Tengarai nasib para pejuang kehidupan, TKW dan TKI, maka ada deretan panjang kisah tragis yang dipublikasi maupun yang terkubur zaman
Atas sakit derita dan nasib malang mereka, ternyata ada sesama yang menikmati dan berpesta pora di atas keringat, sakit, derita, dan nyawa mereka. Kutuliskan secuil solidaritas dengan judul Kepada Tiga Predator TKW-TKI.
Kepada kalian
Para calo TKW rakus
Para pejabat negara buta
Para majikan TKW buas
kutulis ungkapan hati ini
kigugat kesadaran nuranimu
Kugedor ketamakan jiwamu
Masih manusiakah kalian
Adakah engkau dilahirkan ibumu, seorang perempuan
Punyakah engkau saudari, seorang perempuan
Adakah anak gadismu,
seorang perempuan.
Wahai para calo TKW
Dengan segala tipu daya
anak-anak gadis belia
ibu-ibu janda merana
dari berbagai kota dan desa di Tanah Air
Kalian iming-iming kan harapan
dapat pekerjaan halal
dapat gaji menggiurkan
dapat kehidupan layak
dapat jaminan keamanan
dapat waktu berlibur
dapat surat-surat resmi
dapat majikan baik beradab
Ternyata semua hampa
hanya demi keuntungan dirimu
hanya supaya dompetmu terisi
Lalu kalian cuci tangan
setelah menjual kepada calo berikut
Dan, kalian lakukan dengan tanpa nurani
kalian berani karena dilindungi
semua uang jadi kunci
hati dan jiwamu mati.
Wahai pejabat negara
Masihkah ada matamu
Masihkah ada kuasamu
di manakah kewenanganmu
Mengapa di desa, di kabupaten, di provinsi, dan di pusat
Sepertinya diam saja dan membiarkan
perdagangan manusia
penjualan tenaga kerja wanita tanpa surat-surat dan jaminan keselamatannya di negara orang
Mengapa para calo dan kedok perusahaan tenaga kerja ilegal dibiarkan menjamur di negeri ini
Apakah demi devisa dan tebalnya dompetmu sebagai pelindung calo
Masih tegahkah kalian berpesta pora dan kaya raya dengan derita, luka darah dan nyawa para TKW-TKI
Sudah jutaan korban dan ribuan nyawa hilang atau sempat dikirim kembali ke keluarganya, bahkan dalam peti berlabel larangan dibuka karena penyakit berbahaya
Padahal,
raga korban derita siksaan dan ada organnya yang dijual
Masihkah ada wibawa negara bagi warganya yang merantau mengadu nasib
Ironi,
uang devisanya dan penjualan dirinya dimakan, orangnya dikorbankan.
Wahai para majikan
di berbagai negara
Saudara-saudari kami dari Tanah Air ini
bukanlah malaikat dan manusia serba bisa
Mereka pergi mengadu nasib dengan berbagai kekurangan legalitas, keterampilan dan pengetahuan
Namun,
mereka bukanlah barang dan sampah
Jika ada guna, dipakai
Jika tidak, disiksa dan dimatikan
Bahkan, habis diperkosa dan jadi budak seks, lalu dibunuh dan organ mereka diambil untuk daganganmu
Lengkaplah masih derita TKW-TKI
karena ada pejabat negara dannpara calo sudah jadi komplotan
sudah jadikan garapan dan sumber penghasilan
dari derita panjang para TKW-TKI selama ini
Maka, anjing menggonggong kejahatan terus berpestapora.
Wahai para predator TKW-TKI
dari bumi Flobamora
kugugat jiwamu
Masih tegakah kalian menghidupi kejahatanmu.
Dari pelosok negeri ini
kudobrak kesadaranku
Masih kurangkah berita dan fakta jeritan dukalara keluarga korban TKW-TKI atas ribuan jenazah yang dipulangkan ke Tanah Air ini.
Dari lubuk hati sesama manusia,
kugedor nurani jiwamu
Masih nikmatkah kalian mengisap darah ibu, saudari, dan anak gadismu
Masih bahagiakan kalian menonton dan menikmati uang dari pemerkosaan dan pembunuhan ibumu, saudarimu, dan anak gadismu, sesama saudaramu di negeri orang, karena kalian menjualnya dan membiarkan?
Lapar dahaga derita lara kemiskinan menjadi sumber masalah dari cerita panjang ketidakadilan
Dan
Ternyata ada yang berpesta pora dengan nyawa dan harkat martabat manusia
di bawah kibar merah putih Indonesia
di dalam rahim Pancasila NKRI
dan kearifan adat budaya terpasung
Ajaran suci agama tak berdaya menghalau
Media bersuara dibungkam
Entah sampai kapan.
Ya Sang Maha Melihat, sadarkanlah para predator TKW, semakin sadari nilai kemanusiaan dirinya, dan mau bertindak bijakasana dalam mencari nafkah. Berkatilah para pekerja, khususnya para TKW- TKI agar sehat dan selamat demi keluarganya dan kehidupan dirinya.
(Simply da Flores