Belajar dari AS dan China

Belajar dari Amerika dan China

Apa saja yanga di Amerika ada, ditiru China. Amerika punya Starbuck, China punya Starfuck. Begitu diprotes, diganti Buckstar, lalu ganti lagi Licking Coffee. ( Foto: Reddit)

Tahun 90an. AS melakukan program transformasi ekonomi. Dari manufaktur dan industri dengan upah murah ke high technology. “ Kita harus mengubah bangsa kita dari hidup sebagai buruh pabrik ke bangsa yang tumbuh karena tekhnologi tinggi. Kita harus berkembang karena riset. Agar kita tetap sebagai pemimpin dunia untuk perubahan tatanan dunia baru.” Kira-kita demikian kata elite nya.

Berlalunya waktu, Proses transformasi itu memang dilaksanakan dengan konsisten. Terjadilah relokasi industri dan manufaktur ke Kora, Jepang dan tentu ini dimanfaatkan China. China menjaga upah tetap murah.

Tetapi AS lupa, ada China sang naga tidur. Yang mulai menggeliat akibat tumbuhnya industri dan manufaktur berupah murah itu. Mereka kirim banyak mahasiswa ke AS dan Eropa untuk belajar. Mungkin China adalah negara yang paling banyak mengirim pelajar ke Luar negeri. Pada waktu bersamaan China juga membangun pusat riset. Contoh sederhana saja. Pusat Riset Agricultural Wuhan, besarnya 10 kali Pusat Riset Serpong. Belum lagi riset lainnya. Semuanya gigantik.

Sementara di AS, banyak riset remeh, diserahkan ke China. Seperti riset rare earth, material processor dan lain lain. Berlalunya waktu, justru ini menguntungkan China. Tahun 2004, China sudah mampu menemukan elemen Rare earth sampai 13 unsur. Akibatnya terjadi revolusi industri elektronika. China membatasi ekspor rare yang mereka punya. Dampaknya sangat massive. Terjadi relokasi industri high tech yang ada di AS sepeti Apple, Boeing dan lain lain ke China. Alasannya, mendekati bahan baku.

Lucunya, AS tidak menyadari .Selama proses transformasi Ekonomi itu. China mencuri banyak teknologi AS. Mereka meniru tak terbilang. Apa saja mereka tiru. Misal AS ada Starbucks. China juga punya. Namanya Starfucks. Lambat laun China mulai menggeser AS dalam bidang riset Industri dan manufakur high tech. Hanya bedanya, riset CHina fokus kepada tekhnologi tepat guna yang bisa langsung diterapkan. Sementara riset teknologi dasar mereka kurangi.

AS masih berkeyakinan mereka lebih unggul dan mengatur segala hal. Tertutama sistem financial mereka mampu menciptakan pasar yang massive untuk konsumsi. China dan negara lain tetap menjadikan AS sebagai magnit untuk pertumbuhan. Tetapi sejak tahun 2008, terjadi krisis financial di AS. Dunia disadarkan. Bahwa sistem financial AS banyak boroknya. Lambat laun China dan Jepang mulai focus kepada pasar domestik. Kini China, tidak lagi sepenuhnya tergantung pasar ekspor. Pasar domestik mereka bangkit akibat naiknya upah buruh.

Apa yang terjadi pada AS sekarang tidak terjadi begitu saja. Itu by process. Begitu juga dengan China. Kalau awalnya AS bangkit setelah perang dunia kedua karena mindset inovasi berbasis produksi. Namun berlalunya waktu terjadi perubahan, inovasi berbasis konsumsi dan uang. Akibatnya lahirlah mindset delusi. Sementara China justru bangkit seperti AS ketika awal usai perang dunia ke 2. Inovasi berbasis produksi. Mindset visioner dan pionir.

Avatar photo

About Erizeli Jely Bandaro

Penulis, Pengusaha dan Konsultan