Belajar Bangkit dan Menang atas Kejatuhan Diri dalam Kebiasaan Salah dan Dosa Pribadi – Menulis Kehidupan-113

Terpujilah Yesus, Tuhan Juru Selamat kami.
Untuk menebus dosa kami manusia, Engkau memanggul salib berat, menderita sengsara, hingga wafat di salib. Darah kudus-Mu mengucur membasuh dosa salah kami berkali-kali.
Tubuh suci-Mu penuh luka derita, demi selamat kan kami. Engkau terjatuh tiga kali, tetapi bangkit dan berjalan lagi hingga ke Golgota.

Ya Yesus,
Jatuh-Mu memikul salib tiga kali. Jatuh kami dalam memikul salib hidup berkali-kali. Kami selalu punya kilaf, salah, dan dosa, lalu sering jatuh dalam dosa yang sama, bahkan tidak mau bangun, tidak mau berjuang merefleksi diri, menyesal dan bertobat. Ampuni kami, ya Yesus.

Dalam keluarga, sering sifat pribadi seperti kata kasar dan makian, tindakan kekerasan, kemalasan berdoa, tidak tahu terima kasih kepada sesama, kepada anggota keluarga, anak kepada orangtua, orangtua kepada anak, suami istri pun sering saling menyalahkan dan sulit minta maaf, apalagi berterima kasih dan saling memuji. Kami jatuh berkali-kali, karena egois dan selalu menuntut diperhatikan.

Dalam hidup bermasyarakat, kami sering jatuh berkali-kali dan sulit bangun menyesal dan perbaiki diri, agar menjadi pembawa berkat, sebagai pengikut-Mu Yesus.

Kami sering iri hati, dengki, dendam, dan cemburu kepada tetangga, rekan kerja, suka menggosipkan sesama di tetangga dan lingkungan keluarga serta tempat kerja. Hanya karena soal selera pribadi dan ingin menang sendiri.

Kami suka mencari kekurangan sesama, lalu membicarakan, seolah-olah diri pribadi kami paling baik dan benar. Sering kami bukan menjadi pembawa damai dalam hidup bertetangga dan bermasyarakat, lalu membiarkan diri jatuh terus dan seolah-olah selalu benar dan baik.

Dalam kehidupan sebagai umat-Mu, ya Yesus, di komunnitas basis, lingkungan, stasi, dan paroki, kami juga sering jatuh berkali-kali. Kegiatan rohani kami abaikan, sering menuntut umat lain untuk melayani diri kami, sedangkan kami sendiri malas dan kurang peduli sesama saudara dan umat.

Sering kami jatuh berkali-kali, mempersoalkan hal-hal kecil, dan lupa bahwa kami adalah anggota gereja, bagian tubuh-Mu, dan Engkaulah kepala gereja. Kegiatan rohani sebagai umat di stasi dan lingkungan, sering hanya menjadi ajang penampilan, bahkan tempat mencari pujian dan kesempatan gosip.

Kami sering jatuh, karena sulit mengikuti sabdaMu dan teladanMu. Kami jarang melayani sesama – seperti kami pun mau dilayani, sulit mengampuni, tetapi selalu minta dimengerti dan diampuni salah kami.

Apalagi, soal mengampuni sesama yang bersalah kepada kami. Begitu sulit kami lakukan, kami selalu jatuh berkali-kali. Mau mengampuni kesalahan suami istri, orangtua dan anak, dengan keluarga istri atau suami, dengan tetangga, dengan rekan kerja, dengan anggota umat dalam kegiatan liturgi maupun kegiatan rohani lainnya.

Kami sering begitu sulit berkorban, apalagi membagi rezeki dan dana demi kegiatan iman, atau menolong sesama yang kesulitan. Lebih gampang kami menagih kepada-Mu Yesus, minta diberi kekayaan dan aneka permohonan. Tetapi sangat sulit memberi dan berbagi kepada sesama yang kesulitan dan menderita.

Ampunilah kami, ya Yesus, karena kami lebih menuntut dilayani, daripada melayani dalam nama-Mu. Kami lebih pandai menuntut diampuni kesalahan diri, meminta dimengerti, tetapi sangat sulit mengerti sesama, apalagi mengampuni sesama yang bersalah kepada kami

Ya Yesus, tolonglah kami dengan rahmat-Mu, agar kuat memikul salib hidup kami, dengan iman yang teguh, di tengah tantangan zaman yang berat ini.

Topanglah kelemahan kami, agar mau memperbaiki diri, berani dan kuat bangun dari kesalahan dan dosa kami, lalu memperbaharui diri dan terus berjalan. Menjadi pelayan, pembawa damai, pemberi ampun dan pembagi berkat dalam keluarga, dengan sanak famili, dengan tetangga dan sesama manusia, dimana pun kami hidup, sebagai pengikut-Mu.

Terima kasih Yesus, atas cinta dan pengorbanan-Mu. Terpujilah Engkau, Sang Juru Selamat kami.
Amin.