Seide.id – Sering ada kesempatan merenungkan kehidupan dan bertanya tentang makna hidup dan siapakah diri pribadi ini, mengapa terlahir ke dunia. Lalu, ketika diberkahi anak-anak, ada kegembiraan dan kebanggaan, namun sekaligus kecemasan akan masa depan mereka.
Sebaliknya, ada fakta penderitaan, ada yang cacat, ada korban bencana dan peperangan serta ada aneka kejahatan yang dilakukan manusia. Maka, terlahir lagi pertanyaan menggugat Sang Pemilik Kehidupan. Tidak ada jawaban pasti, lalu berpasrah bahwa hakikatnya ada misteri diri manusia dan realitas berasal dari Sang Maha Misteri. Pikiran tak mampu menjangkau tuntas. Lalu kutuliskan refleksi itu dalam sajak Anak-anak Cahaya.
Kulihat anak-anak berbaris
berjalan menyusur malam
berkelana menyibak gulita
dari awal ada zaman terus mengawal waktu
mencari jejak tapak makna
pada debu kerikil peradaban
Ada yang bersama-sama
ada yang berduaan
ada juga yang sendirian
Dan
Kutanyakan kepada angin
mengapa anak-anak tak gentar akan kegelapan
mengapa anak-anak berani menyibak gulita
mengapa kita terlahir ke dunia
Semua orang terlahir sebagai anak
Lalu tumbuh kembang
menjadi dewasa dan mandiri
Membawa tanya sampai mati
Mengenyam aneka pengalaman
agar bisa menjadi dirinya
agar bisa biaskan cahaya
Lalu,
Sepoi angin bisikkan jawaban
“Setiap anak manusia
terlahir sebagai putra-putri cahaya
oleh Sang Maha Cahaya
Dalam napasnya ada cahaya semesta
Dalam detak jantungnya ada mantra api Ilahi
Di kepalanya disematkan matahari
Di dadanya dipasang purnama
Di jemari tangannya ada bintang-bintang
Di kedua kakinya ada api dari alam
Dan, pada halaman jiwanya
tertulis kata cahaya:
engkau duta sinar cinta
sebagai meterai kehadiran
setiap anak manusia lahir di tengah dunia
Maka
ada yang amanatkan
bahwa setiap anak insani
terlahir sebagai Nur Ilahi
dan fitrah Allah
Aku terdiam dan kagum
pada bisikan angin malam
Bintang-bintang asyik bergurau
serangga lincah beterbangan
Mataku terpana pada kelelawar
kagumku dalam tanya lagi
Mengapa kelelawar bisa tahu ada buah yang masak dalam tirai gulita?
Adakah radar di matanya
Adakah cahaya pemandunya
sehingga pekat malam dilewati
Malam pamerkan keajaiban
Dan barisan anak-anak terang
terus berkelana dalam zaman,
silih berganti terlahir generasi
sejarah peradaban insani
para Putra Fajar
para Putri Cahaya
Misteri Sang Maha Cinta
Rahasia Sang Maha Cahaya
Aku, kau, kita semua
“Anak-anak cahaya”.