Barbra Streisand

Seide.idBarbara Streisand, usianya tentu sudah kepala 8, tapi waktu seakan-akan tak mampu ‘mengalahkan’ fisik, kreatifitas dan bakatnya.

Ini kali aku tak ingin mengintip mbah google untuk mencari data tentang salah-satu bintang idolaku ini. Aku betul-betul ingin mengandalkan ingatanku saja, tentang dia. Makanya, jangan mengarapkan urutan-urutan waktu yang linear. Melompat-lompat begitu saja segala ingatanku tentang aktris Yahudi jenius ini. Tapi kalok ada yang aku salah ingat, ma’af..

Pada tahun ’80an ada seorang jenius lain, yaitu Golda Meir. Entah kenapa, jika ada seseorang yang akan membuat biopic, aku langsung teringat Barbra Streisand-lah yang ‘paling pantas’ memerankannya. Sesama wanita jenius, sesama Yahudi. Yang satu politisi, yang satu lagi atris jenius serba bisa.

Serba-serbi tentang kejeniusan Golda, aku nguping saja dari mendiang mas, Wendo. Karena ketika itu Golda banyak dibicarakan dan ditulis di mana-mana. Tentu dengan gayanya bisa saja mas Wendo (Golda salah-satu politisi idolanya) membuat distorsi, tapi sosok dan kejeniusan Golda, tak tebantahkan.

Juga tak terbantahkan bahwa orang-orang Yahudi banyak yang menjadi orang hebat di Amerika, di hampir segala bidang. Tapi yang paling mudah diketahui khalayak adalah politisi dan selebriti. Karena paling sering diberitakan.

Henry Kissinger yang sedang menjabat mentri Luar Negri yang sangat populer waktu itu, konon sampai terbirit-birit ketakutan karena diancam oleh Golda Meir tak lagi diakui ‘keYahudiannya’ jika tak membantu. Ungkapan Golda yang dijuluki ‘wanita baja’ itu, ketika berperang, yang terkenal dan selalu menyemangati tentaranya adalah: “Jika kekuatan musuh 70% dan kita 30% berarti, fifty-fifty. Berarti kita punya peluang untuk menang. Jika keadaan antara musuh dan kita fifty-fifty, artinya kita pasti menang!”

Kembali ke-Barbra Streisand. Barbra dianggap perempuan paling berbakat di dunia pertunjukan Amerika Modern. Dia adalah penyanyi bersuara khas, kuat dan indah. Dia adalah pencipta lagu. Dia adalah pemain film. Dia adalah penulis skenario. Dan dia adalah sutradara. Semua bidang yg ditekuninya itu bukan jatuh menjadi karya ecek-ecek. Bukan sekadar aktris yang “kebetulan menjadi bintang film karena populer sebagai penyanyi”. Dalam bidang-bidang yang ditekuninya itu dia kerap mendapat penghargaan. Baik sebagai penyanyi, penulis lagu, pemain film, atau sutradara.

Berbagai penghargaan diraihnya. Mulai dari Akademy Award, Emmy Award sampai Tony Award. Aku lupa apakah dia juga pernah meraih ‘Life Achievement Award’, penghargaan karena pengabdian seumur hidup. Mengingat kecerdasan dan umurnya, rasanya dia pantas menerimanya.

Beberapa bulan lalu, aku menonton film “Star is born”. Menonton film ini, aku langsung teringat awal-awal karier dan kejeniusan seorang Barbra Streisand. Film drama musikal itu adalah film klasik yang sudah beberapa kali dibuat. Paling tidak, film ini sudah 4 kali dibuat. Tahun 1937, dipenkan oleh Janet Gaynor, tahun 1946 diperankan oleh Judy Garland dan James Mason, tahun 1976 diperankan oleh Barbra Streisand dan Kris Kristoferson dan tahun 2018 diperankan oleh Lady Gaga dan Bradley Cooper, yg juga menjadi sutradara.

Meski film Star is born sudah beberapa kali dibuat, tapi menurutku -paling tidak, bagiku- yang diperankan oleh Berbra Streisand dan Kris Kristoferson-lah yang paling berkesan. Sangat bolehjadi karena diperankan oleh pemeran film sekaligus penyanyi. Tapi film Star is born muthakhir yg diperankan oleh Lady Gaga dan Bradley Cooper, meski tak istimewa tapi tak mengecewakan. Mungkin karena Lady Gaga pun bukan penyanyi ‘ecek-ecek’

Mungkin sebagian besar dunsanak sudah mengetahui tentang film ini. Bagi yang belum, baiklah aku ceritakan sekelebat. Film yg sudah menjadi klasik ini bercerita bercerita tentang seorang bintang penyanyi laki-laki yang berakhir tragis di ujung karirnya. Tentang bakat seorang penyanyi laki-laki yang “dikalahkan” oleh masalah pribadinya sendiri. Masalah itu adalah kecanduan akan alkohol

DI ujung-ujung ketenarannya dia berkenalan dengan wanita ‘bukan siapa-siapa’ dengan bakat yang luar biasa. Wanita itu diorbitkan. Dipacari. Dicintai. Wanita itu lalu meroket tak tertahankan menjadi terkenal. Justru si lelaki yang semakin terpuruk karena alkohol. Dan akhirnya berakhir dgn tragis. film dengan kisah keren ini, layak dibuat lagi. Apalagi jika diperankan oleh pemeran yg juga bisa menyanyi.

Lama tak melihat atau mendengar suara dahsyatya, pada akhir ’90an, aku menonton konser Barbra Streisand pada hari ulang tahunnya (60?) dengan bintang tamu Barry Gibb (The Bee Gees). Konser itu diadakan di halaman belakang rumahnya dan dihadiri oleh teman-temannya. Jika kita mengundang 5-10 orang teman saja rasanya rumah kita sudah sempit banget,… hla Barbra Streisand kok enteng saja mengundang ribuan teman-teman di halaman belakang rumahnya. Terus terang, aku malas menghitung berapa luas keseluruhan tanahnya..
Diundangnya Barry menjadi bintang tamu, tentu tak lepas dari pembuatan album yang sukses, ketika Bee Gees menjadikan Barbra sebagai bintang tamu.

Setalah itu, Barbra merambah ke dunia persutradaraan. Dia memulai debutnya sebagai sutradara, berperan dalam sebuah film yang sukses yaitu “Prince of Tides”. Sebuah film yang bercerita tentang seorang psikolog yang terlibat asmara dengan pasien laki-laki (Nick Nolte) yang mengalami trauma berat karena mendapat perlakuan kejam dari orangtuanya. Trauma itu, menjadi dendam yang siap meledak setiap saat, tapi dengan sekuat tenaga, selalu berusaha dipendamnya.

Setelah lama tak melihat Barbra Streisand menyanyi dan berakting -mungkin dia tetap berakting dan menyanyi, cuma aku saja yang kudet dan kuton (kurang up-date dan kurang nonton). Belum lama ini aku menonton film komedi situasi “Meet the Fockers” lanjutan “Meet the Parent”. Sebuah sitkom yang dibintangi oleh Ben Stiler, Robert DeNiro dan Dustin Hofman. Dalam film itu, Barbra dan Dustin berperan sebagai orangtua Ben Stiler. Sepasang ‘sex teraphyst’ yg kocak, blak-blakan, santai, senantiasa merasa muda dan urakan. Aku terkejut, dalam film yang dibuat ketika umur Barbra sudah 62 tahun, tapi dia masih tampak energik, kocak, gesit, genit dan sexy.

Tentu saja, sudah menjadi rahasia umum (yang sudah bukan rahasia lagi, hal ini perlu ditegaskan karena banyak orang bermaksud berkata rahasia,.. tapi yang dikatakan adalah: rahasia umum), bahwa artis banyak yang menjalani operasi plastik, operasi kosmetik, detox atau apa pun istilahnya.

Ilustrasi: Barbra, aku orat-oret beberapa menit lalu, dengan media pensil dan cat poster di karton Manila, berukuran sekitar 40x25cm…

Aku tak tahu apakah Barbra juga menjalani segala operasi itu dalam usaha memperlambat atau jika mungkin mengerem laju pertumbuhan fisiknya. Tapi, wajahnya tetaplah ‘trade mark’ Barbra Streisand. Wajah yang khas, di mana hidungnya yang terlalu mancung dan melengkung ‘mendominasi’ seluruh wajahnya. Mungkin (mungkin lho) Barbra Streisand telah ‘melakukan sesuatu’ terhadap bagian-bagian tubuhnya yang lain. Tapi tidak dengan wajahnya. Tidak dengan hidungnya.

Bicara tentang hidung Barbra yang sangat khas. Ada cerita unik. Seorang dokter bedah kosmetik, pernah menawarkan Barbra untuk mengoperasi hidungnya. Menurut sang dokter, jika hidung Barbra ‘didandani’ pasti wajahnya akan bertambah cantik. Konon dokter itu menawarkan operasi plastik gratis. Tapi, alih-alih mendapat persetujuan, sang dokter malah mendapat teguran, nasehat dan semburan kata-kata tajam, tapi tetap cerdas. “Hei, dokter,.. look at me and listen carefuly” kata Barbra menahan marah.

“Mungkin maksud anda baik atau entahlah apa maksud anda dengan tawaran itu. Tahukah anda bahwa tawaran anda itu sudah menghina kecerdasan seseorang? Anda fikir hidung saya ini sudah menganggu kecerdasan saya. Anda kira dengan membuat hidung saya serasi dengan wajah, yang menurut anda akan membuat saya lebih cantik itu, akan membuat wajah saya nampak lebih cerdas? Anda kira dengan penghargaan di setiap bidang seni yang saya tekuni seperti menyanyi, menulis lagu, memerankan tokoh-tokoh dalam film, membuat skenario dan menyutradarai film,… saya masih perlu untuk mengoperasi hidung?!”

Aku membayangkan jika kata-kata itu dilontarkan oleh Barbra kepada sang dokter di tempat umum atau di suatu ketinggian lobi sebuah hotel,.. dokter itu pasti sudah melompat ke luar jendela. Tapi, aku tak tahu kelanjutan cerita itu.

Usia sudah 81 tahun.. Tapi tetaplah cerdas, kocak dan trengginas, Barbra..

(Aries Tanjung)

Ingkar