agar hidup bermakna bagi sesama.
Saatnya kita mengkontrol dan kendalikan diri agar tidak egoistis dengan mementingkan diri sendiri, kelompok, atau golongan. Tapi agar kita selalu berorientasi dan memprioritaskan kepentingan berskala nasional, umum, atau demi kepentingan banyak orang.
Dengan selalu mendahulukan kepentingan bersama, kita belajar menghormati dan memahami keberagaman itu sebagai anugerah Allah yang luar biasa, dan menyatukan kita.
Selalu mendahulukan kepentingan keluarga yang didasari sikap jujur dan benar agar keluarga kita dilimpahi damai sejahtera dan bahagia.
…
Mas Redjo /Red -Joss