Belajar Bangkit dan Menang dari Sebatang Lilin – Menulis Kehidupan-119

Kata orang, hidup adalah perjuangan. Perjuangan merawat jiwa raga, perjuangan penuhi kebutuhan, perjuangan meraih cita-cita, perjuangan berada dan menjadi, perjuangan memiliki dan berbagi, perjuangan… sampai raga terpisahkan jiwa kembali ke asali.

Untuk memaknai perjuangan hidup, banyak tempat belajarnya; dari pengalaman sesama dan juga dari alam lingkungan semesta. Ada pengorbanan, ada jatuh bangun, ada sukses atau gagal dalam perjuangan. Merenungkan perjuangan, saya catat dalam sajak-sajak tentang alam lingkungan – lilin, semut, kura-kura, dan lainny:. Menyalakan Lilin Kehidupanku

Darah-Nya itu jadi bara
membakar sumbu kesadaranku
Luka-luka-Nya jadi api
nyalakan sanubari jiwaku.

Aku terluka dan berdarah
membakar diri dengan bara
sinari jiwa raga dengan cahaya api.

Darah mengucur membasuh waktu
Api berkobar membakar pribadiku
Damba bercahaya halau gulita jalanku.

Jemari kedua tangan
jadi pagar kesadaran
jaga nyala jangan padam
Melangkah dalam kelam
mengukir tapak makna.

Lilinku tertiup angin
kadang redup hampir sirna
Ketika hujan badai mengguyur
tubuh jiwaku basa kuyup
dan kesadaran dingin menggigil.

Dengan iman yang rapuh
Kusujud dan mencium lelehan lilin kepasrahan
Memohon cahaya tak padam
kobar bara api tak mati
hingga sumbu hidup usai
bisa memberi makna pribadi
biaskan terang kasih bersemi.

Ya Sang Maha Cahaya
kobarkan bara kasih-Mu
pada jiwa ragaku papa
Nyalakan api cinta-Mu
pada nalar nuraniku sahaja
Jaga kehidupanku uang rapuh
dengan jemari kuasa-Mu
Agar bara hidupku berkobar
bagikan kasih sayang
Agar cahaya nyalaku bersinar
biaskan harmoni damai
Agar hidupku menjadi berkat
dan namaMu dimuliakan selalu
hingga aku kembali pada-Mu.